Flashback 13 tahun yang lalu
❤️❤️❤️❤️❤️❤️
"Ayo kita balik ke kampung ayah mu, Duri." Wanita cantik tak lagi muda itu menarik tangan putri kecilnya yang masih duduk dibangku sekolah dasar itu untuk pergi berkemas karna mereka akan pergi ke kota suami wanita tua itu
"Tapi bu, Duri masih sekolah dan besok ujian sekolah masih berlanjut,, nanti Duri ga lulus, Duri ga mau Bu." Gadis kecil itu menolak ucapan ibu nya ia tetap kekeuh untuk tidak pergi karna ia masih ujian akhir sekolah dimana nilainya sangat lah penting.
"Awsss.... Sakit Bu.. Agh... Sakit." Duri menjerit karena Ibunya mencubit perut dan pahanya dengan begitu kuat
"jangan menjerit, apa mau Ibu tambah lagi cubitnya hahk?" Ancam ibu kepada gadis kecil itu.
"Ayahmu itu kabur ke kota nya Duri, dia ninggalin kita berdua, Ibu ga sanggup ngidupin kamu sendirian... Ga sanggup Duri. " Ucap Ibu dengan wajah penuh amarah dan sesak di dada nya.
Gadis kecil itu hanya bisa diam dan tanpa sadar bulir airmata menetes membasahi pelupuk matanya antara menahan sakit dicubit ibu nya dan juga menahan sesak bahwa Ayah nya pergi meninggalkan mereka tak pulang-pulang sampai saat ini.
"Tapi Bu... Duri mau sekolah, Duri pengen seperti temen-temen Duri, Duri banyak cita-cita yang belum tercapai Bu, Duri mau jadi dokter, guru dan bos perusahaan Bu." Ucap gadis itu masih menangis mengungkapkan apa yang ingin ia gapai
"kita ini orang susah jadi berhentilah berangan-angan, cukup kakak-kakak mu saja menyusahkan aku, kau tau sampai aku berhutang kemana-mana demi menyekolahkan kakak mu, tapi mereka? Mana? Mereka hanya menghancurkan hidupku dan kau Duri, jangan harap kau bisa kek mereka karna ibu mu ini juga udah ga sanggup biayain hidup kamu."ucap ibu lagi dengan mata memerah seakan teringat dimana ia mati-matian mencari pinjaman uang untuk melunasi uang rentenir karna ulah anaknya yang lain,.
Ia kembali teringat dimana hari suaminya berjanji hanya pergi untuk menghadiri pemakaman terakhir neneknya namun sampai saat ini suaminya gak pulang bahkan tak memberi kabar ataupun mengirim uang sebagai tanggung jawab dan nafkah.
"Cepat kemas pakaian mu seperlunya saja, yang ga kepake tinggalin aja nanti ada kakak kakak mu yang ambil ini barang kita, kita harus pergi ke kampung halaman Ayah mu, biar dia harus tau kamu itu masih tanggung jawab nya." Ucap ibu lagi
Duri hanya bisa diam dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Ibu nya, gadis itu masuk kedalam kamar dirinya yang hanya dibatas dengan tripleks oleh ibu nya. Ia membuka tas nya dan melihat isi dalam tas nya dan lagi-lagi gadis itu meneteskan airmata.
"Duri pengen sekolah, tapi takdir Duri berkata lain... Buku mungkin perjalanan kita sampai disini saja ya,Ibu Duri ga mampu biayain Duri sekolah." Gadis itu berbicara dengan bukunya dengan begitu mirisnya.
Duri membuka kotak pinsilnya dan mendapati secarik kertas yang pernah ia tulis dan ia simpan rapi-rapi didalam kota pensilnya dan ternyata itu surat isi nya untuk mengingatkan Duri akan apa yang ia inginkan.
"Duri selalu mengingatnya untuk membeli sendal baru untuk Ayah sama ibu tapi keknya semua itu tidak tercapai karna Duri putus sekolah." Gadis itu langsung merobek kertas itu dan membuangnya.
"Duri.. Cepetan sore ini kita akan kerumah kakak mu untuk meminjam uang buat ongkos. " ibu berteriak kepada Duri anaknya agar cepat untuk membereskan pakaian gadis itu.
Duri pun dengan tergesa-gesa membereskan barangnya yang memang tidak terlalu banyak itu lalu dengan berlarian menemui ibu nya "Iya bu,Duri sudah siap." Mata gadis kecil yang memerah itu masih bisa terlihat diwajah nya.
"ayo kita berangkat." ibu pun membawa Duri kecil ke rumah kakak perempuan nya yang sudah bersuami di usia terbilang muda.
"Iya Bu." Ucap gadis itu menurut tak ingin melawan akan ucapan ibunya itu.
Akhirnya mereka pun pergi menaiki angkutan umum setelah sampai dirumah anak pertama nya itu, emak sedang berbicara dengan anak juga menantunya anggap lah percakapan orang dewasa dan Duri tidak ingin terlalu ikut campur. Namun sebagaimana Duri kecil yang tidak paham pembicaraan orang dewasa namun ia masih memiliki telinga dimana dirinya mendengarkan perdebatan antara ibu dan kakaknya.
"Nanti udah jauh-jauh ke sana mereka ga anggap ibu seperti menantu atau istri, udahlah bu disini aja.. ibu kerja aja Duri itu masih sekolah." Ucap Zila kakak Duri yang pertama memberikan solusi kepada ibu nya.
"Ayah mu itu punya tanggungjawab kepada ibu dan Duri, Zila.. Aku ini masih istrinya, nggak bisa di kek gini, pokoknya ibu tetep mau berangkat, kalau kau tak ingin kasih uang, aku pinjam aja dengan kau, nanti ada uang aku balikin. " Ucap ibu bersikeras
"Zila, kasihlah ibu uang tuh.. Udah gak papa, nanti kalau udah sampai disana ibu bisa dapatkan jawaban semuanya. Udah gak papa." Ucap Azil suaminya Zila
"Baik mas,"
"Bentar bu, Zila ambil dulu uangnya." Ucap Zila kepada orang tuanya lalu berjalan masuk kedalam kamar mereka.dan tak lama Zila keluar dengan membawakan sejumlah uang yang dibutuhkan ibunya.
"Bu, bagaimana jika Duri ikut kami aja? Kasihan dia kan masih ujian, biar saya saja nanti yang biayain sekolahnya." Ucap Azil membuat Duri yang mendengarkan menyunggingkan kan senyum namun belum sempat Rima atau ibu nya Duri juga, Zila berkata istri dari Azil lebih dulu mendahului perbincangan mereka.
"Udah ga usah, bawa aja Bu,Duri ke kota.. Mas Azil suka bercanda, mak kan tau sendiri Pengeluaran kami tu banyak, udah Duri ikut ibu aja." Ucap Zila sang kakak sambil menatap Duri sekilas, ada raut sedih diwajah gadis kecil itu namun sebisa mungkin ia menyembunyikan kesedihannya.
"Gini banget nasib Duri." Batin gadis kecil itu yang tak bisa berbuat banyak selain menuruti apa yang di perintahkan kepada dirinya.
Dan akhirnya siang itu mereka sudah siap untuk berangkat dan sudah salam perpisahan kedapa kakak Duri yang paling deket dengan dirinya.
Akhirnya Duri dan ibu rima sudah berada di dalam mobil bus yang akan membawa mereka ke kota dimana Ayah Duri sekarang berada, Rima sudah bertekat untuk membawa anaknya dan menyerahkan kepada suaminya, bagi Rima mungkin Duri bisa hidup lebih berkecukupan jika dengan ayah juga keluarga suaminya di bandingkan harus lontong lantung mengikuti dirinya tak tau arah.
Ibu dan anak itu tertidur sangat pulas karna hari pun sudah mulai malam dengan laju bus yang sedang tidak terlalu kencang. Namun saat di tikungan mobil yang di naiki Duri dan ibunya menabrak batu besar
Bruuukkk...
"ahhhh... " semua orang kaget namun seketika dari arah berlawanan ada mobil sedan hitam dengan ugal-ugalan hendak menabrak bus yang ditumpangi ibu dan Duri .
"Minggir.. " Teriak semua orang yang ada di bus namun naas
Ciiiitttt
Braakkk......
mobil bus itu banting stir ke kiri hingga ia menabrak trotoar dan mengakibatkan bus itu terguling dan.
"ahhhhggggg.. "
"Ibu..... "
Bersambung....
Yuk pantengin dulu ya kisah Duri Pamela yang bakal nguras emosi , masuk favorit dulu ya.
Kali ini othor mau belajar nulis kisah sedih gimana gitu ya 🤣😉🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Julio Stevaning
ibunya meninggal kah
2022-10-22
1
Muh. Yahya Adiputra
ternyata dari kecil diri sudah dipenuhi dengan kesedihan sampai dia beranjak dewasa pun masih seperti itu😭😭😭
2022-10-17
2
Riyas Warman
mungkin bapak duri rang kaya🙄
2022-10-12
1