TINGGAL DI VILLA

Di rumah Aditia, Karina begitu kebingungan karena suaminya itu tidak juga kembali bahkan ponselnya tidak aktif.

"Kemana Mas Adi?" Wanita gila itu mondar mandir di hadapan Bara yang duduk di lantai dan bersandar pada tembok.

"Tenang Karina, tenang!" Bara meminta kekasih nya itu untuk tenang, padahal dirinya sendiri sedang cemas dan ketakutan kalau-kalau terjadi sesuatu pada Aditia.

"Tenang kamu bilang, Mas Adi pasti kecewa banget sama kita," kata Karina.

"Sejak awal, aku udah suruh kamu buat jujur sama dia tentang hubungan kita. Tapi kamu selalu bilang, Aditia gak perlu tau tentang kita!" tunjuk Bara. Pria itu tampak begitu kacau.

"Aku gak bisa, kalau aku jujur, aku pasti kehilangan dia," kata Karina. "Tapi, aku juga gak mau kehilangan kamu!" terang Karina. Sepertinya, wanita serakah itu benar-benar tidak waras

"Aku yakin, setelah ini Aditia gak akan bisa di gapai lagi. Apapun cara yang kamu lakukan dan gimana pun kamu berusaha!" jelas Bara sembari tersenyum smirk. Entah apa yang di pikirkan oleh Bara, yang pasti hanya dirinya dan Tuhan lah yang tau.

"Kamu bantuin aku, dong!" kesal Karina.

"Bantuin apa? Di telpon pun percuma, dia gak akan angkat telpon kita. Apalagi, setelah lihat perbuatan kita tadi pagi, dia pasti sakit dan kecewa banget. Dia gak akan pernah lagi percaya sama aku," Bara kembali mengusap wajahnya dengan kasar.

Jika sedari awal Bara berani jujur pada Aditia, mungkin tidak akan menjadi seperti ini. Karina adalah kekasih nya, jauh sebelum perjodohan antara Aditia dan Karina di rencanakan. Akan tetapi, rasa takut Bara akan kehilangan kekasih nya telah menutup mata hatinya, hingga membuat ia berani menjalani dan melanjutkan hubungan itu secara diam-diam dan bersembunyi-sembunyi tanpa memikirkan perasaan sahabatnya sendiri.

.

.

.

Setelah acara ijab qobul itu selesai dan para saksi sudah membubarkan diri. Kini, tinggalkan Farida, Aditia, Adam, Bu Ratna dan ketiga saudara panti Farida.

"Bunda, terimakasih untuk semuanya. Atas semua kasih sayang yang sudah bunda berikan dan curahkan pada Farida. Terimakasih karena bunda telah berjuang dengan susah payah untuk merawat serta membesarkan Farida," ucap Farida dengan airmata yang terus menetes. "Maafkan Farida yang gak bisa membalas jasa bunda. Farida pamit ya, bun. Do'akan Farida, semoga Tuhan memberikan kehidupan yang lebih baik dan bahagia pada Farida." Wanita itu memeluk erat tubuh Bunda nya.

"Bunda selalu mendo'akan kamu, sayang. Semoga kamu selalu bahagia, ingat bagaimana pun suami kamu, kamu harus bisa menghargai serta menghormatinya. Karena surga istri ada pada telapak kaki suami." terang Bu Ratna dengan airmata yang berderai.

"Bang, titip bunda sama adek-adek ya," ucap Farida pada saudara panti nya. Seorang pemuda berkulit hitam manis, sebut saja namanya Roni.

"Iya, abang pasti jagaian bunda dan adek-adek," kata Roni. "Kamu harus baik-baik di sana." Roni mengusap kepala Farida dengan lembut dan penuh kasih sayang.

"Ti, Yun, aku pamit ya. Titip bunda sama adek-adek," kata Farida kepada kedua saudari pantinya.

Kedua gadis itu hanya mengangguk dan memeluk tubuh Farida bergantian.

"Bunda gak tau siapa kamu, yang pasti saat ini kamu adalah suami dari Farida. Bunda titip dia, tolong jaga dan lindungi. Sayangi dia, jangan kamu sakiti," kata Bu Ratna kepada Aditia. "Jika suatu saat nanti kamu gak butuh dia, tolong jangan sakiti dan lukai. Kembalikan saja sama bunda, antar dia pulang ke panti. Karena di sana menang rumah, tempatnya."

Aditia tersenyum, pria itu mendekat dan bersimpuh di kaki Bu Ratna. "Tolong maafkan Adi, bun. Adi gak bermaksud menodai Farida, Adi janji akan menjaga dan melindungi Farida. Adi gak akan mengsia-sia kan dia, Adi janji."

Setelah berpamitan, Aditia pun menuntun Farida keluar dari gedung itu dan di ikuti oleh Adam di belakangnya.

Mobil yang di kendarai Adam, melaju dengan kecepatan sedang menembus jalanan kota. Semakin jauh, hawa tempat yang di lalui semakin dingin. Farida yang hanya mengenakan kebaya berlengan pendek itu pun merasa kedinginan.

Aditia yang melihat tubuh istrinya itu menggigil, segera melepaskan jas nya dan memasangkan nya pada Farida. Bahkan, pria itu menarik tubuh Farida ke dalam pelukannya.

"Dam, bisa tambah laju kecepatannya? Tubuh istriku semakin menggigil," kata Aditia pada Adam yang menjadi driver.

Adam tak berbicara sepatah katapun, pria itu hanya menambah laju kecepatan mobil yang ia kendarai.

Farida yang berada di dalam dekapan Aditia, akhirnya tertidur. Tampak, wanita itu benar-benar kelelahan dan juga tetakutan.

Satu jam kemudian, mobil itu sampai di area puncak yang cukup jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Tempat yang sunyi dan juga sepi, cocok untuk menenangkan diri.

"Buka pintu nya!" perintah Aditia pada Adam. Pria itu turun dari mobil dengan membopong tubuh Farida yang terlelap dengan begitu pulasnya.

Adam segera berjalan lebih dulu dan membuka pintu Villa itu. "Besok, perintahkan orang untuk membersihkan Villa ini," kata Aditia. "Aku gak mau, Farida sampai gak nyaman tinggal disini." tambah nya.

Adam tersenyum tipis setelah mendengar perkataan bos nya itu. "Semoga Nona Farida mampu membuat Anda bangkit," batin Adam. "Saya akan pastikan, bahwa setelah ini perempuan ja lang dan juga baj*ngan itu akan hidup menderita."

"Dam, kamu dengar kan?" Aditia terus melangkah masuk ke dalam Villa itu.

"Ya, saya mendengar. Besok saya akan panggil orang untuk bersih-bersih," kata Adam.

"Ya sudah, istirahat lah. Aku juga ingin istirahat," ucap Aditia. Pria itu meminta Adam untuk beristirahat.

Di dalam kamar, Aditia merebahkan tubuh Farida ke atas ranjang dengan begitu perlahan. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia tidak akan menyakiti Farida lagi. Bahkan, pria itu sudah bertekad untuk menjadikan Farida sebagai prioritas utama nya.

"Maafkan aku, aku gak bermaksud buat menyakiti kamu," lirih Aditia sembari mencium kening wanita yang menjadi istri dadakan nya itu dengan lembut.

"Eumm.." Farida menggeliat kecil di atas ranjang itu. Aditia pun segera menyingkirkan tangannya dari wajah Farida.

"Bahaya, lebih baik aku ikut tidur," guman Aditia.

Pria itu segera melepaskan jas nya dan berganti dengan piyama tidur. Setelah itu, ia ikut berbaring di sisi kiri Farida yang terlelap.

Pukul 02:37, Aditia di kejutkan dengan teriakan Farida yang memenuhi ruangan itu.

"Tolong.. Jangan!" teriak Farida. "Aku mohon, jangan!"

"Farida.. Farida!" Aditia mencoba membangunkan istrinya yang bermimpi buruk itu.

"Farida!" Aditia mengguncangkan bahu Farida.

"Jangan..!" pekik nya.

"Farida maafin aku!" Aditia memeluk tubuh Farida yang bergetar dan berkeringat panas dingin itu. "Aku mohon maafin aku."

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

dasarnya jalang ya si karina,,gk cukup dg 1 pria 😏😏

2024-11-05

0

Nur Evida

Nur Evida

karina wanita serakah😡

2022-11-29

0

Dara Muhtar

Dara Muhtar

Kasian kamu Farida moga aja trauma kamu ndak keterusan 😀😀

2022-10-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!