"Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan?" Aditia menoleh ke arah tunjuk Adam. Ia begitu terkejut setelah melihat ada seorang wanita di sampingnya. Aditia pun melihat tubuhnya yang tertutup selimut tebal itu.
"Keluar!" tunjuk Aditia pada Adam. "Aku akan mengajak wanita ini berbicara berdua." tambahnya.
Adam pun segera keluar. Pria itu segera memanggil salah satu dari dua orang pelayan yang ia panggil siang tadi, niat Adam hanya satu, yaitu mencari identitas wanita yang ada di atas ranjang tuan nya itu.
Di dalam kamar itu, Aditia di buat begitu terkejut dan juga panik setelah ia melihat banyak bercak darah yang sudah mengering di lantai kamar hotel itu.
"Nona.." panggil Aditia dengan lirih dan hati-hati pada Farida yang memunggungi nya. "Tolong maafkan saya, saya tidak sadar melakukannya."
Tidak ada pergerakan apa lagi jawaban yang keluar dari mulut Farida. Gadis itu tetap diam di posisi nya dan menahan untuk tidak menangis ataupun mengumpat pada Aditia.
Yang di pikirkan gadis itu adalah, bagaimana ia menjelaskan pada bunda nya yang ada di rumah. Pastilah bunda nya itu begitu kecewa padanya.
"Nona, tolong lihat saya. Saya tahu, Nona tidak tidur," kata Aditia. Pria itu memaksa Farida untuk menghadap padanya. "Nona, tolong lah bicara!"
"Gak ada yang perlu di bicarakan, tuan. Semua nya sudah terjadi, meskipun saya memohon dan meminta. Semuanya tidak akan pernah kembali seperti semula," ucap Farida. Suara itu bergetar, tampaknya Farida tidak kuasa menahan tangis di tengah-tengah rasa kecewa nya.
"Lihat aku!" Aditia terus memaksa Farida untuk memperlihatkan wajahnya. "Aku tau, aku begitu mengerti kalau semuanya gak akan bisa kembali seperti semula. Tapi seenggaknya, saya bisa memperbaiki." terang Aditia dengan bersungguh-sungguh.
Mendengar kata-kata yang keluar dari bibir pria yang sudah menodai nya itu, Farida pun sedikit menggerakan tubuhnya.
Melihat ada pergerakan dari Farida, Aditia pun memutar tubuhnya agar menghadap pada Farida yang meringkuk sembari memunggunginya itu. Dengan berani, Aditia menyingkap rambut Farida yang menutupi wajahnya.
Deg! Hati Aditia semakin terasa sakit setelah melihat wajah gadis yang telah di nodai olehnya itu penuh dengan lebam. "Nona.." lirih Aditia sembari menyentuh sudut bibir Farida yang membiru.
"Hiks.." airmata yang sedari awal di tahan oleh Farida, akhirnya kembali mengalir dengan deras.
"Maafkan saya, tolong maafkan saya," ucap Aditia dengan penuh penyesalan. Penyesalan yang tidak ada guna dan tidak ada artinya.
Dengan tangan gemetaran, Aditia menyingkap selimut yang menutup tubuh polos gadis itu. "Sialan! Apa yang sudah aku perbuat? Ya Tuhan, tolong ampuni aku." Aditia menutup kembali tubuh Farida. Rupanya, tak hanya wajah gadis itu yang penuh dengan memar, tetapi juga tubuhnya.
"Maafkan saya, saya sudah menyakiti kamu. Saya berjanji akan menebusnya dan bertanggung jawab," kata Aditia. Ia memeluk paksa tubuh Farida.
Farida yang di dekap oleh Aditia tidak memberikan penolakan ataupun respon. Hanya isak tangis yang terdengar dari gadis itu.
Cukup lama Aditia memeluk Farida, bahkan pria itu menangis dan menyesali semua yang telah terjadi. Aditia melepaskan dekapannya setelah mendengar notifikasi di ponselnya yang entah berada di mana?
"Tunggu, jangan kemana-mana," kata Aditia sembari beringsut dan bangkit dari atas ranjang itu. Aditia memungut pakaiannya dan memakainya dengan asal, ia pun mencari keberadaan ponselnya yang ternyata berada di pojokan lemari.
"Farida Pasha, 23 tahun. Yatim piatu dan tinggal di yayasan panti asuhan kasih bunda. Kedua orangtua nya meninggal akibat kecelakaan kereta, setelah orangtua nya meninggal ia yang saat itu berumur 3 tahun terpaksa di titipkan oleh nenek nya di panti asuhan." Isi pesan yang di kirimkan oleh Adam pada Aditia.
"Aku akan menikahinya malam ini juga!" balas Aditia.
Maka, Adam pun segera menghubungi orang-orang nya untuk menyiapkan segala keperluan pernikahan Aditia dan Farida.
"Kita akan menikah malam ini juga, Farida, kata Aditia dengan menyebut nama Farida. "Bunda panti asuhan pun akan turut hadir." tambah nya.
Maka, terkejutlah Farida di buatnya. Dari mana pria itu tahu tentang panti asuhan dan juga bunda nya? Itulah yang ada di pikiran Farida.
"Setelah menikah, aku akan membawa mu ke Villa yang ada di puncak," kata Aditia. "Kita akan saling mengenal disana. Dan semoga saja, kau bisa dengan cepat memaafkan aku dengan ikhlas."
"Semua udah terjadi," kata Farida. "Tapi aku ingin tau, siapa Karina?" tiba-tiba saja, Farida menanyakan wanita yang di sebut-sebut oleh Aditia.
Aditia mengerutkan kening nya, kenapa tiba-tiba gadis yang telah ia nodai itu menyebut nama Karina? Heran Aditia.
"Kenapa menanyakan Karina?" tanya Aditia, kini pria itu sudah berbicara lebih santai.
"Siapa Karina?" tanya Farida lagi.
"Istriku!" timbal Aditia dengan jujur.
"Aku akan membuatnya sengsara!" tegas Farida, Aditia pun terkesiap mendengarnya.
"Aku bantu membersihkan diri, setelah ini bersiap. Kita akan menikah," kata Aditia sembari membopong paksa tubuh Farida dan membawanya ke dalam kamar mandi.
Farida Pasha, gadis yang bertubuh kecil tinggi itu hanya diam saja saat Aditia membantunya membersihkan diri. Farida sudah seperti manusia tanpa rasa, tampaknya ia begitu kecewa pada dirinya sendiri. Kecewa karena tidak mampu menjaga satu-satunya barang berharga yang ia miliki.
.
.
.
K.U.A
Jam menujukan pukul 21:19 malam, Adam sudah menghadirkan ibu panti dan juga beberapa saudara panti Farida yang mungkin seumuran dengannya. Juga, ada beberapa orang saksi yang di hadirkan oleh Adam.
Bu Ratna, ibu panti yang mengurus Farida sedari kecil, hanya bisa menangis setelah melihat gadis itu mengenakan kebaya putih yang begitu indah. Akan tetapi, lebam di sudut bibir gadis itu masih dapat di lihat jelas oleh Bu Ratna.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Farida Pasha binti Hartono dengan Emas kawin yang tersebut di bayar tunai!" Aditia Putra Aditama mengucap ikrar janji suci itu dengan lantang dan juga tegas.
"Bagaimana para saksi? Sah?"
"Sah!"
"Alhamdulillah.." Setelah itu, penghulu pun membacakan do'a untuk kedua mempelai.
"Ya Allah, inikah jalan takdirku?" batin Farida.
"Semoga, dengan menikahimu dapat menebus sedikit dosa dan kesalahanku." batin Aditia pula sembari memasang kan cincin kawin yang telah disiapkan Adam ke jari Farida.
"Maafkan aku, aku berjanji akan menjaga pernikahan kita," ucap Aditia dengan lirih.
"Aku gak butuh janji," balas Farida tak kalah lirih dari Aditia. Tangan Farida melepaskan cincin yang ada di jari manis Aditia lalu menggenggamnya dengan erat. "Akan aku pastikan, suami mu akan benar-benar menjadi milikku seutuhnya." batin Farida. Farida pun mengganti cincin itu dengan yang baru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Ita rahmawati
niatmu tk dukung lah far 🤭
2024-11-05
0
Safa Almira
otw karma karina
2024-09-09
0
Diah Elmawati
Hayooo Farida jangan berniat tidak baik. Jalani takdir ini dengan keikhlasan.
2023-03-30
0