HOTEL

Sebelum pergi, Aditia menghubungi Asisten nya lebih dulu.

"[Dam, tolong batalkan rapat hari ini. Aku tidak kembali ke kantor, bahkan untuk beberapa hari ke depan,]" kata Aditia kepada Asistennya yang bernama Adam.

"[Ada apa, tuan? Apa tuan punya masalah?]" tanya Adam kepada Aditia. Mendengar suara Aditia, Adam begitu paham bahwa tuan nya itu sedang memiliki masalah.

"[Tidak ada, hanya saja aku sedang butuh liburan,]" kata Aditia kepada Adam. "[Kau tolong handle semua urusan dan masalah kantor. Aku mengandalkan dirimu!]" setelah berbicara demikian. Aditia pun memutuskan sambungan telpon itu.

"Dam it! Ini semua pasti berhubungan dengan pe lacur itu!" Geram Adam, Asisten Aditia itu sepertinya mengetahui banyak tentang Karina dan Bara. Sejujurnya, Adam adalah mantan anggota mafia dan ahli di bidang ITE. Maka, dengan sekali gerak saja, ia bisa mengetahui di mana keberadaan Aditia saat ini. Terlihat di layat ponsel pria itu, bahwa tuan nya sedang melajukan mobilnya menuju sebuah club yang buka siang malam di kota itu.

"Semua ini tidaklah baik," guman Adam. "Aditia bisa mati jika begini caranya!" maka, Adam pun segera membatalkan rapat petinggi perusahaan milik Aditia dan segera pergi meninggalkan perusahaan untuk menyusul Aditia.

Aditia yang sudah sampai di Club Butterfly, segera memasuki Club itu. Aditia pun segera memanggil Waiter dan memesan beberapa botor wine red.

Baru saja Aditia meneguk beberapa gelas minuman haram itu, Adam yang menyusulnya pun tiba di tempat.

"Tuan.. Jangan seperti ini," kata Adam. "Tuan tidak pernah minum. Dan minuman beralkohol ini bisa membahayakan kesehatan tuan!" cegah Adam.

"Jangan cegah aku, Dam," Aditia merebut botol minuman yang ada di tangan Adam. "Aku lelah, aku butuh hiburan." tambah Aditia.

"Ini bukan hiburan, tetapi mencari penyakit," kata Adam sembari menyingkirkan botol-botol minuman yang berjejer di atas meja itu.

"Berikan padaku ADAM!" geram Aditia.

"Tidak!" timbal Adam.

"Waiter!" panggil Aditia.

"Ya tuan, pelayan pria itu segera mendekati Aditia dan Adam.

"Ambil lagi beberapa botol minuman itu!" tunjuk Aditia pada botol wine red yang ada di hadapan Adam. Waiter itu memandang Adam, Adam pun menggeleng pelan pada waiter itu.

"Cepat!" perintah Aditia.

"Jangan!" cegah Adam. "Pergilah, biar aku yang mengurusnya!" perintah Adam kepada waiter itu.

"Ba-ba-baik, Tuan." Waiter itu ketakutan dan segera pergi meninggalkan meja Adam dan Aditia.

"Adam!" geram Aditia. "Kembalikan, atau aku akan membunuh mu!" ancam Aditia sembari bangkit dari duduk nya. Bahkan, pria itu menarik kerah kemeja yang di kenakan oleh asisten nya itu.

"Tuan, jika tuan memiliki masalah dengan Nona Karina. Izinkan saya yang menyelesaikannya, saya akan menghabisi wanita ja lang dan pria tak tahu diri itu untuk tuan!" tegas Adam dengan geram.

"Apa maksudmu, Adam? Kau mengetahui hubungan mereka?" Aditia menyelidik Adam dengan tatapannya.

"Apakah tuan lupa? Siapa saya dan apa pekerjaan saya sebelumnya?" Adam balik bertanya pada Aditia.

Aditia terdiam, pria yang masih sepenuhnya sadar itu hanya bisa menatap wajah Adam dengan intens. Setelah itu, ia kembali merebut botol minuman yang ada pada Adam.

"Aku begitu bodoh, aku bodoh! Kau lebih banyak tahu dari pada aku, Dam," ucap Aditia. Sepertinya pria itu benar-benar merasa frustasi karena selalu di bohongi.

Melihat keputus asaan tuan nya itu, Adam pun membiarkan Aditia mengonsumsi miras yang ada di hadapannya.

Hampir dua jam lamanya Adam menemani Aditia di Club Butterfly itu.

"Bang sat! Aku akan membalas mereka, aku akan tunjukan bahwa aku bisa lebih baik dan bahagia dari mereka!" racau Aditia sembari menunjuk-nujuk wajah Adam. "Pantas saja dia sudah tidak suci saat menikah denganku, rupanya dia adalah wanita murahan. Wanita Ja lang!"

"Tuan Adi, lebih baik kita pulang saja," kata Adam. "Tuan sudah semakin tidak terkendali."

"Aku tidak sudi pulang ke rumah itu, antar saja aku ke tempat lain! Ke neraka pun aku mau, asal tidak melihat wajah mereka!" Tubuh Aditia terhuyung dan hampir saja terjatuh. Jika tidak di tahan oleh Adam, sudah di pastikan pria itu akan berakhir di sudutan meja kaca yang ada di hadapannya.

"Saya tidak akan mengatarkan tuan ke rumah itu," kata Adam. "Kita pergi saja dulu ke hotel permata. Besok saya akan mengatarkan anda ke villa yang ada di puncak. Jadi, tuan bisa menenangkan diri disana!" terang Adam. Pria itu berbicara kepada orang yang sudah mabuk dan tidak sadar lagi dengan dunianya.

.

.

.

'Bruk..!' Adam menghempaskan tubuh Aditia ke atas ranjang hotel.

"Aku akan membalas semua pengkhianatan ini! Karina dan Bara akan berakhir menyedihkan!" Aditia terus meracau.

"Jangan kemana-mana. Saya akan keluar dan kirimkan orang untuk mengurus tuan," kata Adam sembari keluar dan menutup pintu kamar itu.

Adam segera memanggil dua orang pelayan hotel. "Kalian.. Kemari!"

Dua orang wanita pelayan hotel itu mendekat pada Adam. "Iya tuan?"

"Tolong, salah satu dari kalian," Adam memotong perkataannya sembari menujuk dua orang wanita itu. "Antarkan makanan ke kamar 103." pinta Adam.

"Baik, tuan." timbal kedua pelayan itu.

"Nanti kalau dia sudah bangun dan saya belum kembali. Sampaikan sama dia, kalau saya akan kembali nanti malam." Kedua pelayan itu mengangguk, Adam pun segera pergi dari hotel itu. Hotel permata yang memang bernaung di bawah kekuasaan Keluarga Aditia.

"Kamu ya yang antar makanan dan urus kamar hotel itu, kerjaan ku belum selesai," kata salah dari wanita itu.

"Iya," balas wanita yang satunya lagi.

Maka, wanita itu pun segera menyiapkan makanan dan juga keperluan Aditia yang menempati kamar hotel dengan nomer 103 itu. Tanpa di sangka, kemalangan sedang menantinya di depan sana.

Tok.. Tok.. Tok..

Wanita itu mengetuk pintu kamar hotel yang di tempat oleh Aditia. Di tangan kanan wanita itu membawa nampan yang berisi makanan.

Ia terus mengetuk, akan tetapi tidak ada sahutan dari dalam. Hingga akhirnya, wanita itu pun memberanikan diri untuk membuka pintu kamar itu dan masuk ke dalam nya.

"Tuan, ini makanan yang di perintahkan oleh teman anda untuk di antar kemari," kata wanita itu.

"Dam it! Kau masih berani datang kemari setelah apa yang kau lakukan padaku! Dasar wanita sinting!" Aditia terus meracau sembari bangkit dari atas ranjang itu dan mendekati pelayan hotel.

Wanita itu menutup mulut dan hidungnya setelah mencium aroma dari tubuh Aditia.

"Aku akan memberimu pelajaran yang tidak akan pernah kau lupakan!" Karena pengaruh dari Alkohol yang ia konsumsi, membuat Aditia mabuk dan tidak dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Ia menarik tubuh wanita yang ia kira adalah Karina dengan kasar.

"Tuan, apa yang tuan lakukan?" teriak wanita itu sembari menahan rambutnya yang di jambak oleh Aditia. "Sakit.." pekik wanita itu.

"Sakit? Hahahaa.. Rasa sakit ini tidak ada apa-apa di bandingkan dengan rasa sakit hatiku yang telah kau lukai." Aditia tertawa sumbang. Ia terus menarik dan mencengkram rambut pelayan hotel itu. "Aku akan tunjukan bahwa aku lebih baik dan lebih sempurna dari Bara, aku dapat memuaskan mu lebih darinya!" Aditia menarik tubuh wanita itu dan mencium wajahnya dengan paksa.

"Jangan.. Tolong lepasin!" pekik wanita itu. "Tolong.. Tolong.." wanita itu menjadi begitu panik. Ia terus berteriak meminta tolong, akan tetapi ruangan hotel itu kedap suara. Sekuat apapun ia berteriak, tidak akan ada yang mendengarnya. Kecuali, orang itu masuk ke dalam kamar itu.

"Ku mohon, jangan!" teriaknya.

Terpopuler

Comments

Ita rahmawati

Ita rahmawati

cerobohnya adam 🤦‍♀️
melase si palyan itu 😔

2024-11-05

0

Diah Elmawati

Diah Elmawati

Kasihan.... knp Adam meminta pelayan masuk padahal tahu Aditia sedang mabuk

2023-03-30

0

Nur Evida

Nur Evida

kasihan pelayan hotel tu di perkosa Aditia

2022-11-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!