Sudah satu minggu berlalu, aku masih belum menemukan informasi kapan sebenarnya Banana datang ke Indonesia. Tidak ada yang tahu. Pikiranku menjadi buntu.
Lattesia
Kamu kenapa, dek? Kok sedari tadi melamun?
Aku pun tersadar saat kak Lattesia menepuk pundakku. Apa yang aku pikirkan? Hari ini kan hari bahagia kakakku. Seharusnya aku memikirkan betapa bahagianya kakakku hari ini. Mungkin aku bisa kesampingkan dulu pemikiranku tentang Banana.
Coco
Eh, nggak apa-apa kok, kak. Kakak pasti gugup ya? Wuih, siapa nih yang sebentar lagi ijab qabul hehee..
Lattesia
Iya, dek. Gugup banget!
serunya sambil tersenyum lebar.
Kupegang kedua tangan kak Lattesia. Dingin. Dia pasti merasa gugup sekali.
Lattesia
Umm, dek. Sebenarnya ada yang ingin kakak ceritakan tentang..
Coco
Tentang?
Lattesia
Tentang idolamu. Tentang berbagai merchandise yang kamu kumpulkan selama ini.
Coco
Kakak nggak bilang aku boros kan? Itu kan cara aku untuk mendukung Shinus. Aku mengagumi mereka juga karena suka sama usaha mereka & mv-nya, terutama aku paling suka usaha mereka dari masuk trainee sampe debut itu perjuangan banget. Apalagi Banana..
Lattesia
Iya kakak tahu itu. Ini tentang Banana.
potong kak Lattesia cepat.
Coco
Banana? Ada apa dengan Banana, kak?
Lattesia
Ada yang harus kamu tahu kalau Banana itu...
Rahmi
Co, ayo! Sekarang kita antar kak Lattesia ke ruang tamu untuk ijab qabul.
Rahmi segera mendampingi kak Lattesia yang sudah berdiri duluan. Sementara aku masih tercenung mendengar perkataan kakak yang belum selesai.
Rahmi
Coco, ayo!
Aku pun terhenyak dan berusaha untuk berkonsentrasi penuh dengan acara hari ini.
'Ah, mungkin tadi kak Lattesia ingin mengatakan kabar angin kalau Banana akan mengeluarkan album solonya? Atau.. apa ya? Ah! Masa bodoh! Coco, ayo fokus dengan acara hari ini!'
Dengan segera ku gandeng tangan kak Lattesia. Kami bertiga segera berjalan perlahan menuju ruang tamu. Disana sudah ada penghulu, keluargaku, dan keluarga dari mempelai pria. Setelah kak Lattesia duduk di samping kak Willard, calon mempelai pria, penghulu segera memulai acaranya.
Namun tiba-tiba terdengar suara langkah kaki seseorang yang baru saja memasuki rumah dengan tergopoh-gopoh. Kami semua menoleh secara serentak. Siluet bayangannya mulai terlihat jelas. Sosok seorang pria berjalan memasuki ruangan sambil mengenakan jas hitamnya. Kemudian dia tersenyum sembari mengatupkan kedua tangan memberi salam. Dia duduk di sebelah keluarga kak Willard.
Ku amati cowok itu masih mengenakan kacamata hitam dan masker. 'Tidak sopan,' pikirku. Mungkin karena merasa kuamati sedari tadi, dia mulai melepas kacamatanya. Ternyata benar! Dia melihat ke arahku dan menyapaku dengan menundukkan kepalanya. Wajahnya, postur tubuhnya.. tampak tidak asing bagiku. Tapi mirip siapa ya?
Aku terkejut saat Rahmi menyenggolku.
Coco
Iya, Rahmi. Aku nggak melamun kok. Itu tuh aku tahu..pak penghulunya sudah mulai...
bisikku kemudian. Tapi Rahmi malah menyenggolku lagi. kali ini lebih keras!
Coco
Apa sih?!!
bisikku lagi. Kali ini dengan nada sedikit jengkel.
Kulihat Rahmi membelalakkan matanya ke depan, membuatku ikut melihat apa yang membuatnya seperti itu. Mulutku langsung menganga. Tangan kami saling berpegangan dengan kuat.
Coco
Itu kan....
Seorang cowok yang kini sudah melepaskan maskernya juga, kini sedang tersenyum kepada kami berdua. Mungkin ia menyadari bahwa kami mengenalnya. Tetapi apa mungkin itu 'dia'??? Aku hampir tidak mempercayainya!!!!
Rahmi
Co, aku bakalan pingsan nih. Dia mirip banget dengan..
Coco
Ba.. Baa.. Bbb.. Ba.. BANANAAA?!!!
jeritku kemudian. Secara bersamaan seruanku serentak dengan suara anggota keluarga yang juga berseru 'SAHHHH!!!!!'
Comments