Nessa mencari meja kosong yang tak jauh dari meja Fikri.
“Nah, kalau beginikan enak tidak jadi nyamuk,” kata Nessa ketika duduk di meja yang tidak jauh dari Fikri.
Nessa membuka buku jadwal Fikri. Ternyata setelah pertemuan ini Fikri tidak ada acara lagi.
“Alhamdullilah. Untung tidak ada acara lagi. Kalau tidak cape harus mengejar-ngejar bocahedan,” kata Nessa di dalam hati.
Nessa mengambil ponselnya lalu membaca pesan yang masuk satu persatu. Tiba-tiba ada seorang pria berdiri di depannya dan menyapanya.
“Hai, sendirian?” sapa pria tersebut.
Nessa menoleh ke pria tersebut. Seorang pria tampan dengan menggunakan suit, ia terlihat seperti seorang businessman.
“Saya lihat anda sendiri. Boleh saya ikut bergabung?” tanya pria itu.
Nessa mengedarkan pandangannya, ia melihat banyak meja yang masih kosong.
“Masih banyak meja yang kosong,” kata Nessa.
“Saya tau. Tapi tidak enak rasanya kalau menunggu sendiri terlalu lama,” kata pria itu.
Nessa berpikir sebentar.
Tidak ada salahnya memperbolehkan pria itu duduk bersama. Lumayan ada teman ngobrol sambil memperhatikan Pak Fikri, kata Nessa di dalam hati.
“Silahkan,” jawab Nessa.
Pria itu duduk di hadapan Nessa. Nessa kembali fokus ke ponselnya. Ada pesan dari nomor yang tidak ia kenal.
0878xxxxxxxx :
[Nessa kamu dimana? Kita harus bicara.]
Nessa mengerut dahi ketika membaca pesan itu.
Siapa? tanya Nessa di dalam hati.
Jangan-jangan Anggoro? Dia pakai nomor lain. Nomor dia sudah aku blokir, kata Nessa di dalam hati.
Nessa melanjutkan lagi membaca pesan tersebut.
0878xxxxxxxx :
[Maafkan aku. Aku sudah putus dengan Tika. Kita balikan lagi, ya.]
Huh! enak aja minta balikan. Elu putusin dia gara-gara tuh cewek tidak diterima bekerja di kantor Pak Fredy, kata Nessa di dalam hati.
Nessa memblokir nomor tersebut.
Tanpa Nessa sadari pria itu sedang memperhatikannya. Ia tersenyum melihat mimik wajah Nessa yang kesal. Nessa mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Pria itu sedang tersenyum menatapnya.
“Kenapa? Ada yang lucu?” tanya Nessa.
“Kamu lucu kalau lagi marah,” kata pria itu.
“Kesal sama pacar, ya?” tanya pria itu.
“Bukan pacar. Tapi orang tidak penting,” jawab Nessa.
Nessa memandangi sekelilingnya Fikri masih asyik mengobrol dengan kencan butanya.
“Bapak lagi menunggu seseorang?” tanya Nessa.
“Iya, saya lagi menunggu rekan bisnis saya. Tadi dia menelepon kalau dia sedang terjebak macet di tol Cipularang,” jawab pria itu.
“Kita belum kenalan. Kenalkan nama saya Doni,” pria itu mengulurkan tangannya.
“Nessa,” Nessa menyambut uluran tangan Doni.
“Kamu lagi menunggu seseorang?” tanya Doni.
“Iya, saya lagi menunggu bos saya,” jawab Nessa.
“Bos kamu yang dimana?” tanya Doni.
“Tuh, di belakang Pak Doni,” jawab Nessa.
Doni menoleh ke belakang.
“Kelihatannya bos kamu sedang kencan,” kata doni.
“Memang iya,” jawab Nessa.
“Dan kamu menunggu bos kamu kencan?” tanya Doni tidak percaya.
“Begitulah. Itu salah satu tugas saya,” jawab Nessa.
“Enak, dong. Pekerjaanmu tidak terlalu berat, hanya mengikuti bos kamu kemana-mana,” kata Doni.
Apanya yang enak? Tuh bocil kalau sudah bertingkah bilkin kesal dan pusing kepala. Mendingan dikasih kerjaan setumpuk daripada ngurusin bocil satu itu, kata Nesaa di dalam hati.
“Kamu sudah lama bekerja dengan bosmu?” tanya Doni.
“Baru kerja hari ini,” jawab Nessa.
“Sebelumnya kerja dimana?” tanya Doni.
“Saya bekerja di perusahaan Jaya Farma di Jakarta,” jawab Nessa.
Doni terus saja mengajak Nessa berbicara, pembicaraan mereka bisa menyambung. Hingga mereka tidak sadari Fikri sedang berdiri di sebelah mereka.
“Bagus, ya. Saya menggajimu untuk bekerja bukannya untuk ngobrol dengan pria,” kata Fikri sambil bercelak pinggang. Nessa langsung bangun dari tempat duduknya.
“Pak Fikri sudah selesai?” tanya Nessa.
“Saya mau makan siang dengan Vania. Kamu tidak usah ikut. Kamu kembali saja ke kantor!” kata Fikri.
“Bapak mau makan dimana?” tanya Nessa.
“Saya mau makan di restaurant hotel ini. Kamu tidak usah ikut! Saya tidak mau membayari makan siang kamu,” jawab Fikri.
“Tidak apa-apa. Saya bayar sendiri,” jawab Nessa.
Lu pikir gue tidak punya uang, kata Nessa di dalam hati.
“Terserah kamu,” Fikri kembali ke mejanya.
Nessa mengambil tasnya dan bersiap-siap untuk mengikuti Fikri.
“Saya traktir. Saya juga lapar mau makan siang,” kata Doni yang tiba-tiba berdiri.
“Tidak usah, Pak. Saya punya uang, kok. Lagi pula Bapak sedang menunggu tamu,” kata Nessa.
“Tamu saya bisa menyusul ke restaurant,” jawab Doni.
Fikri dan Vania langsung pergi meninggal caffee shop. Nessa dan Doni mengikuti mereka dari belakang. Fikri dan Vania menuju ke restaurant western yang ada di hotel itu. Nessa dan Doni ikut masuk ke restaurant tersebut. Nessa memilih tempat yang strategis yang mudah untuk memantau Fikri.
Seorang pelayan restaurant memberikan daftar menu kepada Nessa.
“Di sini semua makanannya enak,” kata Fikri.
Nessa menoleh ke Doni.
“Bapak sering makan di sini?” tanya Nessa.
“Tidak terlalu sering, hanya kadang-kadang,” jawab Doni.
Nessa memesan sterak. Ia membutuhkan energi yang banyak untuk bisa mengikuti kemanapun Fikri pergi. Nessa menikmati makan siangnya sambil berbicara dengan Doni, namun matanya tetap mengawasi Fikri.
Ada sebuah chat masuk ke ponselnya. Nomor yang tidak ia kenal.
0858xxxxxxxx :
[Teh Nessa, Pak Fikri ke kantor jam berapa? Ada yang perlu Pak Fikri tanda tangani.]
Nessa menoleh ke Fikri, nampaknya Fikri masih lama makannya.
Nessa :
[Saya belum tau. Pak Fikri sedang makan siang dengan seseorang.]
Nessa mengirim pesan tersebut. Tak lama orang tadi membalas pesannya.
0858xxxxxxxx :
[Kalau bisa secepatnya ya, Teh. Soalnya penting banget.]
Mana bisa cepat-cepat. Sudah tau Pak Fikri suka seenakya saja, kata Nessa di dalam hati.
Nessa :
[Akan saya usahakan. Tapi tidak bisa janji.]
0858xxxxxxxx ;
[Terima kasih, Teh.]
Nessa mengakhiri chat nya dan meneruskan makannya.
Setelah selesai makan Fikri memanggilnya.
“Nessa.”
Nessa menghampiri Fikri.
“Kamu langsung pulang ke kantor. Saya dan Vania mau check in ke hotel ini,” kata Fikri.
What? Gi-la dia langsung SAL, kata Nessa di dalam hati.
Nih cewekbego banget. Mau-maunya diajak check in ke hotel. Apa dia tidak tau Pak Fikri punya cewek?
Nessa berpikir agar Fikri mau kembali ke kantor.
“Bapak sedang ditunggu di kantor. Katanya penting,” kata Nessa.
“Ah, itu akal-akalan kamu saja untuk mengganggu acara saya,” kata Fikri.
Nessa memperlihatkan pesan yang dikirim dari salah seorang staff kantor.
“Bisa saja kamu yang menyuruh temanmu mengirim pesan,” kata Fikri.
Nessa memperlihatkan foto profil orang itu.
“Bapak kenal dengan orang ini?” tanya Nessa.
Fikri langsung menghela nafas ketika melihat foto itu. Sepertinya ia mengenali wajah salah satu staffnya.
“Maafkan saya, Vania. Saya harus kembali ke kantor,” kata Fikri kepada Vania.
Yes! Berhasil, teriak Nessa di dalam hati.
Nessa kembali ke mejanya dan memanggil pelayan untuk membayar makan siangnya. Ketika Nessa hendak membayar langsung dicegah oleh Doni.
“Jangan! Biar saya yang bayar. Saya kan sudah janji untuk mentraktirmu,” kata Doni.
“Terima kasih, Pak,” ucap Nessa.
“Sama-sama, Nessa,” jawab Doni.
Doni memberikan kartu namanya.
“Kalau kamu tidak betah bekerja di sana, kamu bisa datang ke perusahaan saya. Kebetulan saya sedang mencari sekretaris. Sekretaris saya keluar karena melahirkan,” kata Doni.
Nessa menerima kartu nama Doni. Doni mengulurkan tangannya mengajak Nessa untuk berjabat tangan. Nessa menyambutnya.
“Senang berkenalan denganmu, Nessa. Semoga kita bisa bertemu lagi,” kata Doni.
“Senang bertemu dengan anda juga, Pak. Saya pamit,” Nessa meninggalkan Doni dan berjalan keluar dari restaurant. Ia mengikuti Fikri yang berjalan berdua dengan Vania.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
aira aira
yey
2024-03-19
0
Sandisalbiah
wah.. so Fikri ini model bos kompeni, Minta Di tatar yang tuh Kinerja otaknya...
2023-11-20
1
Yani
Aduh tu boss kencan ga tau waktu
2022-12-12
1