Manager HRD membaca curriculum vitae milik Nessa.
“Kamu bekerja di perusahaan di Jakarta sampai delapan tahun, tapi kamu mau pindah ke Bandung. Apa tidak sayang dengan pekerjaan lamamu?” tanya Pak Warino Manager HRD.
“Tidak, Pak. Tekad saya sudah bulat untuk pindah ke Bandung,” jawab Nessa.
“UMR di Bandung lebih kecil daripada di Jakarta,” kata Pak Warino.
“Tidak apa-apa, tidak jadi masalah,” jawab Nessa.
“Gaji kamu di sana berapa?” tanya Pak Warino.
“Enam juta rupiah,” jawab Nessa.
“Besar sekali, itu sih mendekati gaji saya,” kata Pak Warino.
“Kami tidak bisa memberikan kamu gaji sebesar itu. Paling tinggi untuk gaji sekretaris lima juta rupiah,” kata Pak Warino.
“Tapi untuk kamu, tak apa-apalah kami gaji enam juta rupiah,” kata Pak Warino.
“Serius, Pak?” tanya Nessa tidak percaya.
“Iya, gaji kamu segitu. Kami sama kan dengan gaji kamu di sana. Tapi kamu mau kamu kerja professional seperti sewaktu kamu kerja di perusahaan sebelumnya,” kata Pak Warino.
“Baik, Pak. akan saya usahakan,” kata Nessa.
“Oke. Mulai besok kamu sudah bisa bekerja di sini,” kata Pak Warino.
“Besok? Jangan besok. Saya harus pindah ke Bandung dan mencari kos. Saya juga belum pamit ke bos saya. Nanti gaji dan uang pisah saya ditahan,” kata Nessa.
“Oke, kami kasih waktu. Senin depan, kamu harus sudah masuk kerja,” kata Pak Warino.
“Baik, Pak. Terima kasih,” ucap Nessa. Nessa bersalaman dengan Pak Warino.
Nessa keluar dari kantor itu dengan wajah berseri. Akhirnya ia bisa meninggalkan Jakarta. Nessa melihat jam di pergelangan tangannya, waktu baru menunjukkan pukul setengah sebelas. Belum waktunya untuk check out dari hotel. Masih ada waktu untuk mencari kos. Nessa menanyakan kos yang dekat kepada security.
“Tempatnya agak jauh dari sini, Mbak. Harus naik ojek,” jawab security.
“Naik ojek juga tidak apa-apa,” jawab Nessa.
Nessa memesan ojek online dan security memberikan alamat kos-kosan. Nessa naik ojek online ke kos-kosan.
Tempat kos-kosan cukup nyaman. Ada kamar mandi di dalam kamar, jadi ia tidak perlu berebut kamar mandi dengan penghuni kos yang lain. Namun harga sewanya cukup mahal, satu juta rupiah sebulan. Nessa menyetujuinya dan ia membayar untuk satu bulan, karena ia tidak membawa uang cash yang banyak. Setelah itu Nessa langsung kembali ke hotel untuk check out dari hotel.
Keesokan harinya Nessa kembali ke kantor lamanya untuk berpamitan dengan Pak Fredy.
“Syukurlah kalau kamu sudah mendapatkan pekerjaan. Saya ikut senang,” kata Pak Fredy.
Pak Fredy memberikan dua buah amplop kepada Nessa.
“Ini uang pisah dari perusahaan untuk kamu,” kata Pak Fredy. Karena Nessa mengundurkan diri, jadi ia tidak mendapatkan pesangon, hanya dapat uang pisah.
“Terima kasih, Pak,” ucap Nessa.
“Ini gaji kamu selama sebulan,” kata Pak Fredy.
“Tidak dipotong, Pak?” tanya Nessa. Karena ini masih pertengahan bulan.
“Tidak apa-apa. Hitung-hitung untuk nambah bayar kos-kosan kamu,” jawab Pak Fredy.
“Dan mobil kamu sudah laku terjual. Uangnya saya kirim ke rekening kamu,” kata Pak Fredy.
Nessa mengambil ponsel dari saku bajunya. Ia melihat ada M Banking di ponselnya. Ada uang masuk sejumlah harga mobilnya.
“Alhamdullilah,” ucap Nessa.
“Terima kasih bnyak, Pak,” ucap Nessa.
“Sama-sama,” jawab Pak Fredy.
Pak Fredy mengulurkan tangannya mengajak Nessa bersalaman.
“Semoga sukses di tempat kerja baru. Dan semoga mendapatkan jodoh,” ucap Pak Fredy.
“Aamiin. Terima kasih, Pak,” jawab Nessa.
Mulai senin depan Nessa akan bekerja di tempat kerja yang baru dengan suasana yang baru. Nesa berharap ini awal kehidupan yang baru.
***
Nessa berjalan masuk ke dalam kantor baru. Ia datang pagi-pagi sekali, kantor masih sepi. Hanya ada petugas cleaning service yang sedang bertugas membersihkan kantor.
“Mbak pegawai baru, ya?” tanya seorang cleaning service yang bernama Yatino.
“Iya,” jawab Nessa.
“Sudah tau ruangannya?” tanya Yatino.
“Sudah. Kata Pak Warino saya ditempatkan di lantai sembilan,” jawab Nessa.
“Oh sekretaris baru Pak Fikri?” tanya Yatino.
“Saya juga belum tau jadi sekretaris siapa. Hanya Pak Warino memberi tahu saya kalau ruangan saya ada di lantai sembilan,” jawab Nessa.
“Iya itu ruangan Pak Fikri. Untuk jelasnya Mbak tunggu Pak Warino, sebentar lagi beliau datang,” kata Yatino.
“Saya tunggu di sini saja,” Nesaa duduk di kursi tamu yang berada di ruang resepsionis.
Setengah jam kemudian Pak Warino datang.
“Maafkan saya telat datang. Ayo kita langsung ke ruanganmu,” kata Pak Warino.
Nessa dan Pak Warino masuk ke dalam liff. Liff berhenti di lantai sembilan. Merekapun keluar dari liff. Lantai sembilan terlihat cukup luas karena hanya ada beberapa ruangan. Pak Warino menghampiri sebuah meja yang berada di dekat pintu.
“Ini meja kerjamu,” kata Pak Warino.
“Itu ruangan Pak Fikri. Dia direktur di perusahaan ini,” kata Pak Warino menunjuk ke ruangan yang ada di depan mejanya.
“Di lantai sepuluh ruangan direktur utama. Namun beliau jarang datang ke kantor ini,” kata Pak Warino.
Jangan-jangan yang kemarin aku lihat direktur perusahaan ini, kata Nessa dalam hati.
Moga-moga saja bukan itu direkturnya. Susah kerja sama dengan orang yang pacaran terus, kata Nessa dalam hati.
“Di lantai paling atas ada tempat untuk karyawan beristirahat,” lanjut Pak Warino.
“Mushola dimana, Pak?” tanya Nessa.
“Mushola di lantai tujuh. Di lantai jutuh khusus untuk mushola,” jawab Pak Warino.
Wah, jarang-jarang ada perusahaan yang menyediakan satu lantai untuk mushola, kata Nessa di dalam hati.
“Tugas kamu mendampingi Pak Fikri, kemana pun beliau pergi. Dan kamu harus mengingatkan jadwal Pak Fikri. Kalau misalkan dia bilang tidak mau diganggu, kamu tidak boleh menyerah untuk mengingatkan beliau,” kata Pak Warino.
“Maaf, Pak. Apakah Pak Fikri sering membawa teman wanitanya?” tanya Nessa.
“Kok kamu tau?” Pak Warino balik bertanya.
“Saya juga tidak tau itu Pak Fikri atau bukan. Tapi sewaktu saya mau interview ke ruang Bapak, saya melihat seorang laki-laki membawa seorang wanita. Dia naik liff khusus untuk direksi,” jawab Nessa.
“Ya betul, itu Pak Fikri. Tidak ada lagi yang naik liff itu kecuali Pak Taufik dan Pak Fikri,” kata Pak Warino.
Yah, ini namanya ketiban pulung. Harus ngasuh bocah, kata Nessa di dalam hati.
“Sudah tau kan, tugas kamu. Ada yang mau kamu tanyakan?” tanya Pak Warino.
“Kalau saya tidak bisa membujuk Pak Fikri, saya kena sansi apa?” tanya Nessa.
“Kau akan dipecat. Sama seperti sekretaris yang lainnya,” jawab Pak Warino.
Gara-gara bocahedan, orang-orang dipecat. Biarin deh dipecat, males punya bos seperti itu, kata Nessa di dalam hati.
“Bagaimana, Nessa?” tanya Pak Warino.
“Baiklah, Pak. Akan saya coba,” jawab Nessa.
“Oke deh, selamat berjuang,” kata Pak Warino.
Pak Warino meninggalkan Nesa sendirian. Nessa membereskan meja kerjanya. Di atas meja ada buku tertulis Jadwal Pak Fikri. Nessa membuka buku itu. Jadwal hari ini ada pertemuan jam sepuluh di hotel Sentiana. Nessa melirik jam tangannya. Baru pukul delapan. Masih ada waktu. Nessa menyiapkan untuk pertemuan. Ia juga belum tau pertemuan tentang apa, tapi tugas dia hanya menyiapkan dan mendampingi. Lambat laun ia akan mengerti bisnis apa yang dijalankan Pak Fikri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Yani
Kayanya ga bakalan betah kerja secara atasan doyan pacaran
2022-12-12
1
Neulis Saja
nes, full strugle but keep up spirit 💪
2022-11-13
1
Rolland Murray
masih menyimak di bab ini
2022-10-05
1