“Saya sedang meminta pihak yang berwajib untuk menarik mobil itu. Saya tidak rela jika mobil itu dikuasai oleh Anggoro. Nessa harus bekerja keras untuk bisa membeli mobil itu. Sedangkan Anggoro dengan seeenaknya saja menguasai mobil itu,” kata Pak Fredy.
“Nessa bekerja di perusahaan saya dari lulus kuliah. Kinerjanya bagus. Pekerjaannya kepakai dan sangat membantu sekali,” kata Pak Fredy.
“Kamu belum tentu menyamai kinerja Nessa,” kata Pak Fredy.
“Sekarang kamu pergi dari sini! Saya tidak membutuhkan kamu untuk menjadi sekretaris saya,” kata Pak Fredy. Tika terpaksa meninggalkan tempat itu dengan perasaan kecewa.
Sementara itu di depan kantor terjadi keributan. Semua orang mencegah Nessa agar tidak pergi dari kantor itu.
“Mbak, jangan pergi. Nanti Bapak marah sama saya,” kata Dadang security.
“Saya sudah tidak bekerja lagi di kantor ini. Saya sudah resign,” kata Nessa dengan kesal.
“Tapi barusan Pak Giri menghubungi saya agar menahan Mbak Nessa,” kata Dadang.
“Bilang sama Pak Giri, saya tidak mau melatih perempuan murahan itu,” kata Nessa dengan ketus.
“Apa yang kamu maksud perempaun murahan itu saya?”
Nessa menoleh ke samping. Tika sedang berdiri di sebelah Nessa sambil meatap tajam ke arah Nessa.
“Iya, kamu perempuan murahan. Yang mau saja di ajak tidur oleh Anggoro,” kata Nessa dengan ketus.
“Daripada kamu perawan tua yang tidak laku-laku, yang mendekati Mas Anggoro,” timpal Tika.
“Siapa yang mendekati Anggoro? Dia yang duluan mendekati saya. Anggoro itu laki-laki ke-re yang tidak bermodal. Dia mendekati saya buat numpang hidup dan biar bisa naik mobil. Jangan-jangan barang-barang yang kamu pakai, uangnya dari saya,” seru Nessa sambil memelototi Tika dari atas sampai ke bawah.
“Dasar tidak tau malu. Memakai barang hasil dari kerja keras perawan tua,” kata Nessa.
Akhirnya terjadi keributan di halaman kantor. Kedua perempuan itu saling adu mulut. Para karyawan keluar dari kantor untuk melihat kejadian itu. Dadang berusaha menghalangi mereka berdua agar tidak saling cakar-cakaran dan jambak-jambakan.
“Berhenti!” seru Pak Fredy.Pak Fredy berdiri di depan pintu kantor. Nessa dan Tika berhenti perang adu mulut dan menoleh ke Pak Fredy.
“Dadang, suruh pergi perempuan itu!” seru Pak Fredy.
“Baik, Pak,” jawab Dadang.
Dadang menyuruh Tika untuk pergi dari kantor itu.
“Yang lain kembali bekerja!” seru Pak Fredy.
Para karyawanpun kembali ke ruangan masing-masing.
“Dan kamu Nessa, masuk!” seru Pak Fredy.
“Tapi, Pak,” sahut Nessa.
“Masuk! Atau saya tidak akan berikan kamu pesangon,” seru Pak Fredy. Akhirnya Nessa pun masuk ke dalam kantor.
Nessa berdiri sambil menundukkan wajahnya di depan meja kerja Pak Fredy. Pak Fredy menatap wajah Nessa dengan tatapan tajam.
“Bikin malu saja. Ribut-ribut soal laki-laki di depan kantor. Jadi perempuan harus ada harga diri, bukannya merebutkan laki-lakibajingan seperti itu,” kata Pak Fredy.
‘Maafkan saya, Pak,” ucap Nessa.
“Saya tau kamu kesal, tapi bukan berarti kamu bisa pergi seenaknya saja. Kamu tunggu sampai saya datang. Kita bicarakan baik-baik,” kata Pak Fredy.
“Saya minta maaf, Pak,” ucap Nessa sekali lagi.
“Sana kembali kerja lagi! Saya sudah suruh Pak Giri untuk mencari sekretaris lagi. Namun kali ini Pak Giri harus memperlihatkan dulu calon pelamarnya ke kamu, agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali,” kata Pak Fredy.
“Baik, Pak. Saya permisi dulu,” kata Nessa.
“Hmm,” jawab Pak Fredy. Nessa meninggalkan ruangan Pak Fredy.
Pak Fredy menghela nafas dan melonggarkan dasinya. Kalau saja karyawan lain yang membuat keributan sudah ia pecat begitu saja. Tapi ini Nessa, sekretaris yang jujur dan bisa diandalkan. Pekerjaan Nessa betul-betul membantunya. Selama delapan tahun bekerja dengannya, baru kali ini Nessa membuat masalah. Bagaimanapun juga ia harus memaafkan apa yang telah diperbuat oleh Nessa.
***
Hari terus berlalu calon sekretaris pengganti Nessa sudah datang. Kali ini Nessa sendiri yang memilih calon penggantinya. Dan yang terpilih menjadi pengganti Nessa bernama Ratih. Ratih adalah fresh graduate dari sekolah bisnis. Mengapa Nessa memilih lulusan sekolah bisnis bukan lulusan dari akademi sekretaris? Karena selama Nessa bekerja menjadi sekretaris Pak Fredy, ia harus mengerti soal bisnis. Pak Fredy tidak hanya menganggap sekretarisnya hanya karyawan biasa, namun Pak Fredy juga mengganggap sekretarisnya sebagai rekan bisnis. Terkadang ia meminta pendapat pada Nessa dalam mengambil keputusan.
Nessa melatih Ratih dengan baik. Ia memberitahu Ratih apa saja yang harus dilakukan dan apa saja yang tidak boleh dilakukan.
Seminggu kemudian Ratih sudah bisa dilepas dalam bekerja, sehingga Nessa sudah bisa mencari lowongan kerja di luar Jakarta. Dengan berbekal surat pengalaman kerja dari perusahaan Pak Fredy, Nessa dengan mudah mendapat panggilan interview. Ia harus mengikuti interview di luar kota yaitu di Bandung. Ia pun ijin ke Pak Fredy untuk ikut interview.
“Pergilah. Sekalian saya mau melihat cara kerja Ratih selama kamu tidak ada,” kata Pak Fredy.
“Terima kasih, Pak,” ucap Nessa.
Sebelum Nessa pergi ke Bandung, ia mengingatkan apa saja yang harus dikerjakan oleh Ratih.
“Saya mau lihat kerja kamu benar atau tidak selama saya pergi,” kata Nessa.
“Baik, Mbak,” jawab Ratih.
Malam harinya setelah pulang bekerja Nessa langsung pergi ke Bandung dengan menggunakan travel. Ia menginap di hotel yang dekat dengan perusahaan tempat ia interview. Agar memudahkannya datang tepat waktu.
Pagi-pagi sekali Nessa sudah siap untuk berangkat. Setelah selesai sarapan ia langsung pergi menuju ke perusahaan itu. Jarak antara hotel dan perusahaan tempat ia interview hanya berjarak seratus meter, sehingga Nessa memutuskaan untuk berjalan kaki sambil menikmati suasana kota Bandung di pagi hari. Nessa menyusuri trotoar sambil memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang di jalan raya. Hingga sampailah di tempat yang dituju.
Di depan perusahaan itu sudah ramai dengan pelamar kerja yang akan mengikuti interview. Nessa duduk bersama pelamar yang lainnya untuk diinterview. Setengah jam kemudian interview dimulai.
Tahap pertama ia diinterview oleh staff HRD. Namun setelah selesai diinterview, Nessa diminta untuk tidak pulang ke Jakarta, karena besok masih ada interview dengan manager HRD. Nessa pun menyanggupinya. Nessa terpaksa menginap lagi semalam di hotel itu.
Keesokan harinya setelah selesai sarapan Nessa kembali ke perusahaan itu. Kali ini perusahaan nampak sepi, tidak seperti kemarin yang penuh dengan pelamar.
Nessa menanyakan ke resepsionis mengenai pemanggilan dirinya untuk diinterview oleh manager HRD.
“Tunggu sebentar, Mbak. Saya hubungi dulu bagian HRD,” kata Rini bagian resepsionis.
Rini menghubungi HRD dengan menggunakan intercom.
“Mbak disuruh langsung ke ruangan HRD,” kata Rini.
Rini memberi petunjuk menuju ke ruangan HRD. Setelah mengerti petunjuk yang di berikan oleh Rini, Nessa langsung berjalan liff untuk menuju ke ruangan HRD. Ketika ia sedang menunggu liff tiba-tiba Nessa melihat seorang laki-laki dan seorang perempuan yang berjalan saling merangkul dengan mesra. Mereka menaiki liff yang ketiga. Tanpa harus menunggu lama liff yang mereka gunakan terbuka begitu saja. Setelah pintu liff tertutup Nessa menoleh ke liff yang ketiga itu. Di atasnya tertulis Liff Khusus Direksi.
Oh, pimpinan perusahaan. Makanya berani pacaran pagi-pagi di kantor, kata Nessa di dalam hati.
Tak lama kemudian pintu liff terbuka, Nessa masuk ke dalam liff dan memencet tombol lantai tiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Sandisalbiah
calon bos Nessya tuh... playboy apa casanova nih..? 🤔🤔
2023-11-20
1
Yani
Nyimak
2022-12-12
1
Neulis Saja
jangan2 ketemu dgn si loser goro
2022-11-13
1