Bab 13

Usai menitipkan pada guru, Seno pamit dari sana. Bergegas menuju kantornya.

"Sudah Boss? Nanti pulang jam berapa? Wahyu jemput atau gimana?"

"Baru juga masuk sudah ingat pulang. Biarin nanti menjadi urusanku," ujar Seno dingin.

Wahyu pun terdiam, kembali fokus menyetir. Sampai di kantor, pria itu langsung menjadi pusat perhatian karyawan. Semua menunduk hormat memberi salam.

"Apa jadwalku hari ini, Yu?" tanya Seno menempati ruangannya.

"Ada meeting nanti jam satu siang, eh ya untuk pembangunan di lokasi tempat proyek baru mendapat umpan balik dari penduduk. Sebagian warga ada yang bersikeras tidak mau menjual tanahnya."

"Nggak mau tahu, kamu urus semuanya dan pastikan beres. Masalah harga bisa dipertimbangkan," ucap Seno terlihat fokus menerima laporan.

"Yu, tolong belikan kopi di starbuck, yang Asian Dolce Latte, cepet ya mataku berat, otaku susah konsentrasi," titah Seno setelah merasakan kantuk yang kembali melanda.

Istri kecilnya benar-benar sukses membuat pria itu tersiksa. Ia tidak bisa membiarkan semua itu terjadi terus menerus bahkan berulang atau semua akan menjadi boomerang untuk dirinya.

"Gimana caranya bikin gadis itu takut padaku ya? Dia terlalu bebal, bahkan sepertinya siap kalau aku terkam," gumam Seno mendadak pusing sendiri. Memijit pelipisnya yang semakin berdenyut.

Suara ketukan pintu menyadarkan lamunan sesaat pria itu. Sarah, sekretaris di kantor itu masuk setelah dipersilahkan. Ia membawa berkas yang harus ditandatangani atasannya.

"Maaf, Pak, ini beberapa berkas yang harus Bapak cek dan Bapak tanda tangani," ujar Sarah sembari memperhatikan bosnya. Wanita berpenampilan seksi itu terlihat kalem menyodorkan ke mejanya.

Seno segera meneliti, beberapa saat sebelum akhirnya membubuhkan coretan pena di tempat yang tertera nama terangnya.

"Bapak terlihat tidak baik-baik saja, apakah Bapak sakit?" tanya Sarah demi meneliti penampilan atasannya yang tidak biasanya.

"Saya cukup baik, kalau sudah tidak ada urusan silahkan keluar!" usir Seno dingin.

Pria itu memang tidak suka basa-basi, cukup lugas dan tegas dengan urusan yang ada. Jarang sekali menanggapi perempuan semenjak pacaran dengan Rara. Perempuan yang pernah menjadi partner bisnisnya di sebuah perusahaan yang bekerja sama dengannya. Mungkin sekarang wanita itu sudah dipecat, atau bahkan mengundurkan diri secara sepihak.

Ngomong-ngomong soal Rara, Seno masih begitu sakit hati dengan kejadian yang ada. Walaupun strata mereka berbeda, namun cinta mereka tumbuh dengan baik, hanya saja ia cukup terheran-heran kenapa itu bisa terjadi. Kurang apa dirinya, hingga Rara tega mengkhianati cinta mereka.

"Dia hamil anak siapa ya?" gumam Seno bertanya-tanya.

Hari ini sama sekali tidak fokus bekerja. Rencananya pria itu akan mengemukakan hubungan resmi mereka dan mengadakan resepsi besar setelah sampai di kota, tapi sungguh sayang, jangankan resepsi, pernikahan saja harus digantikan oleh perempuan belia yang masih belasan.

"Maaf, Boss, ini kopinya." Wahyu masuk ruangan dan memberikan cup kemasan sesuai pesanan.

"Terima kasih, kamu boleh keluar kembali bekerja," ucap Seno setelah menyeruput latte kesukaannya serasa lebih baik.

Sementara Wening di sekolahan yang baru, dia baru saja masuk kelas bersama seorang guru. Gadis itu memperkenalkan dirinya terlebih dahulu sebelum akhirnya mengambil duduk tepat di urutan terakhir nomor dua. Di belakangnya seorang cowok yang sedari tadi tidak menyimak. Kelihatannya pria itu paling aneh diantara teman-teman lainnya.

Wening mengangguk sopan terhadap calon teman-temannya lalu duduk dengan tenang.

"Hai, aku Silvi, salam kenal ya?" sapa perempuan yang duduk tepat di sebelah Wening.

"Salam kenal Silvi, kamu adalah orang pertama yang menyapaku," ujar gadis yang selalu ceria di setiap kesempatan.

"Nanti ngobrol lagi ya, fokus pelajaran dulu," ujarnya tersenyum.

"Siap!" jawab gadis itu mengangguk setuju.

Wajahnya yang periang dan supel tidak kesulitan bagi Wening untuk mudah akrab dengan teman satu kelasnya. Bahkan gadis itu terlihat langsung dekat dengan beberapa teman perempuan. Wening pikir, anak kota akan sombong-sombong dan tidak mau bergaul dengannya. Walaupun ada sebagian yang terlihat mendominasi, tapi banyak juga yang baik.

"Itu Yuda, dia cowok ter-cool sekelas ini, lo jangan coba-coba deket dengan dia, bisa kena masalah. Jarang ada yang ngobrol, karena dia selalu terlihat anti apalagi sama perempuan," papar Silvi menunjuk pada cowok yang duduk tepat di belakang dirinya.

Sepanjang mengikuti kegiatan di kelas, pria itu memang tidak banyak berinteraksi dengan lawan jenis. Terlihat bergerombol dengan sesama pria, tapi sedikit aneh.

"Dasar, apa semua cowok tampan akan terlihat menyebalkan. Sepertinya begitu, sombong dan tidak peduli," gumam gadis itu menyorot teman satu kelasnya bernama Yuda.

"Vi, toilet sebelah mana ya?" tanya Wening butuh ganti. Ia merasa tidak nyaman setelah pertengahan hari.

"Ayo gue antar, entar nyasar lagi."

Mereka keluar kelas sebelum bertemu dengan pelajaran terakhir.

"Eh ya, kenapa kamu pindah? Orang tuamu pindah tugas ya?" tebak Silvi sok tahu.

"Eh, enggak juga, emang ada suatu hal yang menyebabkan aku harus pindah," ujarnya ambigu. Tidak mungkin juga Wening jawab sudah menikah dan ikut suami, sungguh bukan solusi.

Waktu terus bergulir, hingga jam terakhir pun usai. Wening mendadak bingung bagaimana caranya ia pulang. Tidak ada yang menjemput, dan lagi gadis itu masih belum hafal jalan.

"Aduh ... gimana ini, Om Seno tega banget sih nggak kasih clue apa-apa. Beneran ngajak perang ini orang," gumam Wening menggerutu berasa kaya orang ilang.

Gadis itu mencoba menghubungi suaminya berkali-kali. Nihil, tidak diangkat sama sekali. Wening hampir menangis di depan sekolahan mengingat hari sudah semakin sore dan gadis itu benar-benar masih buta daerah situ.

Sementara Seno baru saja selesai meeting bersama client dan dilanjut makan siang. Pria itu sepertinya lupa kalau ada jadwal baru menjemput istrinya.

"Waduh ... Wening!" batin Seno teringat pada istri kecilnya. Usai dari kantor, Seno langsung bertolak menyambangi sekolahan istrinya.

"Yu, langsung ke sekolahan," ujar pria itu sembari menghubungi ponsel gadis itu, namun tak ada jawaban.

"Boss, sudah sepi, sepertinya sudah pulang," lapor Wahyu menilik gedung pendidikan itu.

"Dia ke mana ya, apa mungkin sudah pulang. Langsung pulang saja, barang kali sudah di rumah," ujar pria itu sedikit cemas.

Sampai di rumah, tak sabar Seno ingin melihat keadaan istrinya. Apakah gadis itu sudah sampai atau belum. Rupanya pria itu dibuat melongo melihat pemandangan yang tak biasa di depan matanya.

Terpopuler

Comments

Inaqn Sofie

Inaqn Sofie

istri bocil ajaib..

2023-06-27

0

girl bos💐🌹

girl bos💐🌹

aduchh si om🙈

2023-06-26

0

Duma Candrakasi Harahap

Duma Candrakasi Harahap

hayo ap yg dilihat seno

2023-06-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Part 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Promo novel Asri Faris
52 Bab 51
53 Bab 52
54 Bab 53
55 Bab 54
56 Bab 55
57 Bab 56
58 Bab 57
59 Bab 58
60 Bab 59
61 Bab 60
62 Bab 61
63 Bab 62
64 Bab 63
65 Bab 64
66 Bab 65
67 Bab 66
68 Bab 67
69 Bab 68
70 Bab 69
71 Bab 70
72 Bab 71
73 Bab 72
74 Bab 73
75 Bab 74
76 Bab 75
77 Bab 76
78 Bab 77
79 Bab 78
80 Bab 79
81 Bab 80
82 Bab 81
83 Bab 82
84 Bab 83
85 Bab 84
86 Bab 85
87 Bab 86
88 Bab 87
89 Bab 88
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Promo novel Asri Faris
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Part 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Promo novel Asri Faris
52
Bab 51
53
Bab 52
54
Bab 53
55
Bab 54
56
Bab 55
57
Bab 56
58
Bab 57
59
Bab 58
60
Bab 59
61
Bab 60
62
Bab 61
63
Bab 62
64
Bab 63
65
Bab 64
66
Bab 65
67
Bab 66
68
Bab 67
69
Bab 68
70
Bab 69
71
Bab 70
72
Bab 71
73
Bab 72
74
Bab 73
75
Bab 74
76
Bab 75
77
Bab 76
78
Bab 77
79
Bab 78
80
Bab 79
81
Bab 80
82
Bab 81
83
Bab 82
84
Bab 83
85
Bab 84
86
Bab 85
87
Bab 86
88
Bab 87
89
Bab 88
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Promo novel Asri Faris

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!