Bukan Wening namanya kalau menjadi penurut, gadis itu nampak tenang merebah di ranjang yang terasa nyaman sembari meluruskan punggungnya yang terasa pegal.
Netranya mulai terpejam diiringi doa tidur yang selalu ia baca sebagai kegiata rutin dari semenjak kecil. Gadis itu baru merasa setengah mimpi ketika suara lantang itu mampir ke telinganya.
Siapa lagi pelakunya, sudah pasti tersangka utama suaminya, Seno Ardiguna.
"Bangun ....!" teriak pria itu menggeram kesal setelah keluar dari ruang ganti mendapati istri barunya menempati ranjangnya yang bahkan sudah diultimatum.
Duk!
"Aww ....!"
Bunyi dentumam kedua pelipis itu membuat Wening mengaduh kesakitan. Jidatnya berdenyut ngilu dan pening setelah tak sengaja menabrak kening suaminya yang sempat menjerit di telingannya.
Wening yang kaget refleks terjaga dan langsung bangkit, hasilnya terjadilah pertumpahan antara kedua wajah atas mereka dan menyebabkan pertemuan tubuh mereka yang pertama setelah dinobatkan pasangan halal.
"Om, berisik banget sih, sakit nih ....!" keluh Wening sembari mengusap keningnya dengan wajah cemberut.
"Suruh siapa tidur di sini, bangun! Bangun!" usir Seno dengan kasar menarik tangannya.
"Nggak mau!" Wening mengibaskan tangannya dengan kasar.
"Ribet banget sih jadi cowok, orang longgar gitu juga masalah! Aku cuma pakai bagian sini, Om sana, luas gini juga," gerutunya santai.
"Heh bocah, masalahnya aku tidak tertarik tidur denganmu, jadi aku minta sekarang bangun, atau aku dorong tubuh kamu! Tempatmu di sofa, jangan mimpi bisa seranjang denganku."
"Berisik! Bisa nggak Om ngomel-ngomelnya dipending besok aja. Wening ngantuk, capek, kalau Om tidak tertarik seranjang dengan aku, kenapa nggak Om saja yang tidur di sofa, mudah saja kan," ucap gadis itu tak peduli. Kembali merebah tanpa minat meladeni suaminya yang terlihat kesal. Wening malah membungkus tubuhnya rapat dengan selimut yang tersedia.
"Astaga, dasar anak setan!" gumamnya menggeram marah mendelik kesal.
"Kalau kamu tidak mau bangun, dengan terpaksa aku angkat tubuh kamu terus aku lempar ke lantai," ancamnya dengan gemas. Istirahatnya yang paripurna nampaknya tidak akan didapat. Padahal tubuhnya begitu lelah setelah seharian perjalanan panjang.
Tidak ada respon, malah dengkuran halus yang terdengar membuat aksi marah-marah Seno sia-sia belaka. Tentu saja pria itu tidak tinggal diam, ia tidak terima ranjang kebesaranya dihuni istri kecilnya yang begitu ia benci.
"Ini anak ngeselin banget sih, nggak ngerti atau emang tidak punya malu. Emang nggak takut kalau aku terkam apa? Gini-gini normal juga," gumam Seno resah sendiri.
Seharusnya ia tengah menikmati masa-masa pengantin baru yang indah dengan segala aktivitas romantis di dalamnya. Namun, pada kenyataannya ia malah terjebak pernikahan dengan gadis kecil yang cukup membuatnya jengkel sejak pertama kali menjadi istri.
Seno yang tidak ada pilihan terpaksa dengan repot memindah tubuh istrinya ke sofa. Namun, kenyataannya tak semulus angannya. Wening terjaga dan menjerit merasakan tubuhnya dalam gendongan.
"Eh, Om ngapain? Mau ambil kesempatan dalam kesempitan ya?" tuduh Wening langsung meronta turun.
"Sembarangan! Kesempatan apa? Sana tidur di luar, tempatmu di sofa bukan di sini. Ini terlalu nyaman, nggak pantes buat kamu. Hush hush jauhan!" usirnya merasa jijik.
Wening tidak begitu menghubris perkataan Seno. Gadis itu tidak juga menempati sofa, melainkan memboyong bantal memilih tidur di luar. Biarin aja, biar semua orang tahu kelakuan suaminya kejam.
"Eh, mau ke mana, tidur di tempatmu, sudah malam, jangan bikin huru-hara!" Seno yang nampaknya merasa terancam jika orang tuanya tahu dirinya mengusir istrinya menarik kembali tangan itu. Namun, lagi-lagi Wening menghempaskan dengan kasar.
"Apaan sih! Nggak usah tarik-tarik, sakit tahu, jadi cowok kasar banget pantas aja gagal nikah!" celetuk Wening kesal.
"Eh, ngatain, ini tuh sudah malam, tidur di kamar, bukan di ruang keluarga, bisa denger nggak sih."
"Ya ampun ... perkara tempat tidur aja ribet bener, aku udah bilang nggak mau tidur di sofa, sofa kamar tuh sempit kurang panjang. Tubuhku tidak leluasa miring kanan, telentang, jadi lebih baik aku tidur di depan ruang TV ada kasurnya noh!" tunjuk Wening serasa menemukan tempat nyaman baru.
"Kamu sengaja ya mau bikin huru hara malam-malam. Masuk!" Seno kembali menarik tangan istrinya lalu menghempaskan tubuh gadis itu ke sofa dengan kasar.
"Aduh ... kok kasar sih, aku ini istrimu, tidak seharusnya kamu perlakuan aku kaya gini. Gila ya, sakit tahu!" balas Wening menentang marah. Gadis itu menyorotnya kesal.
"Owh ... mau dianggap istri, oke," ucapnya dingin sembari menatapnya tajam dengan gerakan cepat mengungkungnya.
Seno menatap remeh sembari melepas kausnya.
"Waduh ... gawat, om-om beneran berhasrat ini. Ya kali mau ditrabas, aku kan lagi banjir, aku kerjain kali ya," batin Wening mengubah strategi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Febby Fadila
awas lo seno jangan sampai kamu jatuh cintrong
2024-10-27
0
Borahe 🍉🧡
Halah nnti bucin bru tau rasa lu
2024-01-03
2
Inaqn Sofie
lagi banjir bandang ya wening🤣🤣🤣
2023-06-27
0