Jalan menuju jebakan

Rosemary masih berbincang bersama dengan Alfa saat dia memergoki Anggoro dan Danur seringkali memperhatikan dirinya.

“Mereka ngapain liatin aku seperti itu? Ada yang aneh? Perasaan semuanya biasa aja, sekalipun ada yang aneh, Alfa adalah orang pertama yang pasti komentar,” ucap Rosemary dalam hati.

Curiga, tapi apa yang harus dia curigai dari kedua lelaki yang Rosemary kenal sebagai sutradara dan produser yang sudah menjadikan dirinya sebagai pemain peran?

Bukan hanya Rosemary yang menangkap perubahan kedua orang tersebut tetapi Alfa yang bersama dengan Rosemary juga merasakan hal yang aneh, dia bahkan secara jelas menyatakan kecurigaannya.

“Si Bos kayanya belum puas ngomong sama kamu, Rose,” beritahu Alfa.

“Tahu darimana?”

“Dari tadi dia lihatin kamu terus. Jangan-jangan kamu mau dijadiin istri muda-nya,” goda Alfa sembari tertawa.

“Sembarangan. Sebisa mungkin, aku mau punya suami yang usianya gak beda jauh banget sama aku,” jawab Rosemary.

“Eh, kamu udah lulus SMA, kan?” tanya Alfa tiba-tiba.

“Udah,” jawab Rosemary lagi.

“Kalau udah, gak masalah kalau kamu menikah muda,” jawab Alfaroz seenaknya.

“Itu kesimpulan tolong dikondisikan dulu ya. Usia menikah yang ideal di negara tercinta kita ini adalah minimal 19 tahun dan usia yang paling cukup matang adalah 21 tahun. Bukannya 18,” kata Rosemary yang mengundang tawa Alfa.

“Tapi banyak juga yang menikah begitu lulus SD,” jawab Alfa.

“No coment. Bagiku sendiri, aku tidak mau menikah pada saat aku belum bisa memberikan bukti apa-apa pada keluargaku,” jawab Rosemary.

“Tapi…aku masih penasaran kenapa dari tadi kamu terus menoleh ke arah bos? Dia tadi bilang apa-an sama kamu?” tanya Alfa kembali penasaran.

Walaupun dalam hati Rosemary jengkel karena sikap Alfa yang selalu ingin tahu urusannya, tidak urung dia menjawab juga. Bagaimana pun dia juga penasaran kenapa Anggoro dan Danur selalu melihat ke arahnya.

“Aku gak tahu, perasaanku gak enak aja,” jawab Rosemary pelan.

“Selalu waspada dengan perasaan yang mulai gak enak. Bisa jadi itu isyarat dari bawah sadarmu,” kata Alfa.

“Kok?”

“Seringkali perasaan yang gak enak itu menjadi pertanda kalau sesuatu akan terjadi. Entah perasaan yang menyenangkan atau sebaliknya. Jadi selalu hati-hati bertindak dan jangan gegabah,” saran Alfa.

“Kamu, kok, nakut-nakutin aku, sih, Al.”

“Bukan nakutin hanya memberi saran supaya kamu hati-hati aja,” sahut Alfa sembari tertawa.

Apa pun yang diucapkan oleh Alfa menjadi sebuah peringatan dan Rosemary tidak boleh mengabaikannya.

“Apa yang kamu ketahui tentang bos kita itu? Aku adalah orang baru sementara kamu adalah orang lama yang tentu saja pengalaman dan pengertahuanmu lebih banyak daripada aku,” tanya Rosemary dengan nada mendesak.

Alfa hanya menaikkan kedua alisnya dengan senyum yang membuat Rosemary ingin memukulnya.

“Seperti yang aku bilang tadi, mungkin dia tertarik sama kamu dan berniat menjadikanmu sebagai istri mudanya,” jawab Alfa.

Dan tanpa membutuhkan persetujuan dari siapa pun, Rosemary memukul lengan Alfa dengan keras hingga menimbulkan suara teriakan yang berasal dari lelaki yang selalu menarik perhatian para wanita.

“Lebay, deh. Dipukul pelan aja suaranya udah kaya dipukul pake linggis,” komentar Rosemary gemas.

Hanya suara tawa Alfa yang menggantikan suara keluhan yang sebelumnya terdengar hingga menarik perhatian.

Di bawah tatapan gemas dan sebal dari Rosemary, Alfa memilih menyampirkan lengannya di bahu Rosemary hingga cahaya yang berasal dari lampu blitz mengejutkan mereka berdua.

“Eh.”

Rosemary tidak tahu apa lagi yang harus dia katakan ketika beberapa kamera mulai menerpa mereka tepat saat tangan Alfa masih merangkulnya.

Apa pun yang ada di dalam pikiran Rosemary seluruhnya hancur berantakan. Bukan karena dia tidak bisa mewujudkan setiap pemikirannya melainkan karena Alfa yang membuatnya marah.

Bagaimana bisa Alfa yang sebelumnya sangat peduli dan perhatian padanya tiba-tiba mendaratkan bibirnya di atas bibirnya dengan sempurna hingga semuanya terekam dalam kamera setiap wartawan.

“Apa…kenapa kau….”

Rosemary tidak bisa berkata-kata lagi karena Alfa langsung merangkulnya dan berbisik lirih di telinganya.

“Maafkan aku. Aku sengaja melakukannya agar Anggoro tidak memakanmu,” kata Alfa.

“Terima kasih. Dengan cara yang kau lakukan padaku, kau juga membuatku menjadi perempuan yang mudah menerima ciuman dari lelaki yang bukan kekasihku,” balas Rosemary.

“Rose. Apa kau tidak lihat bagaimana pandangan Anggoro dan Danur padamu? Aku curiga kau akan dikorbankan pada pengusaha asing tersebut,” beritahu Alfa.

Wajah Rosemary yang sebelumnya merah karena marah kini berubah pias. Darimana dan apa alasan Alfa sampai dia bisa mengambil kesimpulan seperti itu?

“Tidak mungkin, Al. Mereka adalah pimpinan yang baik dan….”

“Mereka memerlukan modal yang cukup besar untuk film ini,” tukas Alfa menghentikan pembelaan Rosemary terhadap Anggoro.

“Sekarang katakan padaku, bagaimana bisa seorang pengusaha asing yang baru datang langsung memberikan perhatian padamu? Bukan aku meremehkan kecantikanmu, tetapi dia seharusnya lebih memberikan perhatian pada Riska yang merupakan pemeran utama wanita dalam film ini kalau dia memang serius.”

Penjelasan Alfa seperti pukulan yang menyadarkan Rosemary bahwa semuanya tidak sederhana. Ada intrik dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk melancarkan keinginan dan ambisi mereka.

“Kau serius?” tanya Rosemary lagi.

“Pikirkan kenapa aku dari tadi menyuruhmu berhati-hati dan tidak terjebak dengan kebaikan Anggoro dan mengapa aku selalu menempel padamu,” jawab Alfa tegas.

Kalau saja mereka tidak berada di dalam keramaian sebuah pesta, Rosemary mungkin sudah memeluk Alfa, tetapi tidak mungkin. Dia tidak mungkin membuat berita baru karena dia sendiri yakin, besok berita tentang Alfa yang menciumnya pasti sudah tersebar luas di media.

Alfa adalah bintang muda yang bersinar dan terkenal selalu berganti-ganti pasangan. Kebanyakan dari berita tersebut adalah para wanita yang menumpang tenar padanya.

Rosemary yakin julukan dirinya sebagai bintang pelengkap akan menjadi debu yang ikut bersinar karena berhasil mencuri sedikit cahaya yang dimiliki oleh Alfa.

“Al, apakah tidak terlalu berlebihan penilaianmu itu?” tanya Rosemary setelah Alfa melepaskan rangkulannya.

“Aku yakin tidak. Aku tidak mau terjadi apa pun padamu. Kalau Anggoro memanggilmu, tolong beritahu aku agar aku bisa menemani-mu,” kata Alfa.

Tidak ada yang tahu jenis perhatian yang dimiliki Alfa pada Rosemary. Selama ini Alfa terkenal sebagai lelaki yang tidak bisa dipegang setiap janji yang dia berikan pada wanita.

Bukankah sangat aneh kalau dia memberikan perhatian yang sangat berlebihan pada Rosemary sebagai pemain film yang baru muncul ke permukaan? Bahkan kemunculannya sama sekali tidak terlihat.

Rosemary masih ingin mendengar penjelasan dari Alfa, tetapi suara musik yang berasal dari ponselnya membuat dia batal mengajukan pertanyaan.

Rosemary melihat nama ayahnya sebagai orang yang menelepon sekaligus menyadarkan dirinya kalau waktu yang sudah dia sebutkan pada ayahnya sudah tiba. Dia sudah harus pulang.

“Halo Rose, papa sudah ada di depan, kamu mau pulang jam berapa?” suara Sion, ayahnya Rosemary terdengar saat Rosemary mendekatkan ponsel di telinganya.

“Papa sudah di depan? Rose segera keluar,” kata Rosemary cepat.

Dengan suara pelan, dia bicara pada Alfa untuk berpamitan begitu juga pada Anggoro yang berjalan mendatanginya.

“Sudah mau pulang?” tanya Anggoro hingga menimbulkan tanda tanya sebagian orang yang hadir di pesta tersebut.

“Benar, Pak. Kebetulan ayah saya sudah menjemput,” kata Rosemary.

“Masih cukup sore, kau bisa pulang nanti dan aku yakin ada orang yang akan mengantarmu sampai pembaringan,” kata Anggoro.

Alfa mengerutkan keningnya. Rosemary mungkin tidak menyimak dengan jelas ucapan Anggoro, tetapi dia sangat jelas dan mulai berpikir kalau dugaannya bisa jadi kenyataan kalau Rosemary tidak hati-hati.

“Terima kasih dan maafkan kalau saya tidak bisa memenuhi permintaan bapak. Permisi.”

Apa pun yang dipikirkan oleh Anggor, Rosemary tidak bisa menebaknya, tetapi Alfa menghalangi pandangan Anggoro pada Rosemary dengan berdiri di depannya.

“Dia adalah kekasihku dan aku berharap Anda tidak mengganggunya,” kata Alfa tajam.

“Kekasih? Apa yang bisa kau berikan padanya? Aku bahkan tidak yakin kalau kau bisa diandalkan,” sahut Anggoro sinis.

Sinar mata yang tajam dan kalimat untuk memberikan pembelaan sudah nyaris keluar dari mulut Alfa saat Danur menariknya, menjauh dari Anggoro yang langsung pergi begitu Danur membawa Alfa.

“Hentikan! Kau akan terus bersinar dan jangan buat sinarmu redup karena seorang wanita,” kata Danur memberi peringatan.

“Jadi, kalian sudah sepakat untuk menjadikan Rosemary sebagai….”

Alfa tidak bisa mengutakan kata yang sudah di ujung lidahnya karena dia tidak mau ucapannya menjadi kenyataan. Dia hanya menarik nafas berusaha agar dia bisa melindungi Rosemary.

Sementara itu, Rosemary yang sudah berpamitan melangkah keluar dari rumah megah milik Anggoro dan dia tersenyum saat melihat ayahnya keluar dari dalam mobil.

“Papa sudah lama nunggu di sini?” tanya Rosemary..

“Belum. Apa acaranya sudah selesai?” tanya Sion.

“Acaranya sudah selesai begitu tamu kehormatan meninggalkan acara,” jawab Rosemary.

Rosemary segera masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku yang ada di samping pengemudi sementara Sion mulai menyalakan mesin mobil.

“Kamu serius mau kerja di seni peran seperti ini?” tanya Anggoro setelah beberapa saat memperhatikan putrinya.

“Serius. Papa pasti sudah tahu kalau Rose sangat menyukai seni peran dan berharap Rose bisa terkenal hingga Rose bisa mencari Mama,” kata Rosemary,

“Apakah tinggal bersama dengan papa membuatmu tidak nyaman?” tanya Sion.

“Papa pasti tahu jawabanku. Aku bukannya mau tinggal sama mama, aku hanya ingin tahu kenapa mama meninggalkan aku dan hidup sendirian. Itu-pun kalau dia memang hidup sendirian dengan semua ambisi yang dia miliki,” jawab Rosemary lagi.

Sion hanya diam. Dia dan Rosemary sudah cukup lama tidak melihat Tiara Hartawan dan mereka juga tidak pernah mendengar berita tentang kehidupan wanita yang sudah melahirkan Rosemary.

Episodes
1 Sebuah Peran
2 Apa yang disembunyikan
3 Kesepakatan jahat
4 Rencana terselubung Anggoro
5 Jalan menuju jebakan
6 Apa kabar
7 Kosong
8 Terouruk
9 Pembelaan
10 Hancur dalam arti sebenarnya
11 Terpurukku di sini
12 Terlambat
13 Kembali dan bertemu
14 Perhatian
15 Antara kesedihan dan kegilaan
16 Kesal sendiri
17 Semangat baru
18 Pribadi yang berbeda
19 Jelas berbeda
20 Informasi baru
21 Lelaki itu Emanuel
22 Bukan wanita biasa
23 Tidak terbiasa
24 Keinginan Tiara
25 Perhatian
26 Terserah apa kata dunia
27 Penasaran
28 Selalu ada pilihan
29 Tawaran persahabatan
30 Datang dan pergi
31 Tidak sengaja
32 Masih pria yang sama
33 Gagal bertemu
34 Ancaman atau peringatan
35 Tantangan baru
36 Keinginan tersembunyi
37 Tuntutan Lev
38 Pertemuan yang tidak terduga
39 Bertaruh perasaan
40 Lebih dari ancaman
41 Kemarahan Lev
42 Egois
43 Tidak perlu bicara
44 Tidak ada paksaan.
45 Pertanyaan yang tidak diucapkan
46 Curiga dan marah
47 Penasaran
48 Pria dari masa lalu
49 Awal dari kejujuran
50 Sakitnya tuh disini.
51 Yang ada hanya kebohongan
52 Pilihan akhir
53 Penasaran
54 Memilih menjauh
55 Tawaran tidak datang dua kali
56 Penjelasan
57 Masa lalu
58 Perhatian tanpa kata
59 Diluar prediksi
60 Pertemuan tidak terduga
61 Menepis curiga
62 Saran dari mantan
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Sebuah Peran
2
Apa yang disembunyikan
3
Kesepakatan jahat
4
Rencana terselubung Anggoro
5
Jalan menuju jebakan
6
Apa kabar
7
Kosong
8
Terouruk
9
Pembelaan
10
Hancur dalam arti sebenarnya
11
Terpurukku di sini
12
Terlambat
13
Kembali dan bertemu
14
Perhatian
15
Antara kesedihan dan kegilaan
16
Kesal sendiri
17
Semangat baru
18
Pribadi yang berbeda
19
Jelas berbeda
20
Informasi baru
21
Lelaki itu Emanuel
22
Bukan wanita biasa
23
Tidak terbiasa
24
Keinginan Tiara
25
Perhatian
26
Terserah apa kata dunia
27
Penasaran
28
Selalu ada pilihan
29
Tawaran persahabatan
30
Datang dan pergi
31
Tidak sengaja
32
Masih pria yang sama
33
Gagal bertemu
34
Ancaman atau peringatan
35
Tantangan baru
36
Keinginan tersembunyi
37
Tuntutan Lev
38
Pertemuan yang tidak terduga
39
Bertaruh perasaan
40
Lebih dari ancaman
41
Kemarahan Lev
42
Egois
43
Tidak perlu bicara
44
Tidak ada paksaan.
45
Pertanyaan yang tidak diucapkan
46
Curiga dan marah
47
Penasaran
48
Pria dari masa lalu
49
Awal dari kejujuran
50
Sakitnya tuh disini.
51
Yang ada hanya kebohongan
52
Pilihan akhir
53
Penasaran
54
Memilih menjauh
55
Tawaran tidak datang dua kali
56
Penjelasan
57
Masa lalu
58
Perhatian tanpa kata
59
Diluar prediksi
60
Pertemuan tidak terduga
61
Menepis curiga
62
Saran dari mantan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!