05. Raisa

5

Bibi Raisa berusaha menenagkan Raisa yang masih ketakutan.

"Aku memukul Pak Broto. Bagaimana kalau dia gak sadar lagi, Bi huhu!" Raisa tidak bisa tenang.

BIbi Raisa terkejut ia tidak tahu lagi yang sudah dilakukan rentenir tua itu kepada Raisa hingga Raisa nekat seperti ini. "Kamu bilang apa? Kenapa kamu memukulnya?" tanya Bibi dengan suara yang gemetar.

Akhirnya Raisa menceritakan kejadian yang baru saja menimpanya, bibi sangat marah setelah mengetahui suaminya sendiri yang sudah menyerahkan Raisa kepada lintah darat itu.

Tanpa pikir panjang Bibi Raisa masuk kedalam kamar untuk mengumpulkan semua pakaian Raisa dan semua barang milik Raisa termasuk dokumen penting dan ia simpan di dalam tas.

Sekujur tubuhnya gemetaran ketika menyerahkan tas itu di pangkuan Raisa, "Cepat pergi dari sini!" perintahnya kepada Raisa.

"Mak-maksud Bibi, Bibi mengusir Raisa, Bibi gak percaya sama Raisa? " Raisa kebingungan dibuatnya, kemana ia harus pergi? Hanya Bibi yang ia punya.

Bibi memeluk Raisa erat, rasanya tidak sanggup bila harus jauh dari Raisa. Tapi, ia tidak punya pilihan lain selain menyuruh Raisa pergi dari kampung.

"Jangan pernah kembali lagi ke kampung ini Raisa, pergi sejauh mungkin karena kampung ini sudah tidak aman untukmu," ucap Bibi dengan wajah yang sendu.

"Pak Broto pasti akan baik baik saja, Bibi khawtir setelah dia sadar nanti, ia pasti akan mencarimu jadi pergilah, Nak ... jangan biarkan hidupmu hancur di tangan lintah darat itu. Pergilah, Nak." Bibi menuntun dan mengantar Raisa sampai di ambang pintu.

"Tapi Bibi---"

"Bibi pasti baik baik saja, sebelum pamanmu pulang kamu harus sudah pergi dari sini, " ucap wanita itu dibarengi tangisan sedih sungguh rasanya tidak sanggup melepaskan kepergian keponakan yang selama ini sudah ia anggap seperti anak kandung sendiri.

Dengan penuh pertimbangan Raisa menuruti berintah Bibi-nya. Tapi belum sempat Raisa keluar rumah, paman Raisa sudah terlihat di depan pintu ia hendak masuk kedalam rumah. Yono berdiri sempoyongan ia sudah setengah sadar, ia pulang membawa sebotol minuman keras.

Raisa dan Bibi terkejut dan ketakutan, melihat tatapan mata Yono. "Kenapa kau masih ada di rumah ini huh!" bentaknya pada Raisa.

"Paman!Ak-aku cu-cuma...

"Aku sudah menyerahkanmu sama Pak Brotokenapa kau masih ada di sini cepat pergi sana!" teriakan Yono menggema di malam hari yang sunyi.

Raisa menunduk menyembunyikan tas di belakang punggungnya." Iya Raisa akan pergi Paman! "jawab Raisa ketakutan, jangan sampai Paman melihat tas berisi pakaian yang di pegangnya, sedangkan Bibi berusaha mengalihkan perhatian suaminya, ia berdiri tepat di depan Yono, sehingga Yono tidak leluasa melihat kepergian Raisa.

Namun tiba-tiba.

"Hey tunggu!" Yono berteriak saat Raisa hendak menghidupkan mesin motornya. "Jangan bawa motor itu karena di rumah calon suamimu itu sudah berjejer motor, bahkan kau juga bisa menikmati mobil mewahnya!"

Yono masih bisa menjaga kesadarannya meskipun sudah habis 3 botol minuman keras. Pandangannya masih tajam saja.

Tanpa mau membuang waktu Raisa turun dari motor lalu meraih tas berisi pakaian yang tadi ia sembunyikan.

Yono mulai menyadari ada yang tidak beres dengan Raisa. Ia membanting botol itu hingga pecah di bawah kakinya. Tidak lupa pula ia hempaskan istrinya yang berusaha menghalangi pandangannya.

"Kenapa kau membawa tas sebesar itu? Apa kau mau melarikan diri, cepat kembali kesini!" perintah Yono tatapan matanya seolah ingin menguliti Raisa.

Raisa terperanjat mendengarnya, jarak mereka tidak'lah jauh, Yono melangkah mendekati Raisa, dia ingin memberikan hukuman untuk Raisa.

Tapi Bibi Raisa memegang kuat lengan suaminya."Pergilah Raisa, pergi yang jauh cepat jangan buang waktumu lagi cepat pergi dari sini!" teriaknya dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Sial! Beraninya kalian menantang aku?Raisa kesini kau!" teriak Yono dengan emosi.

Raisa menjadi dilema memilih pergi atau tetap di sini bersama bibinya.

"Pergilah Raisa cepat, pergi jangan pernah kembali lagi ke kampung ini cepat lari akh!!" Ia memekik karena Yono menghempaskan ia sampai kepalanya terbentur tembok.

"Bibi!" Raisa histeris ketakutan melihat darah di kening bibinya.

"Cepat pergi! " teriak Bibi, ia sengaja memegangi kaki Yono agar tidak bisa mendekati Raisa.

Raisa menangis melihat Bibi bersimpuh di bawah kaki Yono, karena tidak mau membuat pengorbanan bibinya sia-sia, akhirnya Raisa melarikan diri.

"Sial kau Raisa! Aku tidak akan melepsakanmu!" teriak Yono, sebelum akhirnya ia jatuh di tanah dan tidak sadarkan diri.

***

Raisa terus berlari di gelapnya malam, di tengah derasnya hujan. Tujuannya saat ini adalah halte bus, Raisa terus berlari meskipun tempat tujuannya itu sangatlah jauh.

Brakkkkkkkkkkkk

"Akhh!" Raisa meringkis kesakitan saat sepeda motor menyenggol lengannya, untunglah ia masih bisa menjaga keseimbangannya.

Seorang pemuda yang tidak sengaja menyenggol Raisa turun dari motor kemudian mendekati Raisa, betapa terkejutnya ia melihat Raisa ada di luar rumah membawa tas besar.

"Yudha," Raisa tek kalah terkejut melihat kekasihnya ada di depan mata.

"Sayang, apa yang kamu lakukan di tengah jalan seperti ini?" tanya Yudha, ia panik melihat penampilan Raisa.

"Yudha, tolong aku... antarkan aku ke terminal bis, aku mohon! " pinta Raisa memelas.

"Kenapa? Kamu mau pergi kemana?"

"Nanti aku jelaskan, sekarang cepat bawa aku pergi dari sini, ayolah aku mohon." Raisa terus merengsk dan memaksa.

Yudha tidak tega melihatnya hingga akhirnya dengan berat hati Yudha mengantarkan kekasihnya ke terminal.

"Kamu pakai jaket ini." Yudha memakaikan jaket boomber miliknya di tubuh Raisa. Setelah memastikan Raisa duduk dengan nyaman barulah ia melajukan motor.

Raisa memeluk erat pinggang Yudha. Ia berusaha menahan perasaan dilema dan sesal karena mengingat mulai hari ini mereka akan berpisah.

Tidak butuh waktu lama, sampailah mereka di tempat tujuan. Yudha mendesak Raisa untuk bercerita hingga ia sangat emosi saat tahu Yono dan Broto bersekongkol untuk melecehkan Raisa.

"Aku tidak akan melepaskan manusia brengs*k itu!" Yudha tidak terima calon istrinya di lecehkan.

Raisa memeluk Yudha, ia berusaha menenangkan emosinya. "Sudahlah, lupakan yang pentingaku baik baik saja, jangan pernah bahayakan dirimu untukku."

"Tapi kamu jangan pergi, tolong jangan tinggalkan aku!"

Raisa menggelengkan kepala dan berucap lirih, "Tapi aku harus tetap pergi aku minta kamu tidak menunggu aku, aku tidak akan pernah kembali ke kampung ini."

"Kamu bicara apa? Kamu gak lupa kalau sebentar lagi kita akan menikah 'kan? Jangan tinggalkan aku!" Rasanya Yudha berat meninggalkan Raisa.

"Tapi Yudha aku tidak bisa kembali ke sini lagi. Maaf kalau aku mengecewakan kamu."

Raisa merasakan sesak kala harus meninggalkan Yudha. Ia tidak mau menyakiti hati Yudha lebih lama lagu. Raisa menghapus air matanya dan tersenyum untuk Yudha. "Aku harus pergi, jangan pernah menunggu aku Yudha, anggap saja hubungan kita berakhir sampai di sini," ucapnya dengan suara yang lirih.

Yudha menarik tangan Raisa "Aku akan tetap setia menunggumu, kalau kamu tidak pernah kembali lagi ke kampung ini, maka aku yang akan mencari dan menjemputmu," tegas Yudha.

Raisa melerai genggaman tangan Yudha, kemudian masuk ke dalam bus yang siap mengantarnya ke tempat yang baru.

"Aku tidak akan pernah melepaskan kamu, Raisa! Aku akan tetap menunggu dan menjemputmu sayang!" teriakan Yudha menghantarkan kepergian kekasihnya.

Terpopuler

Comments

Nani kusmiati

Nani kusmiati

lega nya liat Raisa bisa terbebas dari paman nya dan rentenir itu,lanjut author.

2022-09-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!