02. Raisa

"Kamu boleh marah sama Bibik, tapi kamu jangan lupa kalau Bibik sudah anggap kamu seperti anak kandung Bibik. Percaya sama bibik, Raisa. Bibik ngak akan menghancurkan masa depanmu," ucap wanita berhati lembut yang sampai saat ini belum memiliki anak.

"Kenapa takdir mempermainkan aku?" Raisa semakin menangis, sungguh ia lelah menghadapi kenyataan yang melelahkan, namun apalah daya ia tidak bisa melawan keadaan.

Belum hilang gundah gulana Raisa, tiba-tiba Yono meneriaki namanya.

"Raisa!!!" teriak Yono sembari mengetuk pintu kamar. "Raisa ada pengganggu yang mencarimu, sudah berapa kali Paman bilang, akhiri hubunganmu dengan laki-laki yang tidak punya masa depan itu! Temui dia jangan sampai Pak Broto tau ada laki-laki lain menemuimu!"

Setelah mengatakan itu, Yono langsung pergi keluar rumah, tentu saja untuk mencari kesenangan, duduk di warung tetangga yang sudah ramai dipenuhi bapak-bapak lain yang sedang menikmati minuman keras, semua warga tahu kalau hampir setiap malam Yono pulang dalam keadaan mabuk, pengangguran abadi ini hidup semaunya sendiri.

Tenang ... masih ada istrinya yang sibuk mengetuk pintu ke pintu untuk mencari cucian. Tenang ... sebentar lagi Raisa, keponakan yang cantik itu akan menjadi Nyonya Broto. Tenang ... hidup Yono akan senang dan tenang tenang saja. Itu lah yang ada di kepalanya.

"Itu pasti Yudha Bi...." Raisa mengusap air matanya, semangatnya kembali muncul.

"Pergi mandi, setelah itu temui Yuda. Biar Bibik buatkan teh hangat untuk calon menantu Bibik." Ia belai rambut Raisa dengan sayang.

***

Beberapa saat kemudian, Bibi datang dari dapur membawa nampan kecil berisi segelas teh panas dan juga sepiring pisang goreng yang sempat ia buat di dapur.

Bibi tersenyum ramah melihat Yudha duduk tenang di ruang tamu. "Minum Nak Yudha, teh ini masih panas," ucap Bibi saat meletakan nampan itu di kursi yang ada di samping Yudha.

Mau bagaimana lagi ! satu satunya meja yang ada di ruang tamu sudah hancur di tangan Pak Broto si tua tua keladi, sudah tua tapi semakin menjadi.

"Terima kasih, Bik," jawab Yudha dengan sopan.

"Omongan Paman tadi jangan di masukan kedalam hati ya....Paman itu memang suka gak waras, suka bicara seenaknya," kata Bibik setelah duduk di kursi lain tepat hadapan Yudha .

"Iya, Yudha sudah terbiasa sama semua sindiran Paman." Pemuda tampan ini masih bisa tersenyum, padahal Paman Raisa sudah sangat menghinanya.

Siapa yang tidak sakit hati dianggap sebagai seorang pemuda yang tidak punya masa depan? Sedangkan masa depan Paman Raisa saja MADESU , atau masa depan suram.

"Nunggu lama, ya? tanya Raisa kepada kekasihnya yang terlihat semakin tampan.

"Anaknya sudah datang, ya sudah Bibi tinggal ke dapur dulu!" Pamit Bibi kepada keponakannya

"Duduk sini!" Yudha tersenyum manis ia menarik tangan Raisa hingga duduk di sampingnya.

Yudha memperhatikan pipi Raisa yang merah menganga, cap jari masih terlihat jelas di wajah cantik Raisa.

"Ini pasti sakit. Paman memukulmu lagi ? Dia sudah sangat keterlaluan!" Yudha tidak terima kekasihnya diperlakukan sangat kejam oleh pamannya sendiri.

Raisa memalingkan wajahnya ke sembarangan arah. "Sudah biasa dan ini bukan apa apa! Apa kamu malu dengan hubungan kita ini? Semua orang di kampung sudah tau perbuatan ibuku yang pergi membawa uang orang lain!"

"Aku gak malu, tolong jangan pernah berfikiran seperti itu." Yudha menggenggam tangan Raisa. Hingga Raisa melihatnya lagi.

"Tidak ada yang bisa dibanggakan dari keluarga berantakan seperti ini. Aku bukan Raisa yang dulu kamu kenal! "

Raisa merasa tidak pantas menjadi kekasih Yudha yang berasal dari keluarga harmonis. Ayah Yudha tergolong Orang tua yang disegani di kampung ini.

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu, aku akan menerimamu dalam keadaan apapun, aku sudah berniat melamarmu jadi sebentar lagi kita akan menikah."

Pemuda berusia 27 tahun ini sudah menjalin kasih dengan Raisa selama hampir satu tahun. Meskipun orang tua Yudha tidak pernah merestui hubungan mereka, tetapi Yudha tidak perduli dan tetap memertahankan hubungannya dengan Raisa.

Raisa sedikit lega mendengarnya, ia bahagia memiliki kekasih seperti Yudha yang selalu ada untuknya. Meskipun Raisa sudah berulang kali minta putus dari Yudha, tapi pemuda tersebut tetap mempertahankan dirinya.

.

.

.

.

.

Sementara Yono sudah hampir tidak sadarkan diri, ia masih memegang botol minuman keras, entah sudah berapa botol minuman keras yang sudah ia tenggak.

"Hei....sebentar se se sebentar lag lagi ak aku ak akan men menjadi orang kaya hahahah huek ! " Yono menepuk nepuk dada di depan beberapa orang yang juga sudah hampir tidak sadarkan diri.

"Mana bisa jadi orang kaya! Mas Yono saja pengangguran!" sahut penjaga warung.

"Hahahaha aku ti ti tidak perlu be bekerja, aku sudah punya ladang duit!" Yono kembali meresapi botol minuman sampai tandas.

"Ladang duit siapa? Istrimu saja cuma seorang buruh cuci." Perempuan itu semakin meremahkan Yono.

Pyar....

Yono membanting botol sampai pecah membuat sebagian para pekerja wanita di sana ketakutan.

"Jangan remehkan aku, keponakanku akan menikah dengan orang kaya di kampung ini! Dia akan menjadi istri ke-3 Pak Broto hahahahah!" tawanya setengah sadar.

Orang-orang di sana sudah biasa melihat Yono mabuk, bahkan terkadang ia tertidur di warung dan pulang menjelang pagi.

***

"Huek ... buka pintu!" teriak Yono tepat di teras rumah.

"Hei....Buka pintunya sialan!" umpat Yono terus menggedor pintu." Cepat buka!" teriaknya lagi.

Suara Yono berhasil membangunkan Raisa dari tidurnya. Raisa mengikat rambutnya asal, kemudian dengan mata yang masih mengantuk Raisa bergegas membuka pintu.

"Kenapa kau lama sekali? Kau sengaja membuat Paman kedinginan di luar?" Yono menjambak rambut Raisa sampai Raisa meringis kesakitan.

"Aghh, sakit! Lepaskan rambutku," pinta Raisa memelas.

"Dasar gak berguna!" Yono menghempaskan Raisa sampai kening Raisa membentur dinding. Ejekan yang menyinggung hatinya di warung tadi masih terngiang di telinga hingga membuat ia semakin emosi saat melihat Raisa.

"Agkhhhh!" Raisa kembali merasakan sakit atas perlakuan Paman yang kejam.

"Seharusnya aku menjualmu, itu pasti akan sangat menguntungkan!"

"Jangan jual aku, Paman! " Raisa memohon dan menyatukan kedua telapak tangannya. Ancaman itu sangat menakutinya.

"Kita lihat saja, sampai kapan kau bisa menolak Pak Broto!" teriak Yono sembari menolak bahu Raisa. "Kalau tidak menikah dengan Broto. Kau jual di rumah bordir," ucapnya sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah.

Raisa hanya bisa menangis meratapi nasip dan pasrah menerima kekejaman Yono.

"Masuk ke kamar!" teriak Yono saat melihat istrinya ingin mendekati Raisa, Bibik Raisa tiak tega melihat Raisa, tapi ia juga tidak berdaya membantu karena takut Yono juga memukulnya seperti yang sudah-sudah.

Terpopuler

Comments

Tri Sulistyowati

Tri Sulistyowati

suami kayak gitu koq dipiara. mbok diracun

2023-01-08

1

aku_aja

aku_aja

komen aja biar rame

2022-09-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!