Jam 8 pagi Raisa sampai di toko tempat ia bekerja. Di sana sudah ada pemilik toko yang baru saja membuka toko pakaiannya.
"Pagi, Bu," sapa Raisa dengan ramah .
"Pagi, wah sepagi ini kamu sudah datang?" Wanita separuh baya itu tersenyum melihat Raisa yang selalu datang ke toko lebih awal dibandingkan para pekerjanya yang lain.
"Iya, Bu." Raisa bergegas masuk ke dalam toko untuk merapikan beberapa manekin sebelum para pelanggan datang memenuhi tempat tersebut.
Menjelang siang hari , toko sudah ramai dikunjungi pembeli. Raisa terlihat cekatan melakukan proses tawar menawar pakaian , ia selalu berhasil membuat pembeli tertarik dengan dagangannya.
Selama satu minggu ini, Raisa tidak pernah bertemu dengan Pak Broto, tentu saja itu membuatnya lebih tenang, tapi hari ini, Broto datang dan mencoba mendekatinya.
Kehadiran Broto mengejutkan Raisa, hingga ia tidak sengaja menjatuhkan manekin.
"Pak Broto," lirih Raisa, tubuhnya bergetar mengingat ucapan paman yang mengatakan akan menikahkan dirinya dengan laki-laki tua ini.
"Kenapa terkejut Raisa? Apa kamu gak kangen sama calon suamimu ini?" tanya Broto, ia terus memperhatikan penampilan Raisa dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
"Sudah aku bilang, sampai kapanpun aku gak akan pernah mau menjadi istri Pak Broto," jawab Raisa dengan nada suara sekecil mungkin agar Bu Yanti tidak mendengar ucapan Pak Broto yang memalukan.
"Kamu memang menggemaskan, Raisa. Aky semakin penasaran denganmu, kamu gak perlu malu bertemu denganku."Broto hampir menyentuh dagu Raisa, tapi gadis itu langsung menepis tangannya.
"Jangan ganggu aku!" ketus Raisa.
" Kenapa? kamu ini calon istriku. Harusnya kamu gak perlu repot repot kerja seperti ini. Bilang saja berapa uang yang kamu butuhkan, aku pasti akan mencukupi semua kebutuhanmu, sayang!"
"Jangan keterlaluan Pak Broto! Jangan seenaknya memaksakan kehendak Pak Broto sama orang lain!"
"Hahahah orang lain siapa? Kamu ini calon istriku, satu minggu lagi, kita akan menjadi sepasang suami istri !" Broto mencolek sekilas dagu Raisa.
"Jangan bermimpi ingat sama anak cucu dirumah, Pak!" jawab Raisa sebelum akhirnya kembali masuk ke dalam toko.
Broto tersenyum sinis melihat Raisa masih jual mahal. Akhirnya ia dan kedua algojonya pergi meninggalkan tempat itu.
***
Sepulang kerja, Raisa mengurung diri di kamar. Ia masih memikirkan cara untuk melunasih hutang ibunya kepada Broto. Namun, ketukan pintu membuat kepalanya pusing dan tidak fokus berfikir.
Tok.....Tok...Tok...
"Buka pintunya!" Yono berteriak di luar pintu kamar Raisa.
"Ada apa paman?" Raisa menjawab dengan malas.
"Pergilah ke rumah Pak Broto. Dia baru saja tetepone akan melunasi hutang Ibumu itu!" ucap Yono.
"Melunasi hutang ibu?" Raisa bergegas membuka pintu kamar untuk memastikan kalau ia tidak salah dengar.
"Tapi ini sudah hampir jam sembilan malam Paman, apa gak bisa ditunda?"
"Harusnya kamu senang karena Pak Broto mau berbaik hati melunaskan seluruh hutangmu, cepat datang ke rumahnya untuk menandatangani beberapa surat perjanjian yang sudah disiapkan pak Broto, jangan lupa kau harus memastikan semua berjalan baik ya, jangan sampai Pak Broto berubah pikiran."
Raisa berfikir sejenak. "Kalau gitu Raisa ajak Bibik, ya ...."
"Bibi pergi mengantarkan cuciannya, sudah pergi sendiri saja sebelum malam semakin larut."
"Baiklah, Raisa pergi dulu." Raisa tidak punya pilihan lain. Ia pergi untuk menghapuskan hutang-hutang ibunya.
Setelah 20 menit menempuh perjalanan menggunakan motor matic, sampailah Raisa di depan rumah Broto, pintu rumah itu masih tertutup rapat. Suasana di sekitar tampak sunyi seperti tidak berpenghuni.
Pintu terayun dari dalam setelah gadis ini mengetuk pintu, terlihat Pak Broto hampir tidak berkedip melihat Raisa.
"Udah datang cepat juga, ya!" Pak Broto menggeser sedikit tubuhnya untuk mempersilahkan Raisa masuk ke dalam rumahnya. "Masuk lah! " katanya lagi.
Raisa masih mematung di tempat, ia sedikit curiga melihat tingkah Pak Broto.
"Tenang saja, istri dan anakku ada di dalam. Ayo, duduk dulu." Broto menunjuk sofa di ruang tamunya.
Raisa lega mendengarnya, ia duduk di tempat yang ditunjuk Broto. Kemudian, Broto juga duduk tidak jauh darinya.
"Paman bilang pak Broto mau menganggap lunas hutang Ibuku?" tanya Raisa tanpa basa-basi.
"Iya, itu benar," jawab Pak Broto sembari menganggukkan kepala.
"Klau begitu bisa aku minta berkas yang harus aku tandatangani?"
"Kenapa buru buru? kamu baru sampai dan belum minum apa pun 'kan?"
"Terima kasih tidak perlu repot, Pak," tolak Raisa sehalus mungkin, ia berpindah tempat duduk saat Broto mendekatinya.
"Kenapa menjauh?" tanya Broto, ia menatap Raisa lekat.
Raisa merinding melihat wajah mesum Broto. Namun, ia mencoba sembunyikan ketakutannya.
"Mana berkasnya, Pak?" tanya Raisa sembari menengadahkan telapak tangan. "Biar saya tanda tangani secepatnya!" pinta gadis yang memakai sweater warna hitam tersebut.
"Ada di dalam, nanti aku ambil setelah kita bahas berapa jumlah hutang yang ditinggalkan ibumu. Kamu tahu jumlahnya?"
Raisa menganggukkan kepala.
"Bagus kalau kamu tahu," ucap Broto.
"Memang 150 juta, Pak?" Sebenarnya Raisa tidak yakin, apalagi ibunya tidak pernah mengungkit jumlah hutangnya kepada Broto.
"Kenapa kamu tidak yakin? Itu jumlah uang yang banyak, bahkan saya pikir sampai kapan pun kamu tidak akan bisa melunasinya, benar 'kan?"
"Sebelum Pak Broto berencana menghapuskan hutang-hutang ibu saya, selama ini aku sudah berusaha mengumpulkan uang untuk melunasinya asalkan Pak Broto mau bersabar menunggu," terang Raisa.
"Tapi aku rasa aku tidak bisa terlalu lama menunggu waktu itu, sayang...."
"Sebenarnya, untuk apa pak Broto menyuruh aku datang kesini? Kalau memang tidak ada yang harus aku tanda tangani lebih baik aku pulang saja."
Raisa berdiri tapi Pak Broto memegang pergelangan tangannya, hingga ia kembali duduk seperti semula. Raisa mulai menyesali datang ke rumah ini.
Umur Pak Broto memanglah tidak muda lagi, tapi tenaganya masih cukup kuat. Sampai Raisa tidak bisa melepaskan tangannya dari cengkraman laki laki yang sudah menjebaknya.
Ternyata keputusan Raisa datang ke rumah ini adalah keputusan yang salah.
"Pak Broto menjebak aku? Lepaskan!" teriak Raisa penuh emosi. Tubuhnya merinding melihat Broto menatapnya tanpa kedip.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments