"Bang... maukah kau menjadi kakak iparku? " tanya Doni tiba-tiba sambil menggenggam jemari Lukman.
"Apa kau sedang melamarku?" tanya Lukman sambil menahan senyuman.
Doni mengangguk cepat berkali-kali.
"Mana cincin dan bunganya?"
Lukman melepaskan tangannya dari genggaman Doni kemudian menengadahkan tangannya.
"Harus seperti itukah?" tanya doni bingung sambil menggaruk rambut gondrongnya yang kumal.
Lukman menyingkap rambut Doni yang menutupi kening remaja itu dengan tangan kanannya kemudian "cetakkk" tangan kirinya menyentil kening Doni dengan sangat keras.
"Aaaggh!!! ini sakit bang! issshh... kau suka sekali menganiayaku" Doni mengusap-ngusap keningnya yang tampak merah.
"Sudah berapa lama kau tidak keramas? hii... jorok!" Lukman mengusap-usapkan tangannya pada baju Doni dengan wajah jijik.
"Aku serius bang. Aku melamarmu untuk kakakku yang ambisius itu"
"Kau tahu kakakmu ambisius dan ingin aku menikahinya. Kau mau menjebakku ya?" Lukman menatapnya dengan pandangan penuh selidik.
"Bukan seperti itu bang, kakakku butuh orang sepertimu" Doni nampak serius saat mengatakannya.
"Kau bahkan belum tahu namaku anak kecil... siapa namamu?
"Doni. Ahmad Romadloni"
"Berapa umurmu?"
"15 tahun"
"Apa kau bolos sekolah? kau kelas berapa ?"
"Harusnya kelas sembilan tapi sudah dua bulan ini aku tidak bersekolah"
"Kau tinggal dimana?"
"Di daerah nggenuk watu bang, di Kali deres. Bang.... abang mau kan jadi kakak iparku?" tanyanya lagi.
"Hufffhhhttt..... hahaha hha.....hhaa hahahh.....aduh sakit perutku...." Zainal yang dari tadi menjadi pendengar setia tidak lagi bisa menahan tawanya.
"Baru kali ini aku lihat seorang adik yang melamar seorang pria untuk kakaknya, aduh.... perutku, aduh kamu lucu sekali" Zainal memegang perutnya yang keram karena sejak tadi menahan tawanya.
"Memangnya kenapa? aku ini walinya. Aku boleh menjodohkannya dan mencarikan suami untuk kakakku. Kami sudah tidak punya orang tua atau paman dari pihak ayah. Jadi akulah yang akan menikahkan kakakku nanti" Doni berkata dengan suara keras sambil menatap ke arah Zainal.
"Benar begitu kan bang?" Ia mengalihkan pandangannya pada Lukman dengan suara melunak.
"Hem..." jawab Lukman membenarkan.
"Aku ingin ada seseorang yang akan menjaganya dan bisa membahagiakannya. Dia sudah bekerja keras untukku tapi aku selalu saja menyusahkannya. Dan jika suatu saat aku masuk penjara aku tidak perlu khawatir lagi jika dia sudah menikah dengan orang yang tepat." Remaja itu mengatakannya dengan mantap.
Zainal terdiam mendengarkan pengakuan Doni. Ia tak menyangka pikiran remaja ini sudah begitu jauh sampai mencari pria yang cocok untuk kakaknya karena merasa bertanggung jawab. Zainal merasa malu pada dirinya sendiri. Umurnya jauh lebih tua dari Doni tapi ia masih saja malas dan kurang bertanggung jawab. Orang tuanya sudah berumur dan sering sakit. Mereka memintanya untuk mengambil alih tanggung jawab swalayan tapi ia masih saja bermalas-malasan. Pak Dirmanlah yang akhirnya dipercaya oleh orang tuanya sebagai direktur untuk sementara hingga Zainal sudah siap.
"Bang.... Pak dirman itu siapanya abang?" Zainal bertanya karena penasaran dengan interaksi pak dirman dan Lukman sewaktu di ruang meeting tadi.
"Ayahku" jawab Lukman
"Aahh... berarti calon mertuaku?"
"Tanyakan pada Ani tentang status kami!" Kata Lukman lagi.
"Maksudnya....? apanya yang ditanyakan bang? ehmm.... kalau pak Dirman ayah abang kan berarti ayahnya dokter Ani, itu berarti pak Dirman calon mertuaku. Begitu kan bang? Ngapain ditanyakan lagi." Jawab Zainal dengan asumsinya.
"Kau itu cerewet sekali! " Lukman menyentilkan tutup botol betadine ke kening Zainal.
"Aaahh, issshh.... sakit sekali bang! untung saja kau calon kakak iparku kalau tidak....uugh". Ia geram sendiri pada Lukman.
"Memangnya kenapa kalau aku bukan kakaknya ha? memang kau berani padaku?" Tanya Lukman sok jagoan.
"Tidak bang... tidak! aku hanya bercanda bang... santuy bang!" Zainal mencoba mengalah sajalah. Cari aman maksudnya.
"Tanyakan saja besok kalau kalian bertemu. Bagaimana sebenarnya hubungan kami. Awas kalau kau macam-macam. Jaga mata dan tanganmu saat bertemu dengannya. Atau akan ku patahkan seluruh tubuhmu!!!" Lukman mengeluarkan suara bengisnya untuk mengancam Zainal.
"Aku tahu bang.... itu artinya abang merestui kami kan? terima kasih bang" Ucap Zainal senang karena sudah mendapatkan satu dukungan.
.
.
.
.
.
Setelah hari itu Lukman melunasi semua biaya administrasi sekolah yang belum di bayar Doni. Lukman sendiri yang datang ke sekolahan sambil minta maaf dan menitipkan Doni kepada guru yang bertanggung jawab layaknya seorang kakak.
Dia juga memindahkan 'adik-adik' Doni ke panti asuhan yang rutin dikunjunginya bersama keluarganya terutama dirinya yang mengajar beladiri di sana sehingga Doni tidak perlu lagi menghawatirkan kehidupan mereka.
Lukman pun mempekerjakan Doni di stand nya yang ada di supermarket TOP DEWE. Doni di tempatkan di sift dua karena paginya dia harus sekolah. Alasan Lukman menyuruh Doni untuk bekerja adalah agar lelaki remaja itu ada kegiatan sepulang dari sekolah dan agar ia bisa sedikit meringankan beban kakaknya.
Lukman adalah seorang Sarjana pertanian yang mencoba peruntungan dengan berdagang mengikuti jejak bang Alif menjual barang-barang accecories pria dari dompet, tas, topi, sepatu dan gantungan kunci.
Sudah setahunan ia menggelutinya tapi jalannya tak seperti yang dia harapkan. Penjualannya biasa saja tak seperti bang Alif yang sepertinya jodoh di bidang itu hingga kini sudah punya toko offline nya, juga punya gudang di sebelahnya. Pengirimannya juga sudah merambah ke berbagai negara meski masih perorangan.
Sebenarnya Lukman adalah seorang petani yang cakap. Semua yang ditanamnya pasti tumbuh dan berbuah lebat. Di halaman rumahnya ia menanam aneka sayuran dalam polibag-polibag. Menatanya dengan rapi membuat halaman rumah nampak sejuk dan asri.
Sedangkan di halaman rumah bang Alif ia menanami tanah yang ada dengan berbagai tanaman buah sehingga mereka sering tinggal petik saja saat waktunya berbuah. Ada jambu air , jambu biji, kelengkeng, strawberry, anggur hijau.
Lukman juga menanam beberapa bunga untuk memperindah halaman rumah mereka.
Berbanding terbalik dengan penampilannya yang seperti orang cupu, caranya menata aneka tanamannya sangat indah membuat semua orang betah melihat halaman mereka. Apalagi di tengah-tengah antara halamannya sendiri dan halaman bang Alif ada ayunan yang bisa di pakai oleh empat orang dewasa sekaligus.
Lukman juga menggarap sawah milik keluarganya dengan sistem bagi hasil. Sawah bibinya yang kini sudah di bagi menjadi dua menjadi milik bang Alif dan Ani. Sedangkan milik sang Ayah yaitu pak Dirman juga sudah di hibahkan pada dirinya dan adiknya Karina.
Sebetulnya penghasilannya tergolong lumayan jika di hitung-hitung bahkan terkadang lebih besar pendapatannya dari pada gaji UMR. Tapi entah kenapa setelah dia punya tabungan ada saja kejadian yang membuatnya harus merogoh tabungannya hingga hampir habis.
Jadi sampai saat ini impiannya untuk membeli sawah sendiri belum terealisasi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Puspus
bagus ceritanya , ga melulu ceo 😌
2022-10-14
1