Laila tampak senang ketika melihat seorang pria yang berpenampilan parlente datang. Ia bergegas mendatangi pria itu dengan tangan yang seolah ingin memeluknya untuk mengadukan nasib yang dihadapinya tapi pria berdagu terbelah itu langsung mengangkat kedua tangannya.
"Mundur La", perintahnya
"Tolong adik saya pak Zainal....!" kata Laila sambil mundur beberapa langkah dengan menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya. Ia menangis terisak-isak.
"Duduk dulu...! Lelaki manis itu melihat sekeliling ruangan.
Doni mengamati tatapan kakaknya pada sang pria yang terlihat seperti seorang atasan. Ia yakin kakaknya mengincar pria itu. Tampan dan kaya. Mungkin dalam mimpi bisa terwujud keinginannya.
Doni kemudian membandingkannya dengan lelaki yang tadi memukulinya. Badannya tinggi dan kekar terlihat dari otot-otot tangannya yang menyembul keluar. Wajahnya hitam manis dengan rahang yang kokoh dan tatapan matanya seperti elang. Rambutnya agak sedikit berhamburan, sebagian menutupi keningnya dan itu malah terlihat macho dan keren. Dua kancing kemeja bagian atas terbuka dan sedikit memperlihatkan dadanya yang bidang. Lengan kemejanya pun digulung setengah lengan hingga tampak ototnya yang kekar. sungguh tampak berbeda dan itulah definisi lelaki yang seharusnya menurut Doni.
"Bang Lukman..? Pria necis itu seperti menyapa seolah tak percaya dan ingin meyakinkan dirinya. Lukman tak menjawabnya dengan kata-kata, ia hanya menggerakkan dagunya mengarah pada wanita paruh baya yang terlihat angkuh.
" Bagaimana kejadiannya tadi?" Pria itu duduk di dekat pak Dirman.
"Dia mencopet dompetku. Anak kecil ini harus dihukum dan aku akan mengajukan tuntutan pada swalayan ini karena disini tidak aman. Pasti ini sudah direncanakan oleh pihak swalayan dan anak-anak berandal seperti dia. Kalian memancing pelanggan datang kemari kemudian mencopet dompet-dompet mereka. Cih.. trik murahan!" katanya bersungut-sungut.
Semuanya tampak tegang, bagaimana bisa wanita di depan mereka bisa berpikir sejauh itu, masalahnya akan menjadi rumit kalau begini ceritanya.
"Bu Carla, sabar dulu. coba kita dengarkan dulu bagaimana kejadiannya tadi!" kata pak Dirman pada wanita yang bernama bu Carla yang langsung melengos.
"Lukman, Bagaimana tadi kejadiannya ?" lanjut pak Dirman.
" Tadi aku sedang berjalan menuju musolla. Kemudian aku mendengar orang-orang di parkiran berteriak 'copet-copet' aku pun berlari mengejar seorang remaja yang sedang berlari sambil memeluk sesuatu. Saat mendapatkannya aku melihatnya memegang dompet wanita tapi karena dia terus melawan dan mencoba melarikan diri terpaksa aku memukulnya dengan keras, " Lukman menjelaskan awal kejadiannya
"Siapa namamu anak muda?" tanya Zainal
"Doni" jawab sang remaja dengan singkat
" Kau mencopet dompet ibu ini?"
" Ya " Di luar dugaan ternyata dia menjawab dengan jujur tanpa di harus di tekan dan di paksa.
"Apa salah satu kami ada yang menyuruhmu melakukan ini?" lanjut Zainal
"Aku tidak percaya. Aku yakin kalian bersekongkol," bu Carla menyela dengan berteriak.
"Apa kalian tahu aku ini kakaknya walikota. Aku akan mengadukannya pada adikku dan membawa kasus ini ke pengadilan." lanjut bu Carla
"Kita bisa merundingkannya baik-baik bu," pak Dirman ikut berbicara.
"Kenapa ? apa kalian takut ? Kalau kasus ini sampai ke pengadilan, kalian sendiri yang akan rugi. Orang-orang pasti tidak akan mau lagi belanja lagi ke sini. dan kalian akan bangkrut," bibir menornya menyeringai.
"Ibu tidak bisa menuduh kami sembarangan, memangnya bukti apa yang ibu punya untuk tuduhan ibu yang tidak masuk akal itu?" kata Zainal terpancing emosi.
"Apalagi? sudah jelas. Anak berandal ini adalah adik dari pegawai swalayan ini. Pasti kalian sudah merencanakannya."
"Tidak ada yang menyuruhku. Aku melakukannya karena kemauanku sendiri," kata Doni menyanggah perkataan bu Carla.
"Diam kau bocah!! Orang tuamu pasti tidak mendidikmu dengan baik sampai anaknya menjadi berandalan sepertimu..!"
"Ibu bisa memaki-maki kami kenapa harus membawa-bawa orang tua!!,"Laila pun ikut berteriak, dia tidak terima orang tuanya jadi bahan olok-olokan.
"Beraninya kau bicara tidak sopan pada orang yang lebih tua, " bu Carla hendak berdiri untuk mendatangi Laila.
BRAKKK!!!!
Lukman menggebrak meja, membuat semua orang yang ada di ruangan itu kaget. Bu carla yang ikut terkejut langsung terduduk kembali sambil mengusap-usap dadanya.
Lukman melihat bu Carla dengan seksama. "Tidak masalah jika ibu ingin lewat jalur hukum"
Ia kemudian menoleh ke arah Zainal, "Panggil pengacara kalian dan biarkan dia yang mengurusnya!" Suaranya keras menggelegar.
Zainal kemudian mengambil hapenya dan mencari nama pengacara keluarganya. Ia menekan nama M lutfi SH kemudian menempelkan hp ke telinganya.
"Tunggu dulu! bagaimana kalau kita berdamai. Aku tidak akan menuntut kalian asalkan kalian memberi ganti rugi padaku sebesar 10 juta. Itu lebih menguntungkan bukan ?"
"Ya pak Lutfi ini saya Zainal." Zainal langsung berbicara dengan pengacara keluarga dan perusahaannya.
"Begini pak Lutfi, tadi ada seorang remaja yang mencopet di area parkir swalayan."
.
"Sudah, pelakunya sudah ditangkap tapi masalahnya korban mengatakan bahwa pihak swalayan punya andil dan sudah merencanakan semuanya untuk menjebak para pelanggan disini. Dia bersikeras membawa masalah ini ke pengadilan atau minta ganti rugi sepuluh juta"
Zainal mengerutkan kening, " emmm.... jadi kita bisa menggugat balik?"
"Pencemaran nama baik"
"Tuduhan palsu "
"Pemerasan"
"oohh. baik baik. Terima kasih pak Lutfi. Saya akan menghubungi bapak kembali jika memang harus ke pengadilan".
Zainal menyudahi telponnya kemudian memandang ke arah bu Carla.
"Saya tidak akan membawa masalah ini ke pengadilan tapi anda harus memberi ganti rugi pada saya 10 juta. Itu uang yang sangat sedikit untuk swalayan seramai ini. Dan anda tidak akan rugi karena tidak akan ada pemberitaan miring tentang swalayan. Bagaimana?"
Kata wanita paruh baya itu sambil tersenyum menyeringai.
Pak Dirman kemudian menunjukkan layar laptonya pada Zainal. Zainal melihat dengan seksama wajah itu, sama persis dengan wajah bu Carla meski terlihat sedikit lebih muda dan dandanannya agak kampungan. Pak Dirman dan Zainal berdiskusi sebentar untuk mengambil keputusan.
"Baiklah kita bawa kasus ini lewat jalur hukum" kata pak Dirman dengan suaranya yang tenang.
"Kalian tidak bisa seenaknya seperti itu y!" Kini wanita itu tampak ketakutan tapi tetap berusaha kelihatan sangar dan seolah-olah ia bisa membalik keadaan karena punya bakingan.
" Apa ibu masih ingat ini?" pak Dirman membalik layar laptopnya agar semua orang yang hadir bisa melihatnya.
Di layar laptop terlihat foto bu carla yang tampak lebih muda memegang arloji dan diatasnya terdapat tulisan besar menggunakan huruf kapital TERSANGKA 34 dan dibawahnya tertulis nama Siti Maysaroh.
Melihat hal itu bu Carla yang punya nama asli Maysaroh langsung pucat pasi. Beberapa tahun yang lalu dia pernah mencuri jam tangan di swalayan ini tapi naas ia ketahuan. Saat itu ia hanya diperingatkan tanpa harus membayar denda seperti peraturan yang seharusnya yaitu membayar sepuluh kali lipat dari harga barang yang di curi. Melihat pelakunya adalah orang yang sudah cukup berumur dan mengaku tidak punya siapapun pihak swalayan berbaik hati melepasnya hanya dengan peringatan saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
روزان اشراف
hhhhh lucu juga
2022-11-08
1
Ummu Jihad Elmoro
rasain tuh.. senjat mkan tuan.. hihi
2022-09-13
1