Lukman mengambil kopyah yang tadi ditaruhnya di pagar serambi masjid. Ia menyugar rambutnya ke arah belakang kemudian memasang kopyah di kepalanya. Perfect.
"Ayo...!" katanya sambil membuka pintu musolla. Zainal dan Doni pun mengikutinya dari belakang. Mereka masuk ke dalam musolla yang suasananya hening dan menenangkan.
"Kau saja yang jadi imam!" kata lukman pada Zainal.
"Kok aku? bacaan Al qur'anku masih banyak yang salah bang" tolak zainal
"fuhh...." Lukman menghembuskan nafasnya kemudian maju ke depan sambil mengucap basmalah dengan pelan.
"Alloohu akbar" Lukman mulai mengimami solat dhuhur mereka dengan suara takbir yang keras kemudian membaca al fatihah dan surat pendek dengan suara yang pelan.
Mereka menikmati pertemuan mereka dengan Rob semesta alam. Mengeluarkan keluh kesah dan menyampaikan rasa syukur atas apa yang terjadi pada mereka. Mengadukan segala hal pada yang Maha Mengetahui seolah-olah berjumpa dengan kekasih yang lama tak bertemu untuk menumpahkan segala kerinduan.
Doni bahkan menangis saat sujud sampai selesai solatnya. Ia bahkan menangis sesenggukan sambil mengaminkan doa yang dibaca pria kekar yang kini menjadi imam. Setelah selesai berdoa Doni yang masih sesenggukan kemudian keluar menuju serambi dan duduk di pinggir lantainya dengan menjuntaikan kakinya ke bawah. Ia mengingat betapa banyak ia melupakan Alloh tapi masih saja ia diberi kesempatan untuk hidup. Ia ingin kembali tapi ia merasa malu dan bingung bagaimana cara memulainya kembali.
Tak lama kemudian Zainal juga ikut duduk di pinggir lantai serambi.
Laila yang ada di bilik wanita mencuri dengar suara Lukman yang sedang melafadzkan dzikir dan wiridnya dengan suara pelan sampai selesai. Ia pun ikut keluar setelah yakin jika Lukman juga sudah keluar musolla.
.
Lukman mengambil kotak obat yang ada di pojok serambi. Duduk di pinggiran teras musolla di sebelah doni. Ia menghadap ke arah remaja lelaki itu dengan kaki bersila. Laila duduk di dekat Lukman yang posisinya seperti sedang memunggunginya.
"Kalau terluka di bagian yang harus terkena air saat wudlu kamu harus berwudlu dulu baru kemudian membersihkan lukanya dan membalutnya dengan perban. Itu berlaku selama tiga hari. Kau bisa wudlu tanpa membuka plasternya. Setelah tiga hari kau harus membukanya", kata Lukman sambil memberi betadine di pelipis Doni yang lukanya masih menganga dengan darah yang masih keluar meski sedikit. kemudian menempelkan plaster di situ.
Doni mengaduh saat Lukman menempelkan plaster dan sedikit menekannya, "sakit bang!"katanya tapi pria yang di kaguminya tak menggubrisnya.
"Buka bajumu!" kata Lukman.
"Aku malu bang!" katanya sambil mengeratkan kerah bajunya.
Lukman kemudian menyentil keningnya Doni dengan keras.
cetak!!!
"Aawww, sakit bang!" Teriaknya.
" Kemana rasa malumu saat kau mencopet tadi?" Tanya Lukman.
Doni diam menunduk sambil mengerucutkan bibirnya. Ia pun dengan terpaksa membuka bajunya dan Lukman mencari luka yang ada di tubuh Doni kemudian mengobatinya. Entah kenapa mereka cepat akrab, interaksi mereka layaknya seorang kakak yang sedang memarahi adiknya.
Sedangkan Zainal dan Laila diam saja menjadi penonton sampai Zainal merasakan getaran di saku celananya.
Zainal pun segera mengangkat telpon itu dan mengucap salam
"Ya assalamualaikum...?"
"Iya, tolong kirim no rekening rumah sakit dan biaya tagihannya saya akan segera mentransfernya" Kata Zainal tanggap. Ia mengira itu adalah bagian administrasi dari rumah sakit tempat pujaan hatinya bekerja untuk menagih biaya pasien yang dia jamin tadi.
"Mohon maaf ini dengan siapa?" Zainal sedikit memiringkan kepalanya sambil mengernyit dan ketiga orang yang sedang berada di situ membuka lebar-lebar telinganya sambil berpura-pura tidak mau tahu urusan orang lain.
"Aa... dokter Ani ya, iya iya sebentar dok" . Zainal memakai sepatunya dan melihat sekilas ketiga orang yang berada disitu sedang memperhatikannya tapi ia mengacuhkannya begitu saja karena suara yang ada di telepon lebih menggodanya.
Sementara itu Lukman dengan sabarnya membersihkan tubuh Doni yang penuh luka dan memberinya betadine dan s sebagian dia plester.
Beberapa menit kemudian Zainal berjalan kembali mendekat ke serambi dengan senyuman yang tidak lepas dari bibirnya.
Lukman menatapnya dengan tajam,"apa itu Ani?" tanyanya mengintimidasi.
"Iya bang. Dia sudah menerimaku menjadi pacarnya..." jawab Zainal sambil duduk di bibir lantai dengan kedua tangan menyanggah mukanya yang tengah bahagia dan senyumnya yang mengembang bak kembang gula.
"APAA?" Lukman memekik kaget. 'pacaran, Ani mau pacaran? benarkah?'batin Lukman
"Kau harus merestui kami bang!" Kata Zainal dengan entengnya.
"Jangan percaya pada pak Zainal! Aku sering melihatnya melirik dan menggoda cewek-cewek cantik" Laila menyela perbincangan mereka.
"shsh...."lukman mengeratkan giginya dan mengeluarkan suara lewat sela-sela giginya.
"Kenapa kau tidak kembali bekerja? apa kau seorang bos di sana?" tanya Lukman dengan penuh penekanan, ia hanya menolehkan mukanya kesamping tanpa melihat wajah Laila.
Kontan saja Laila langsung berdiri sambil menghentakkan kakinya dengan kesal. Ia lupa bahwa dia hanya seorang karyawan biasa, entah kenapa dia penasaran ingin melihat apa yang akan diperbuat Lukman kepada adiknya sampai lupa jika ini masih jam kerja. Ia pun segera memakai sepatunya sambil melirik Lukman yang masih mengobati luka adiknya, sama sekali tak meliriknya.
Laila berjalan dengan menghentak-hentakkan kakinya bersungut-sungut meninggalkan mereka sambil menggerutu, "dasar pak tua!"
"Ya aku memang sudah tua... dan kau adalah anak besar yang suka memakai pakaian anak kecil" teriak Lukman.
"Kau....! uuughhh" Laila berbalik melihat ke arah Lukman sambil mengepalkan tangannya ke udara, tapi Lukman tak melihatnya membuat Laila semakin kesal dan berjalan meninggalkan area musolla dengan bibir yang mengerucut dan menggembungkan pipinya.
Laila menghentakkan kakinya di sepanjang jalan. Ia kesal sekali pada Lukman yang tidak mau melihatnya padahal Laila sempat kagum pada sosoknya yang alim sewaktu di musolla tadi.
"Dasar orang aneh, sok keren.... "! ia masih saja marah dan mengomel sepanjang jalan.
"Kenapa pula tadi aku terpesona pada pria tua itu. Tidak...tidak aku tidak menyukainya. Dia hanya seorang pria tua pengangguran. Aku sering melihatnya keluar masuk swalayan tanpa membawa barang belanjaan. Dia pasti cuma melihat-lihat saja. Dasar pria aneh. Aku tidak menyukainya. Tidak. Aku menyukai pria tampan yang kaya yang bisa mencukupi kebutuhanku dan Doni tanpa harus bersusah payah bekerja dan menghemat pengeluaran. Aku akan menikah dengan pria kaya bukan dengan pria yang miskin. Kalau pak Zainal sudah punya pacar aku akan mencari pria lain yang kaya, yang tampan, yang menyayangiku dan adikku. Sudah cukup aku hidup dengan keprihatinan selama ini" gerutu Laila sambil menuju ke tempat kerjanya.
" Kenapa kami bisa akrab seperti sudah saling kenal sejak lama ya?" Gumam Laila lagi merasa aneh dengan keadaan yang baru saja dialaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Puspus
bagusss
2022-10-14
0