"Bagaimana kalau kita lanjutkan di pengadilan bu Carla...oh maaf bu Siti Maysaroh maksud saya?" tanya pak Dirman dengan menekan suaranya mencoba mengintimidasi orang yang tadi sudah menipunya dengan mengatakan namanya adalah Carla.
Bu Carla buru-buru berjalan ke arah pak Dirman kemudian duduk bersimpuh di lantai sambil memegang kaki pak Dirman.
"Maafkan saya pak....! Tolong ampuni saya! Saya salah saya khilaf..... tolong jangan bawa saya ke penjara ! Tolong maafkan saya pak! " bu Carla mengatakannya sambil menangis entah itu air mata penyesalan atau air mata buaya karena dulu dia juga berjanji begitu tapi kini ia kembali lagi dengan tampilan yang sedikit berbeda dan trik yang berbeda pula.
"Jangan begitu bu! " Kata pak Dirman sambil berdiri dan bu Carla pun melepaskan tangannya dari kaki pak Dirman, " Mari ikut ke ruangan saya!" lanjut pak Dirman.
Pak Dirman meninggalkan ruangan itu diikuti oleh bu Carla yang berjalan menunduk sambil meremas kedua tangannya.
Tinggallah keempat anak muda yang berada di ruangan itu. Lukman menatap Doni dengan tajam membuat bulu kuduk remaja itu berdiri. Remaja itu menggerakkan kepalanya perlahan ke arah Lukman. Saat mata mereka bertemu Doni langsung begidik ketakutan.
"Kau.... ikut aku!" Lukman memberi perintah sambil berjalan ke arah pintu dan dengan kesadaran penuh Doni pun langsung beranjak mengikuti pria berbadan tegap yang dikaguminya meskipun ini pertama kalinya mereka bertemu.
Tiba-tiba Laila berdiri dan menghadang Lukman di depan pintu. Ia merentangkan tangannya membuat buah melonnya seakan mau meletus karena pakaian yang dipakainya sangat ketat dengan kancing baju yang merenggang seperti mau lepas karena tekanan buah super miliknya.
"Tidak boleh. Mau kau bawa kemana adikku? Apa kau mau mencari tempat yang sepi untuk memukulinya lagi?" Hardik Laila.
Lukman memejamkan mata perjakanya. Ia lelaki normal yang bisa tegang hanya karena memandang. Ia pun menarik nafas dengan kuat kemudian menghembuskannya perlahan Hu..... Alloh, dalam hati ia berdoa agar diberi kekuatan untuk menahan godaan dan nafsunya.
"Aku belum solat, mau ke musolla. Kalian muslim kan?", Matanya melihat ke atas melihat cicak yang sedang tertawa mengejeknya.
" Iya lah kami ini orang islam, tulen. Sejak bayi kami ini sudah beragama Islam tapi solat kan nggak boleh dipaksakan, harus datang dari keinginannya sendiri," bantah Laila.
"Ooh begitu.... Kalau adikmu sakit keras dan tidak mau makan kau akan membiarkannya mati kelaparan atau kau akan memaksanya untuk makan?"
"Ya harus dipaksa makanlah" Katanya senewen.
"Solat juga sama, harus dipaksa . Kalau nunggu ikhlas ya sampai matipun nggak akan kelaksana. Minggir!" Bentak Lukman pada Laila.
Laila tak bergeming mendengarkan ceramah singkatnya lukman meski nadanya sedikit kasar. Hatinya mencair karena sudah lama tak ada orang yang mengingatkannya untuk beribadah pada Tuhan.
Lukman mendorong kening Laila dengan jari telunjuknya sambil berkata, "Apa kau minta ku cium dulu agar mau minggir dari sini, aku tidak keberatan melakukannya di depan mereka...." Lukman menyeringai menakut-nakuti gadis itu karena pada kenyataannya ia tak akan mau melakukan hal itu pada gadis yang belum halal untuknya.
Laila segera bergeser dari tempatnya berdiri sehingga Lukman bisa membuka pintu ruangan itu dan berjalan keluar diikuti oleh Doni dan Zainal.
Saat di depan ruangan direktur mereka dengan serempak menghentikan langkahnya karena Lukman tiba-tiba berhenti. Ia menoleh ke belakang menatap Zainal dengan tajam.
Seakan tahu jika tatapan Lukman mengandung pertanyaan, kenapa kau mengikuti ku?. Zainal gugup dan berkata "A.. aku juga belum solat dhuhur. Aku juga mau ke musolla bang..."
"Kalian jalan dulu!" kata Lukman sambil menggerakkan lehernya ke arah musolla. Lukman juga menatap tajam ke arah Laila yang ternyata juga mengikuti mereka.
"A... aku juga mau ikut solat" katanya sedikit takut sambil memberikan senyum terpaksanya pada Lukman.
Lelaki berkulit sawo matang itu tak bereaksi, mukanya tetap datar dan garang.
Saat ketiganya sudah meninggalkannya beberapa langkah, Ia kemudian mengetuk pintu disampingnya. Lukman masuk ke dalam ruangan direktur setelah mendapatkan izin.
.
.
Ketika sampai di musolla Zainal langsung menuju tempat wudlu. Sedangkan Doni masih duduk di serambi musolla menunggu Lukman. Doni senang saat melihat lukman datang sambil membawa tas kain yang besar.
Lukman memberikan tas itu kepada Doni setelah mengambil sarung dan kopyah hitam dari dalam tas kain itu.
"Pakai ini!" kata Lukman dengan suara baritonnya.
Doni melihat isi tas itu, di dalamnya ada kemeja dan sarung.
"Utuk apa bang?" tanya Doni sambil mengangakat tas itu.
"Untuk solat. Kamu tadi jatuh ke comberan kan? " lukman ingat sewaktu dia memukul Doni, remaja lelaki itu jatuh terhuyung-huyung di comberan.
"Tapi lukaku kalau kena air pasti perih bang!" Sahutnya meminta keringanan agar di perbolehkan untuk tidak solat lagi.
"Sini biar ku tambah lagi!" Kata Lukman sambil mengepalkan tangannya lalu meniup buku-buku jarinya. Doni pun langsung lari terbirit-birit ke arah kamar mandi. Ia ingat bagaimana tadi Lukman sudah menghajarnya hingga babak belur .
Lukman pun melepas sepatu ketsnya dan berjalan menuju kamar mandi sambil membawa sarung dan meninggalkan kopyahnya di pagar serambi masjid.
"pfffftthhh....."Zainal tertawa sambil menutup mulutnya saat melihat Doni yang baru keluar dari tempat wudlu. Ia yang tadi berpenampilan preman kini terlihat lucu dengan kemeja dan sarung yang dipakainya.
Doni memalingkan mukanya. Ia juga merasa malu memakai pakaian seperti itu karena sudah lama sekali ia tak solat. Kecuali pada hari raya, Terakhir kali ia solat mungkin saat kelas 7 saat ada praktek solat untuk pelajaran agama.
Sebenarnya keinginan untuk solat sering terlintas dalam benaknya apalagi ketika melewati masjid yang di dalamnya orang-orang sedang melaksanakan solat berjamaah. Tapi ia malu tidak tahu bagaimana harus memulainya.
Ia merasa bahagia ketika Lukman memaksanya solat meski sebelumnya ia dihajar sampai babak belur oleh pria itu. Ia menyadari kesalahannya justru ia merasa mempunyai seorang kakak laki-laki yang menghajarnya ketika dia salah dan mengingatkannya saat dia lalai.
Beberapa saat kemudian Lukman keluar dari tempat wudlu dan mendatangi mereka sambil merapikan rambutnya dengan tangan. Ia tampak sangat mempesona dengan tatapan tajamnya, rahangnya yang keras, rambut dan wajahnya yang basah ditambah lagi sarung yang melekat pada kakinya membuatnya sangat berbeda.
Zainal dan Doni yang cowok saja merasa iri dengan aura yang terpancar dari wajah Lukman. Tubuhnya tinggi tegap dengan otot-otot yang menonjol di lengannya. Dadanya keras dan bisa dipastikan perutnya kotak-kotak layaknya roti sobek.
Dari dalam masjid Laila sampai ternganga melihat penampilan pria yang biasanya terlihat culun dan wira-wiri di dalam swalayan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
روزان اشراف
👍🏻👍🏻👍🏻
2022-11-08
1