family time

Pagi Harinya di kantor terlihat Rendra sedang memperkenalkan Laura kepada Robi sebagai manajer pemasaran.

"Robi Ini Laura, la akan membantumu mengurus jadwalku," ujar Rendra memperkenalkan.

"Baik pak," jawab Robi.

Robi tersenyum melihat wanita yang berdiri didepannya.

"Cantik," Katanya dalam hati.

Robi sudah hampir 7 tahun menjadi sekretaris Rendra Umurnya 35 tahun lebih muda dari Rendra tapi la belum menikah. entahlah Katanya belum ada wanita yang tepat.

Padahal hampir seluruh wanita lajang di kantor tergila gila padanya, tapi la tetap tidak peduli pada mereka. namun, melihat Laura hari ini sedikit menarik perhatiannya.

"Yasudah, kalian boleh keluar sekarang. Laura kamu ikut saja robi!, dia akan memberitahumu apa yang harus dikerjakan," ucap Rendra.

"Baik pak," sahut Laura.

Di ruang kerja Robi

"Ini ruang kerja ku, kamu duduk di sebelah sana," Kata Robi menunjuk sebuah meja menghadap meja kerjanya.

"Di map biru ada daftar nama karyawan. kamu baca dan ingat wajahnya tidak perlu semua, cukup manager dan asistennya saja! Untuk tugas pertamamu kerjakan ini!. Ini adalah daftar nama pemenang tender untuk pengembangan kawasan utara Rend Residen city, kamu hubungi mereka satu persatu dan jadwalkan pertemuan hari senin depan," ujar Robi menjelaskan secara detail.

Jam dinding menunjukkan pukul 5 sore. Rendra bersiap hendak pulang, pekerjaannya sudah selesai hari ini. Dalam perjalanan pulang la mampir di gerai Pizza, Toko mainan anak- anak dan Pakaian bayi. Sesampainya di rumah la pun di serbu ke 4 anaknya.

Bi Eneng mengambil tas belanjaan dan membawanya ke ruang tengah.

Mereka berkumpul di sana. Laras yang baru saja keluar dari kamar segera bergabung mendengar keriuhan anak anaknya. Bi Eneng kembali ke dapur menyelesaikan pekerjaannya.

"Hari ini papa pulangnya cepat! Bawa mainannnn..." Kata Aldo antusias sambil membuka mainan robot robot dengan berbagai bentuk

"Ini baju Adik naya ya pa?" Kata Alfin sambil membuka tas belanja berikutnya.

"Yang Ini Pic ca!" Kata si bungsu Naya sambil mengambil sepotong Pizza dengan ucapan yg belum lancar Mereka langsung melahapnya.

Melihat itu Rendra menggelengkan kepala sambil tersenyum bahagia.

Rendra menyalakan kran bathtub, menuangkan sabun dan menggosok permukaan airnya untuk membuat busa. Kedua putranya dengan antusias menonton di pintu kamar mandi.

"Mandi nya sama bi Eneng ya!, Papa tunggu di kamar kakak nanti papa pakaikan baju," Kata Rendra pada anak anaknya.

Bi Eneng datang dengan membawa handuk, Mereka pun mulai mandi.

Rendra menuju kamar.Disana Laras baru saja memandikan naya.

"Sayang, Apa kamu tidak istirahat?" tanya Laras.

"Sebentar lagi, Aku sudah janji akan memakaikan pakaian untuk mereka," balas Rendra.

"Kamu baik sekali sayang, Kamu papa yang sempurna," ujar Laras memujinya.

Rendra cuman tersenyum sambil memilih baju baju di dalam lemari bergambar robot.

"Aku tidak di belikan hadiah sayang?" tanya Laras bergurau.

Rendra tertegun sebentar dan menepuk jidatnya. la meletakkan baju di kasur dan beranjak ke arah istrinya. Tangannya melingkar di pinggang Laras yang tengah memakaikan pakaian bayinya. Kepalanya miring bersandar di rambut laras.

"Aku Lupa sayang, kadonya nanti malam saja ya, kalau si Naya sudah tidur.

kemudian Rendra mengecup asal rambut istrinya.

"Genit.." ujar Laras

"Biarin." balas Rendra mengedipkan sebelah matanya dengan nakal.

Tanpa sadar mereka berciuman begitu dalam dan terbawa gairah hingga tiba tiba,"Papaaa!.." suara dua bocah berlarian dari kamar mandi. dan buyar sudah segala gairah itu, Mereka berdua pun tertawa.

Rendra pun memakaikan pakaian untuk kedua putranya

Pagi yang indah Rendra baru membuka matanya,sambil meraba raba kasurnya. Istrinya sudah bangun pikirnya. la menyipitkan matanya yang silau karena cahaya matahari pagi yang menembus dinding full kaca kamar tidurnya.

Laras tadi membuka tirai untuk membangunkan suaminya. Rendra duduk dan meraih ponselnya, tidak ada hal penting karena hari ini hari libur. la meletakkan kembali ponsel itu.

Rendra keluar dari kamar mengintip ke kamar anak anaknya. Mereka masih tertidur pulas dengan posisi yang lucu Rendra tersenyum, Ia kemudian berjalan menuju dapur.

Rendra memasuki gerbang dapur Tampak istrinya tengah sibuk memanggang sesuatu, Beberapa sayuran tergeletak di meja, ada yang sudah di potong dan ada yang utuh.la memandangi istrinya dari belakang.

Laras masih mengenakan piyama tidur bercelana pendek sepaha.Kakinya yang panjang dan mulus terlihat sempurna.tali apron tampak terikat di pinggangnya.Rambutnya di kuncir keatas menggantung sempurna di punggungnya.

Rendra tersenyum. Ia mengendap-endap berjalan menuju laras dan memeluk istrinya dari belakang.

Bibirnya menempel di lekukan leher istrinya.Laras tersenyum kemudian mengangkat bahu nya beberapa kali tempat kepala Rendra bersandar.

"Sudah Bangun?," tanya Laras.

"Hamm. Masak apa?" jawab Rendra masih memeluk Laras.

"Aku bikin steak. Karena hari libur, kamu tidak buru buru sarapan," ujarnya sambil terus mengaduk aduk saus lada hitam. kemudian membalik potongan beef di pemanggang.

"Masih lama?" tanya Rendra.

"Ini saus nya sudah matang, coba di cicip sayang,"ujar laras sambil mencolek saus yang menempel di-spatula lalu menempelkan di-mulut Rendra.la tertawa kecil melihat suaminya.

Rendra mencicip saus yang menempel di bibirnya.

"Hamm Enak.. selalu enak," ujar Rendra jujur.

"Terima kasih, sayang," balas laras mengelus rambut suaminya.

"Masih lama?" tanyanya lagi.

"Apaan si? dagingnya sudah matang. Sekarang aku akan mengukus sayur dulu," balas Laras.

"Nanti saja kukusnya," Rendra mempererat pelukan di pinggang istrinya. Laras langsung mengerti arah pertanyaan Rendra.

"Genit!" ucap laras.

"Memang," Rendra menjawab sambil mengendus leher istirnya.

"Nanti ya!... Aku selesaikan ini dulu," ujar laras.

"Sekarang..." sahut Rendra sambil meraba bagian depan. Istrinya tertawa.

"Astaga.." sahut Laras Tersenyum.

Rendra mematikan kompor dan memutar balik tubuh Laras dan dengan cepat menggendong istrinya menuju kamar, Laras mendekap kepala Rendra dan mereka berciuman di sela langkah mereka tanpa melepaskan ciumannya.

"Apa aku sudah pernah bilang, kau seksi ketika sedang memasak," ujar Rendra bertanya sambil melangkah menuju kamar.

"Sudah Hampir seribu kali," Laras tersenyum dalam

gendongan Rendra dan menciumnya lagi, Lalu pintu kamar tertutup.

Rendra menaikkan motor trail nya ke dalam truk Doble cabin nya. rencananya hari ini la akan latihan trail. Itu memang hobinya sejak masih SMA la akan mengajak keluarganya ikut bersama.

Sirkuit trail kali ini terletak agak jauh dari kota. Ada banyak orang pergi berpiknik di sana. Sirkuitnya berada di perbukitan hutan pinus. Laras sudah sering ke sana menemani Rendra melepaskan hobi nya, tapi kalau membawa serta memboyong anak anak sekaligus pembantunya baru kali ini.

Mereka terlihat Antusias. bi Eneng dan Pak Pandi juga di ajak. Laras tampak sibuk mengurus perbekalan juga pakaian ganti anaknya. bi Eneng memasukkan beberapa mainan kalau saja anak-anak merasa bosan. Pak pandi menghitung jumlah Hammock yang akan di bawa dan memasukkannya ke bak mobil. Rendra memasukkan helm, google dan sepatunya.

Akhirnya mereka pun berangkat. saat perjalanan pepohonan pinus mendominasi pandangan mereka. suasana sejuk kian terasa. Pak Pandi menyetir dengan hati-hati, jalan meliuk sepanjang perbukitan.

Naya tertidur sementara Alfin dan aldo menempelkan wajahnya di kaca mobil,seakan ingin melihat dengan leluasa pemandangan yang begitu indahnya.

Hampir dua jam perjalanan mereka akhirnya tiba di sana. Terdengar suara motor trail menggelegar di tengah sendunya pepohonan. kedua bocah tadi memandang takjub motor yang berlompatan dan meliuk di dalam lumpur, dan tiba di tanjakan,motor- motor itu melayang di udara membuat Mereka berdua berteriak takjub.

Anak- anak menghampiri papanya, "Papa mau loncat loncat gitu?" Tanya Alfin protes.Rendra yang baru saja menurunkan motornya langsung menghampiri 2 putranya. la berjongkok agar sejajar dengan mereka.

"Iyah, tenang aja, Papa kan pake ini," Kata Rendra sambil menunjuk helmnya dan sepatu trail-nya.

"Gak boleh! Nanti papa jatuh!" kata aldo khawatir.

"Papa sudah sering kok loncat begitu, kan banyak fotonya di rumah," kata Rendra lagi.

Memang ada banyak foto Rendra yang melayang di-udara, bahkan beberapa piala dan medali saat la ikut kejuaraan trail daerah saat masih lajang dulu, tapi anak anaknya tidak menyangka bahwa seperti inilah kenyataan di balik foto foto itu.

Papanya akan balap balap sambil main lumpur dan meloncat melayang di-udara. apalagi tadi mereka melihat beberapa pemain jatuh. Laras datang menghampiri mereka sambil mengendong Naya.

"Kami piknik di sana ya Pa. Nanti kalau sudah selesai, Papa ke sana ya!," kata Laras menunjuk hamparan bukit dengan rerumputan.

Ada banyak orang piknik di sana, juga terlihat beberapa kemah.

"Alfin, pergilah ke sana, tunggu Papa di sana! Mama sudah masak yang banyak tuh lihat Pak Pandi mau ikat Hammock-nya,"kata Rendra menunjuk pak pandi yang berjalan ke tempat piknik mengangkat beberapa barang dan Bi Eneng.

Di sirkuit, Rendra melayang di udara, trail melaju meliuk melewati tikungan dan lubang. Rendra terhempas di atas motornya, dan memutar gas lebih dalam.

Tiba di tanjakan, Wush! la melayang di udara. Tampak motor itu miring ke samping saat di udara, tapi memang begitulah gayanya.Akhirnya di putaran ke 20 Rendra berhenti. la kelelahan. Keringat mengucur deras, seluruh tubuhnya di tutupi debu. kemudian ia membuka helmnya.

"Huft. ternyata usia memang berpengaruh," katanya sambil mengibaskan kerah bajunya.la terduduk di samping motor.

Rasanya haus sekali Tapi keluarganya agak jauh dari tempat duduknya.

la tiba tiba teringat pada saat awal pertemuan dengan istrinya. Laras sering menemani Rendra latihan.Dia akan setia menunggu di pinggir lapangan Ketika Rendra selesai la akan memberikan handuk dan air mineral.

Kadang Laras langsung mengelap keringatnya hingga mereka di sorak sesama teman pembalap. Tapi itu cerita Lama. Setelah melahirkan Alfin, Laras tidak pernah menghampiri Rendra selesai latihan. la hanya menemani latihan saja itu pun jarang.

Lepas dari lelah Rendra menghampiri keluarganya.Anak anak sudah tertidur di hammock. bi Eneng menemani si kembar di hammock. Sedangkan Pak Pandi juga tertidur melepas penat karena akan menyetir lagi.

"Sayang, ganti bajumu!," Kata Laras saat melihat kedatangan suaminya.

"Aku haus!" sahut Rendra.

"Lebih baik mandi dulu baru minum," kata Laras

Rendra mengambil botol air dan tas baju ganti. la melengos pergi. Kesal karena Laras tidak peka dengan perkataannya.

"Hah kenapa dia.." gumam Laras bingung sambil melihat ke arah suaminya yang pergi begitu saja.

"Bukannya di suruh istirahat, malah bersih bersih," kesal Rendra.

"Apa dia tidak tahu kalau aku haus sekali, huh!" Rendra menghembuskan nafas dengan kasar.

Malamnya Laras dan Rendra hendak tidur. Laras tengah menidurkan Naya yang tak kunjung memejamkan mata hingga Laras harus berusaha menidurkan mereka.

Padahal la merasa sangat mengantuk karena piknik hari ini. la melihat Rendra menarik selimutnya. dari tadi Rendra agak acuh padanya.

"Sayang, Kamu kenapa?" tanya Laras.

"Aku mengantuk, mau tidur." jawab Rendra ketus lalu mematikan lampu tidur di sisinya, tersisa satu di sisi Laras.

"Sayang Aku juga mengantuk.....tapi lihatlah Naya tidak kunjung tertidur," ujar Laras saat mengerti dengan tingkah suaminya.

"Kau kan Ibunya, itu kewajiban-mu kenapa mengeluh," ujar Rendra ketus kemudian Rendra menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.

Laras menatap punggung Rendra sambil masih mencoba menidurkan si bungsu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!