sedikit perhatian

Malam sudah larut istri dan anak anaknya sudah terlelap lebih dulu.Ia memandangi istrinya lalu ia kecup singkat kening Laras, jika mereka semua sudah tertidur Rendra hanya bisa termenung sendiri di tengah malam tanpa istrinya jika ia tidak bisa tertidur kadang ia merasa bosan dengan keadaannya seperti ini.

Tidak ada teman cerita saat ia pulang dari pekerjaan yang begitu melelahkan dan butuh seseorang untuk mensupport nya , menyemangatinya jika ia sedang banyak masalah pekerjaan.tapi jika melihat pengorbanan istrinya dalam merawat ke empat anak anaknya membuat ia juga merasa tidak tega dan memaksakan egonya.

Melihat tumbuh kembang mereka yang begitu sehat dan anak anak yang begitu lucu dan pintar adalah tak luput dari peran dari istrinya, ia begitu pandai dan sabar dalam merawat mereka.iyah tahu berada di posisi istrinya memang lah tidak mudah dan harus penuh kesabaran penuh.dia begitu salut dengan Laras. Tetapi itulah yang membuat Laras kadang melupakan kewajibannya sebagai seorang istri untuk suaminya. kadang tak lagi dan mungkin lupa untuk meluangkan waktu berdua, jarang bermesraan, dan juga jarang untuk menyambut nya pulang.

Rendra tersenyum kecut memikirkan hal itu

Ia kemudian melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi mencuci muka dan menggosok giginya dikamar mandi dan tiba tiba pikiran nya memikirkan Laura .

Selesai menggosok giginya Rendra keluar dari kamar mandi berjalan ke arah nakas mengambil ponsel dan mengisi nomor laura di ponselnya. la menelepon Laura Bukan untuk mengabarinya, melainkan mengajak bertemu untuk mengabarinya tentang lowongan pekerjaan itu.

Entah kenapa Rendra ingin sekali mengobrol dengannya.Bip! Panggilan tersambung. Terdengar suara di seberang sana.

"Halo selamat malam," ucap Rendra.

"Maaf ini siapa?" Laura menjawab.

"Saya Rendra," katanya.

"Rendra siapa ya?" tanya Laura tidak tahu.

"Atasannya Clara di Rend Company," kata Rendra

"Astaga maaf pak maaf. Saya tidak tahu kalau ini bapak," Laura meminta maaf setelah mengetahui.

"Ada apa ya pak?"

"Bisa kita bertemu besok?" Rendra bertanya.

"Untuk apa ya pak?" Laura bertanya dengan nada bingung.

"Datang saja, saya tunggu di Inda cafe jam 2 siang.

Bye!"

Rendra menutup panggilan telponnya sepihak hingga membuat wanita yang di ujung sana terdiam kebingungan.

Jam dua siang Rendra sudah standby di Indah cafe.

Lima belas menit kemudian sebuah taksi berhenti di sana.

Laura turun dan membayar taksinya. Ia terlihat cantik

hari ini. mengenakan dress broken blue V-nest sepanjang betis dan rambut yang di kuncir tinggi berayun ketika ia berjalan.

Rendra menatap Laura dari jauh. la jadi teringat

pada istrinya Dulu Laras persis seperti itu, Cantik

dan Fashionable, Rendra hampir tidak percaya diri

berdiri di sampingnya, maklum usia mereka terpaut

sembilan tahun.

Namun sekarang Jika bukan piyama, maka daster-lah yang selalu di kenakan-nya. Dress mahal dan lainnya hanya di pakai di hari sabtu atau minggu. Begitu juga sepatu dan tas. Belum lagi rambutnya selalu di ikat asal asalan dan di gulung ke atas.

Kalau riasan jangan di tanya, seperti apa la bangun

tidur maka sampai tidur pun tetap seperti itu.

"Pak.. Pak!" Laura mengayunkan telapak tangannya ke depan wajah Rendra, Hinga Rendra membuyarkan lamunannya.

"Oh... iya silahkan duduk!" ucap Rendra mempersilahkan.

"Ada apa hingga membuat bapak mengajak saya bertemu?" tanya Laura saat sudah mendudukkan bokongnya ditempat duduk.

"Pesan saja dulu makanannya!" ujar Rendra.

Pramusaji menghampiri mereka. Laura memilih

beberapa menu kemudian pramusaji itu berlalu.

"Ini bapak yang bayarkan?" Tanya Laura berbisik bisik.

Rendra tidak menjawab, la hanya tersenyum lalu

meneguk kopinya yang sudah di pesan lebih dulu.

"Sudah selesai tagihan utang mu?" Tanya Rendra

"Belum pak," Jawab Laura.

"Kenapa?" Tanya Rendra

"Saya belum mendapatkan pinjaman, Clara sedang

memerlukan dana untuk pernikahannya. Saya tidak tahu harus pinjam ke siapa.

"Clara akan menikah?" tanya Rendra

"Iya," Laura menjawab

"Kenapa tidak minta tolong saja orangtuamu agar mereka sedikit membantu!" ujar Rendra mengusulkan.

"Saya tidak ingin membebani mereka, mereka juga

belum tahu kalau saya di pecat. Mereka di Desa pak," ujarnya sendu.

Rendra merogoh sakunya dan mengambil satu buah kartu kredit berwarna hitam yang ada di dompetnya.

"Ini, Lunas-kan dengan ini!, dan bayar dengan

gaji mu!" kata Rendra menyodorkan kartu itu ke depan Laura.

Rendra meletakkan kartu kredit nya di meja. dari warnanya Laura tahu itu kartu kredit tanpa limit. dia mendorong lagi kartu itu ke arah Rendra.

"Saya juga belum mendapatkan pekerjaan, nanti

saya malah tidak tahu bagaimana membayarnya kembali," ujar Laura menolak.

"Mulai besok bekerjalah di kantor saya!. Ada lowongan kerja untukmu," pinta Rendra.

"Apa bapak serius?" tanya Laura terkejut.

"Iya, tapi bukan manager pemasaran," jawab Rendra

"Tidak apa apa pak, yang terpenting saya dapat

pekerjaan," ucap Laura.

"Ambillah kartu ini dan bayar tunggakan mu! anggap

saja saya memberikan pinjaman kepada mu," kata Rendra.

"Ba.. baik pak. terima kasih banyak pak," jawab Laura dengan tersenyum senang.

Laura mengambil kartu itu dan menyimpannya. Rendra

memberikan password-nya. tak berselang lama Pramusaji datang membawakan menu makanan yang di pesan lalu mereka makan sambil mengobrol tentang pekerjaan Laura dan Beberapa hal pribadi juga tentang bisnis properti.

Dan akhirnya Rendra menemukan orang yang tepat yang bisa menjadi teman sekaligus tempat berbagi tentang track recordnya di bisnis properti.

Tatapan kagum dan ucapan bangga yang Laura berikan membuat Rendra semakin menyukai gadis itu. Ia tidak sabar melihat Laura bekerja besok di kantornya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!