kamu lagi ?

Senin pagi, Rendra dalam perjalanan ke kantornya.la Singgah di pom BBM untuk mengisi bahan bakar mobilnya. Antrian cukup panjang, Rendra lalu menyetel musik di mobilnya.

Tiba tiba la teringat pada dompet yang tertinggal di mobilnya. la mengambil nya dalam dasbor kemudian membukanya. Terlihat 3 lembar uang di sana berwarna biru dan satunya lagi hijau.

"Cih, ternyata dia memang punya masalah keuangan," Rendra tersenyum miring.

Kemudian ia mengambil kartu tanda pengenal. Terlihat foto wanita itu di sana. Tertera namanya Laura Audi Usianya mungkin 27, 2 tahun lebih muda dari laras istrinya. Di sana juga tertera alamat dan golongan darah. Tidak ada niat untuk mengantar dompet itu pada pemiliknya. Akan dititip kan ke Clara saja pikir Rendra.

Rendra tiba di kantornya. la memarkir kendaraan di basemen. Tiba tiba ada suara wanita memanggilnya.

"Pak.. pak..." Rendra yang baru saja turun dari mobil menoleh ke arah belakang. Wanita itu menghampirinya.

"Pak.. maaf mengganggu lagi, sebenarnya saya juga malu harus bertemu bapak terus.

" Kenapa?" tanyanya dengan dengan nada dingin

"Mm.. Anu. apa dompet saya tertinggal di mobil bapak?

"Dompet?" ucap Rendra mengangkat sebelah alisnya.

"Iyah dompet! Apa tertinggal?" tanya Laura

"Bukannya kamu bilang kamu pailit dan di kejar debt kolektor? untuk apa mencari lagi? apa ada isinya?" tanya Rendra dengan nada meledek

Laura tersenyum masam.

"Ya setidaknya ada KTP dan kartu penting lainnya di sana. Yasudah kalo tidak ada, saya permisi pak." Laura membalikan badannya.

"Ada." Kata Rendra datar.

Laura berbalik kemudian tersenyum.

"Syukurlah, kalo ada bisa saya minta kembalikan

dompet saya pak?" ucap Laura tersenyum

"Ya bisa lah, 170 ribu mu pasti sangat berharga ya Rendra tersenyum miring. Laura memekik. la merasa malu juga sedikit kesal. Rendra mengambil dompet itu dan memberikannya pada laura. Laura meraihnya dan memeriksa dompetnya.

"Tenang saja. Aku tidak akan mengambil 170 ribu mu itu. Laura meruncingkan bibirnya.

"Apa bapak senang merendahkan orang lain?" kesal Laura

"Tidak, saya senang merendahkan kamu," kata Rendra

"Kenapa?" Laura mengerutkan keningnya dengan bingung

"Karena kamu terus menerus membuat saya kesal.Menabrak saya, minta tumpangan dan sekarang kamu membuang waktu saya yg berharga." katanya dengan nada dingin.

"Ka.. kalau begitu saya akan traktir bapak kopi." tawarnya.

"Dengan 170 ribu mu itu? simpan saja untuk bayar taksi," Rendra mulai berjalan.

"Ta.. tapi pak." ucapan Laura terhenti.

"Saya bisa beli sendiri." Rendra menyela ucapan Laura.

"Saya akan belikan bapak kopi! Saya tunggu di kantin kantor ya pak! setelah makan siang!" Laura berteriak karena Rendra berlalu meninggalkannya.

Rendra tersenyum kecil.

Siang hari di cafe kantor Rendra sedang mengobrol dengan Robi. Bukan obrolan serius, Rendra lebih banyak jadi pendengar. Rendra menyeruput kopinya untuk kesekian kali. Tiba tiba Matanya tertuju pada sebuah meja di dekat pintu masuk. Seorang wanita yang duduk di sana melambai lambaikan kedua tangan ke arahnya.

"Cih, Niat sekali wanita itu." ucap Rendra dalam hati. Rendra tidak menggubrisnya. la melanjutkan bincang bincang dengan robi.

Sore hari Rendra hendak pulang. la memasukkan beberapa berkas ke tasnya. Terdengar suara ketukan pintu. "Masuk." sahut Rendra setengah berteriak. Pintu terbuka dan seorang wanita berdiri mematung di sana.

"Astaga! kamu lagi... kamu lagi ? sudah seperti hantu saja. Apa kamu penguntit? hah?" kesal pria itu

"Ti.. tidak pak, saya cuma mau berterima kasih. Ini saya bawakan kopi dan beberapa roti." katanya gugup

"Saya kan sudah bilang tidak perlu!" kesalnya

Laura terdiam menunduk. Rendra jadi tidak enak hati. la jadi terkenang masa masa kuliahnya. Selalu aja ada gadis merepotkan seperti Laura ini. Juga saat la masih bekerja sebagai karyawan perusahaan papanya, la merasa semua wanita menguntitnya. Kado dari orang tidak di kenal, aneka makanan,selalu tergeletak di meja kerja Rendra setiap harinya.Sekarang semenjak la memiliki perusahaan sendiri baru tidak ada lagi hal hal seperti itu. Terlebih karena la sudah menikah. Dan melihat Laura benar benar membuat Rendra kesal.

"Letakkan saja di situ. Pergilah!" Laura maju beberapa langkah dan meletakkan kopi dan rotinya di meja.

"Apa bapak akan memakannya?"

Rendra menatap Laura tajam.

"Apa kamu menaruh racun di dalamnya? Hingga harus memastikan saya memakannya?" Rendra mulai kesal.la melangkah maju. Laura sedikit gentar.

"Tidak pak. Hanya saja saya membelinya dengan sisa uang saya.

Rendra melirik ke arah jam. Pukul 4 sore lewat 9 menit

"Duduklah!" ucap Rendra

"Ba.. baik." jawab Laura

Laura maju beberapa langkah dan meletakkan roti dan kopinya di-atas meja.

Mereka duduk di sofa di depan meja kerja Rendra.

Rendra mengambil roti, menggigitnya dan bersandar di-sofa. Laura menunduk sesekali melirik ke arah Rendra .

"Apa kamu tidak punya pekerjaan? Sepanjang hari kamu mengikuti ku di basemen, di cafe, sekarang di ruangan ku," katanya sedikit kesal.

"Saya baru di pecat pak." kata Laura terdengar sendu

"Ternyata kamu memang tidak ada pekerjaan," Rendra tersenyum sinis, sambil mengunyah lagi rotinya.

"Mengapa kamu di pecat? karena menguntit bos

mu?

"Tentu saja tidak!" selanya dengan cepat, ia tak terima dituduh seperti itu.

"So?" tanya Rendra dengan mengangkat sebelah alisnya

"Istri Atasan saya menuduh saya simpanan suaminya, dia datang ke kantor sambil marah marah dan memaki saya, Akhirnya Atasan saya terpaksa memecat saya," katanya menjelaskan

"Saya tidak heran," Rendra memiringkan bibirnya.

Laura merasa terhina sekali dengan tatapan Rendra.

"Saya Pegawai terbaik yang dia punya, dia juga mengakuinya. Dia hanya tidak Ingin suasana kantor jadi tidak kondusif. Dan saya sama sekali bukan

simpanannya," jelasnya dengan penuh penekanan

Rendra mengambil kopinya dan menyeruputnya.

"Dimana kamu bekerja?" tanya Rendra dengan melirik ke arah Laura sekilas

"L Company," jawab Laura

Huk!...

Rendra hampir tersedak. Perusahaan yang di sebut Laura adalah perusahaan properti juga dan salah satu pesaing perusahaannya.

"Jadi kamu simpanannya Arya?" Rendra tersenyum

tiba tiba sambil menyeruput kopinya.

Wajah Laura terlihat cemberut.

"Saya kan sudah bilang," ucap Laura.

"Di bagian apa kamu bekerja," potong Rendra.

"Saya manager pemasaran pak," senyum Laura bangga, seakan menantikan pertanyaan itu.

"Saya pikir sekretarisnya.."

Dalam hati Rendra tertegun. Berarti Laura bukan wanita sembarangan, perusahaan itu maju cukup pesat juga pasti karena andil Laura sebagai manager pemasaran.Dia menatap Laura tajam.

"L Company itu salah satu perusahaan pesaing

saya," kata Rendra.

"Saya tahu, bahkan saya dan Clara selalu bersaing tentang perusahaan siapa yang paling hebat. Tapi saat Ini Rend Company memang sedang di atas, Penjualan meningkat hampir 90 persen itu sungguh

luar biasa, Bapak pasti bekerja keras."kata Laura

Deg!

Rendra tertegun. Entah kenapa tiba tiba bagian yang

hampa itu terisi.

"Sudah pasti, memangnya saya pesulap?" Rendra

menyeruput lagi kopinya.

"Bisa di bilang begitu. Di tengah rendahnya permintaan pasar, Rend company memulai pengembangan properti yang kompleks dengan membangun Pertokoan dan Apartemen yang terakses ke fasilitas publik. pasti pengadaan lahannya rumit, saya sampai bertanya tanya tentang hal itu," ucap Laura panjang lebar.

Entah kenapa Rendra menikmati percakapan itu.Untuk pertama kalinya dia merasa berbicara dengan orang yang tepat tentang bisnisnya. la merasa di hargai atas kerja kerasnya.

Laura terus berbicara tentang betapa penasarannya dengan angka 90 persen itu dan membuat Rendra semakin bangga.

Di satu titik, Rendra memotong Laura.

"Jadi kamu sudah melamar pekerjaan?" tanya Rendra

"Belum, saya harus membereskan tunggakan saya dulu, baru mulai berpikir langkah berikutnya." Dan Rendra tiba tiba tertarik menawarinya pekerjaan.

"Tinggalkan Nomer telepon mu!, agar bisa di hubungi

jika ada lowongan," kata Rendra.

Laura mematung.

"Bapak mau mempekerjakan Saya? Bapak baik sekali," ujar Laura tak menyangka dengan kedua Matanya berkaca kaca.

"Sudahlah jangan berlebihan. Saya hanya tidak ingin menyianyiakan orang yang punya bakat. Kamu salah satu andalannya beny, kamu pasti punya sesuatu untuk saya kan?"

"Iya pak, saya akan berusaha!" Ucap Laura

bersemangat.

"Iyah Pak, saya akan berusaha!" Ucap Laura bersemangat.

Rendra memberi pena dan kertas. Laura pun menulis nomer handphonenya.

"Yasudah pulanglah, saya juga mau pulang," kata Rendra.

"Baik pak. Sekali lagi terima kasih," laura membungkukkan badannya kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan ruang kerja Rendra.

Rendra tersenyum melihat kertas itu lalu menyimpannya di saku jas.

Rendra keluar dari kantor. Pulang menuju rumahnya, ketempat orang orang yang menantinya dengan penuh cinta.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!