Tiara menuruni tangga menuju dapur.
" Bi, Selena mana ya?" Biasanya jika Tiara datang ke rumah Selena akan menghinanya, Tiara pernah melaporkan kelakuan Selena yang sudah keterlaluan pada ayahnya, tapi malah dia yang kena marah bahkan ibu tirinya juga menampar nya karena dituduh memfitnah Selena, Bara juga sangat marah pada Tiara, sampai seminggu Bara tidak mau bicara pada Tiara.
" Non Selena pergi keluar kota non"
Bi Tuti mulai mengingat-ingat saat Selena pamit pada ayah dan ibunya untuk refreshing keluar kota.
" Kemana kira-kira ya Bi"
Dia tidak mau berfikiran buruk tapi seperti ada yang janggal.
" Saya gak tau non" memang seingat bi Tuti Selena hanya pamit ke luar kota tanpa memberi tahu tujuannya.
" Ya udah saya pamit ya Bi"
Tiara keluar dari rumah tersebut dengan berbagai macam prasangka.
Tiara terus mengemudi Mobil nya tidak sadar dia sampai di sebuah taman yang pemandangan cukup indah.
" Apa yang harus aku lakukan" Tiara memegang kepalanya yang tiba-tiba pusing. "Gak aku gak boleh berprasangka buruk sama mas bara. Aku percaya sama mas bara" Tapi dia merasa ini agak janggal dia berusaha percaya pada suaminya
" Apakah anda baik-baik saja" Tiara menoleh keatas.
" Eh saya gak papa nyonya"
Ini kan teman mertuaku yang kemarin.
Tiara ingat teman mertuanya yang cantik kemarin yang membelanya saat dia terpojok.
kalau gak salah nyonya Sinta ya.
" Saya boleh duduk disini?"
" Eh iya nyonya silahkan" Sinta duduk disamping Tiara.
" Kamu jangan panggil saya nyonya, panggil saja saya mama" Tiara terkejut dengan permintaan aneh Sinta.
" Kenapa nyonya? kita kan baru dua kali ketemu"
walaupun nyonya ini baik, tapi bukankah dia agak aneh, padahal kita baru dua kali bertemu.
Waktu di rumah mertuanya Tiara juga dibuat bingung oleh kelakuan nyonya ini, Sekarang malah makin bingung kenapa menyuruhnya memanggil mama.
" saya dari dulu pengen punya anak perempuan tapi kesampaian. Saat saya lihat kamu, saya jadi pengen dipanggil mama. Gak papa kan?"
Tiara ingin menolak tapi dia merasa tidak enak, lagi pula Sinta sudah membantu nya waktu di rumah mertuanya.
" Iya ma" jawab Tiara kikuk.
" Kamu kenapa ada disini nak, kamu baik-baik aja kan?" ucap Sinta sambil mengelus rambut Tiara.
" Gak papa kok ma, aku gak papa" jawab Tiara sambil tersenyum.
" yang benar?" Tiara mengangguk
" Kalau ada masalah cerita ya sama mama"
" Iya ma. Kenapa mama ada disini?"
" mama jalan-jalan tadi terus liat kamu disini, makanya mama samperin"
" oh iya ma"
Keduanya sempat diam sampai Sinta memecah keheningan.
" Ibu punya anak laki-laki satu, dia tampan. Tapi mama khawatir dia gak nikah-nikah" ucap Sinta sambil mengingat anak laki-lakinya.
" Kenapa ma? kata mama dia tampan"
" Sifat dia terlalu dingin, dia juga gak tertarik sama gadis manapun karena masa lalunya" Air mata Sinta menetes perlahan mengingat anak laki-lakinya.
Dia hanya punya satu anak, dan dia sangat menyayangi nya. Dia ingin anak nya bahagia bertemu dengan gadis yang dia cintai lalu menikah dan memiliki anak, tapi melihat anaknya dia hanya bisa berdoa agar anaknya mau membuka hatinya.
" Apa mama udah bawa dia ke psikiater ma"
" udah sayang, tapi dia gak mau. Bahkan dia juga jijik sama psikiater nya karena dia perempuan"
" Wah berarti parah juga ya ma"
" Iya sayang, mama udah gak tau lagi harus ngelakuin apa"
" Mama yang sabar ya" Tiara memeluk Sinta. Mereka berdua berpelukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments