Pikiran Karina sudah mulai tenang, ia melihat ternyata ada banyak perawat lagi selain dirinya ditambah dengan satu orang polisi membuat suasana jadi terasa semakin aman.
Winda yang sudah berganti seragam perawat berwarna biru masuk ke tenda, disana ia bersama 3 perawat laki-laki dan satu perawat perempuan, mereka sedang mendata jumlah penduduk desa.
Ternyata didesa itu hanya berjumlahkan tidak lebih dari 25 orang saja. Lima menit kemudian Karina yang juga sudah berganti seragam menyusul masuk ke tenda darurat bersama lelaki perawat sebelumnya.
*Winda yang sedang melihat nama-nama penduduk desa.
Disana enam orang Perawat berkumpul saling berhadapan, dan diharapkan untuk saling memperkenalkan diri satu sama lain.
Dimulai dari lelaki yang paling kiri, sedangkan Karina dan Winda dihadapan mereka berlima.
"Namaku Ryo kami datang dan ditugaskan dari Rumah Sakit Dana Kusuma, selanjutnya yang disebelah kananku" ucap Ryo dengan wajah dingin.
"Aku Ragil! selanjutnya" ucap Ragil sambil nyengir.
"Namaku Anwar!" ucap Anwar, dengan ekspresi serius.
"Namaku Sandi, salam kenal" ucap Sandi dengan senyuman diwajahnya.
"Namaku Cindy, salam kenal" ucapnya dengan penuh senyuman.
Dilanjutkan perkenalan untuk Karina dan Winda.
"Namaku Karina Suci, kami berdua dari Rumah Sakit Palam Sejahtera dan dia sahabatku namanya"
"Aku Alisyana Winda, salam kenal ya" sahutnya dengan ekspresi ceria.
Kemudian Bapak Polisi masuk.
"Oke, semua sudah berkumpul ya, kalau begitu izinkan saya untuk memperkenalkan diri. Nama saya Daniel, kalian bisa panggil saya Bapak Daniel, ya" ucap Pak Polisi yang berdiri ditengah-tengah mereka.
"Baiklah silahkan semuanya duduk dulu, saya akan menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi didesa ini" ucap Pak Daniel yang mulai serius.
Semua sudah duduk di kursi masing-masing dan mulai menyimak perkataan Pak Daniel.
"Sebenarnya, disini tidak ada yang kena demam berdarah!" ujar Bapak Daniel.
Mendengar hal itu, semuanya langsung bereaksi keheranan dan memandangi satu sama lain.
"Maksud bapak?" tanya Ryo.
"Jadi biar saya perjelas, Desa ini tidak ada yang kena DBD. Itu hanya pengalihan isu saja. Yang sebenarnya terjadi adalah, Mereka semua yang ada disini adalah korban-korban penyakit kelainan Genetika akibat perkawinan sedarah" imbuhnya.
"Makanya bisa kalian lihat, baik dari Orang Tua, Bapak-bapak dan Anak-anak tubuh mereka kelihatan cacad, seperti makluk asing saja" jelasnya.
"Dari mana bapak bisa tahu dan yakin tentang hal itu," ucap Karina.
"Kalian tidak perlu tahu, lakukan saja tugas kalian nanti. Lebih cepat lebih baik, kita tidak boleh berlama-lama disini" ucap Pak Daniel dengan tegas.
"Ga bisa gitu dong pak, kami ga akan bertindak tanpa mengetahui alasan yang jelas." ucap Winda sedikit menaikkan nadanya.
Terlihat Anwar memandangi Winda dengan wajah yang sangat serius menanggapi itu.
"Saya setuju dengan Winda, lebih baik saya mundur sekarang dari pada ada apa-apa diakhir nanti!" ucap Sandi.
"Tenang-tenang, dengar.. mengenai tentang perkawinan sedarah itu memang kejadian sebenarnya. Tetapi dari mana dan awal mulanya bisa terjadi jujur saya tidak tahu". ucap Pak Daniel yang coba meyakinkan.
"Tugas saya disini cuman ada dua, menjaga kalian, dan memastikan semua perkerjaan beres". imbuhnya.
"Memangnya apa yang harus kita lakukan?" Anwar.
"Sederhana saja, obatnya sudah ada. Nanti tinggal kalian suntikan kepada penduduk desa ini satu persatu" jelas Pak Daniel.
"Obat apa itu pak? " tanya Cindy yang duduk berada dibangku paling pojok.
"Ini adalah obat khusus untuk mereka yang punya kelainan genetika, efek sampingnya adalah tertidur dengan jangka waktu cukup lama." ujar Pak Daniel sembari menunjukan obat itu dihadapan mereka.
"Tertidur lama? Maksud bapak meninggal?" Sandi.
"Tidak, mereka akan tertidur kurang lebihnya satu minggu. Setelah kita menyuntikkan mereka semua, nanti ada pekerja lain yang melakukan sisanya. Kita tinggal pulang saja!" jelas Pak Daniel.
"Kok aneh banget, terus kenapa ga mereka aja sekalian yang ngelakuin. Ahhh, hampir sebelas jam loh perjalanan ku kesini" ucap Winda yang terlihat kesal.
"Elooh, bukannya tugas perawat untuk melayani kesehatan, itukan tujuan kalian masuk fakultas tersebut. Kalau bukan kalian siapa lagi coba?" Pak Daniel berusaha meredakan suasana.
"Ya tapikan ga jelas begini, gimana" ucap Winda yang mulai terlihat jengkel.
Pak Daniel kemudian mencoba menjelaskan kembali, latar belakang dan tujuan mereka semua disini. Dia terus berusaha meyakinkan semuanya.
"Mohon maaf, saya masih ga percaya sama bapak. Bapak sebenarnya bekerja pada siapa dan dari mana bapak dapat obat itu?" ucap Karina yang mulai merasakan kejanggalan.
"Sekarang gini aja deh pak, apa buktinya kalau bapak benaran polisi" ucap Ryo.
"Oke, oke.. Kalau kalian masih tidak percaya, sebentar saya ambilkan KTA saya" Pak Daniel lalu mengambil Kartu Tanda Anggota disaku belakang celananya.
"Ini kalian bisa cek, Kalau kalian tidak percaya juga, kalian bisa cek lewat online" ucap Pak Daniel yang memberikan KTA-nya kepada Ryo.
"Ada yang bisa ngecheck ga, coba cek dulu" ucap Ryo kepada teman-temannya.
Karina menyuruh Winda untuk juga mengeceknya, tetapi Winda melihat dihapenya hanya ada satu garis signal saja. mereka juga mendapati hal yang sama sehingga tidak bisa berbuat apa-apa.
"Sinyalnya satu, ilang timbul pula.. Kambing!" ucap Anwar yang terlihat kesal.
"Kalian bisa cek itu nanti, yang penting sudah jelaskan saya ada KTAnya, mengenai saya bekerja untuk siapa dan dapat obat dari mana. Ya sudah jelas, Saya seorang polisi yang bekerja dari pemerintahan, obatnya ya dari intelejen pemerintahan juga." ucap Pak Daniel yang kembali menaruh KTA-nya ke saku celana belakangnya.
"Intinyakan gini, kita disini niatnya mengobati, tidak ada niat untuk mencelakai apalagi membunuh. Saya nanti yang akan bertanggung jawab atas semua hal, kalian ingat itu nama saya, D-A-N-I-E-L!! ucap Pak Daniel dengan percaya diri.
"Apa kalian tega membiarkan semua orang-orang itu terlihat seperti orang yang terlantar, saya sendiri miris melihatnya" ucap Pak Daniel dengan ekspresi wajah yang kelihatan iba.
Semua terlihat diam dan saling memandangi satu sama lain, Karina masih sedang dalam keraguan kelihatan dari wajahnya. Sementara Winda mulai kelihatan pusing atas kejadian ini. Terlihat ia sedang memegangi keningnya dengan kedua tangannya.
"Bagaimana, masih ada yang ditanyakan? Kalau ga, kita sudahi dulu rapat hari ini. Sudah mau sore, kita harus segera mempersiapkan makan malam, termasuk untuk warga desa juga" ujar Pak Daniel.
Akhirnya semua terlihat mensetujui perkataan Pak Daniel, lalu mereka kembali ke tenda istirahatnya masing-masing. Untuk bersiap membuat makan malam bersama.
......................
Didalam tendanya, Karina dan Winda masih membahas tentang kejadian hari ini, mereka masih berpikiran bahwa seperti ada kejanggalan yang disembunyikan. Karina berdiri dan berjalan mondar-mandir didepan Winda, ia mengusulkan bagaimana jika mereka menghubungi pihak rumah sakit dan meminta kepastian.
Winda mengecek smartphonenya, satu garis sinyalpun tidak muncul. Kemudian ia menjelaskan bahwa tempat ini jaraknya dua jam dari perkotaan, dan tak terlihat ada perkampungan sepanjang mereka berjalan.
"Pusing aku!?" ucap Winda.
"Win, kitakan cuman berdua disini. Aku masih ga percaya sama mereka semua, siapa tahu mereka sudah bekerja sama rencanain sesuatu disini. Jadi untuk menjaga keselamatan kita, terpaksa kita harus ngikutin arahan si Daniel itu" ucap Karina yang berusaha menenangkan Winda.
Winda kemudian hanya mengangguk lalu mereka berdua keluar dari tenda untuk berkumpul menyiapkan bahan masakan untuk nanti malam.
...
Semua orang berkumpul untuk dibagi regu dan tugas yang diperintahkan oleh Pak Daniel.
"Dengar, waktu kita hanya dua hari terhitung mulai hari esok. Hari ini saya yang akan menentukan kelompok. Karena kalian berjumlah ganjil, jadi saya akan membaginya couple. Sepasang-sepasang oke?" ucap Pak Daniel yang berdiri didepan mereka yang berbaris.
"Ryo dan Karina, mereka akan disini yang menyiapkan makanan"
"Lalu, Ragil dan Anwar, kalian yang mengumpulkan kayu bakar"
"Cindy, Sandi dan Winda kalian bertiga. Karena jarak sungainya cukup jauh sekitar 100 meter dari sini, ya" ujarnya.
"Kalau ada apa-apa, jangan lari ga karuan. cukup teriak dan diam ditempat, nanti saya datang. Biar saya tembak yang berani ganggu. Yak, silahkan kalian bubar!!" jelas Pak Daniel.
Hari sudah menjelang magrib, merekapun bergegas melakukan tugasnya masing-masing. Ragil dan Anwar masuk ke hutan untuk mencari kayu dan ranting yang bisa dibakar.
Cindy, Sandi dan Winda jalan bersama ke arah bawah menuju sungai untuk mengambil air. Sementara Ryo dan Karina, mereka berdua menuju tenda untuk mengambil perlengkapan memasak.
"Nama kamu Karina ya?" Ryo.
"Ya, panggil aja aku Karin." ucap Karina sambil mengeluarkan perkakas alat masak.
"Karin dah lama jadi perawat?" ucap Ryo yang bekerja sambil memperhatikan Karina.
"Lumayan, baru 7 bulan" Karina.
"Aku boleh tanya sesuatu ga?"
"Tanya apa?" jawab Karina seolah cuek.
"Mata kamu tuh biru, kamu asli keturunan bule ya" ucap Ryo yang memperhatikan matanya.
"Ohh ini, kalau kata Ibuku mungkin dari keturunan nenek moyangku. Tapi ga tau bule atau enggaknya" jawab Karina yang sedang menyusun barang.
"Cantik yah matanya, aku jadi pengen ngelihatin terus" ucap Ryo yang mencoba merayunya.
"Makasih!" balas Karina dengan senyuman.
...
"Oii kalian berdua yang didalam lama kali, jangan sampe cinlok kalian ya" teriak Pak Daniel yang berada diluar tenda.
Ryo dan Karina tak lama keluar dari tenda, terlihat membawa perkakas masak dan peralatan lainnya.
[Didalam Hutan]
"Oi An, menurut lo cantikan mana si Karin apa si Winda?" ucap Ragil yang sedang memilah-milah ranting.
"Ahh biasa aja ga tertarik gue sama cewek!" jawabnya yang bikin penuh pertanyaan.
"Anjiir, dalam bahaya dong gue nih?" Ragil.
"Aku ini masih fokus sama ke kehidupanku dulu, Kambiing!!" jawab Anwar yang gregetan sambil melemparkan ranting.
"Eitt, santai bro. Akukan cuman bercanda, jadi cantikan siapa?" ucap Ragil yang masih ngeyel.
"Cantikan Karina daaah, puas lo!!" jawab Anwar yang sedikit kesal.
"Setuju sih aku, matanya bisa biru gitu ya? Asli pertama kali gue lihat cewek matanya biru. dah orangnya cantik dewasa lagi." ucap Ragil dengan penuh decak kagum.
"Kenapa, suka lo? PDKT aja, nanti keburu diambil orang nyesalll!" jawab Anwar yang berupaya peduli.
"Iya buruan" terdengar suara sahutan dari perempuan.
Sontak membuat Ragil dan Anwar terdiam saling memandangi satu sama lain.
"Lo dengar An?" ucap Ragil sambil memperhatikan sekeliling.
"Kambiing, suara apaan ya barusan. Langsung merinding anjing!! " ucap Anwar sambil mengelus kedua lengannya.
Terlihat entah siapa dan dimana sedang memperhatikan mereka dari ketinggian.
"Anjing, buruan dah Gil.. Tumpuk-tumpukkin ambil!" ucap Anwar yang mulai terburu-buru mengutip ranting.
Mereka berdua mempercepat mengutip ranting, dan bergegas pergi keluar dari dalam hutan.
[Di perjalanan ke sungai]
Cindy, Sandi dan Winda sedang berjalan pelan menuruni jalan setapak menuju sungai. Terlihat mereka melangkah sangat hati-hati karena medannya yang kelihatan licin. Tak lama mereka turun akhirnya sampai ke tepi sungai.
"Kalian berdua tuh beneran Couplean yah?" tanya Winda sambil mengisi air botol dalam sungai.
"Iyah kok tahu?" jawab sandy sambil tersenyum.
"Tahu dari nadanya aja sama, Sandi, Cindy!" jelas Winda.
Mereka bertiga jongkok ditepi sungai dan mengambil air dengan memasukkan air ke dalam botol dua liter, sedangkan Sandi bertugas untuk memikul setiap botol berisi air dipundaknya dengan menggunakan keranjang bakul terbuat dari jerami.
Saat Winda sedang fokus mengisi air botol, dari seberang sungai sesorang memperhatikan mereka dari balik banyaknya pohon pisang yang berbaris.
Insting Winda yang tajam bereaksi, ia lalu mencoba memperhatikan sekeliling. Sementara Sandi dan Cindy sedang asik mengisi botol sambil bercanda.
"Eh ges, kek ada yang merhatiin kita ga sih. Kalian ngerasain ga?" ucap Winda dengan ke khawatiran.
"Enggak kok, kita ga ngerasaiin apa-apa" ucap Cindy.
"Cuman perasaan kamu aja kali Win, Fokus aja fokus, biar cepat selesai" ucap Sandi dengan bahagia.
"Fokus-fokus... Situ yang keasikan berdua" keluh Winda dalam hatinya.
Hari semakin gelap, cahaya kuning matahari mulai menghilang. mereka bertiga akhirnya selesai mengisi semua air yang berjumlah 20 botol.
"Kuat kamu San? Sini ku bawa dua botol!" ucap Winda berupaya mengambilnya.
"Ahh ga usah, malulah. masa ngangkat gini aja harus dibantuin sama cewek" Sandi berusaha berlagak kuat.
"Ya udah kalau ga mau dibantuin" ucap Winda yang berlagak menyesal.
Mereka bertiga kemudian beranjak dari tempat, dan mulai menaiki tebing. Winda berada didepan, diikuti oleh Cindy dan Sandi dibelakangnya.
Setelah beberapa langkah, tiba-tiba Cindy yang menoleh ke arah Sandi kaget karena melihat sesosok kepala bermuka hitam, berambut ucel dengan mata merah menyala timbul dari dalam sungai, sehingga membuat kaki kirinya tergelincir dan jatuh terguling sejauh dua meter dari atas tengah tebing.
Sosok itu kemudian berenang dengan cepat menuju tepi sungai. Sandi yang menyaksikan itu memberanikan diri untuk langsung lompat ke bawah dan berupaya mendekati Cindy. Winda yang kaget pertama kali melihat sosok yang menyeramkan keluar dari sungai, langsung berteriak sekeras-kerasnya hingga suaranya jauh terdengar.
*Kyaaaaaaaaaaaaa
"Itu suara Winda" ucap Karina yang kaget dan menjatuhkan alat masaknya. Dia dengan cepat bereaksi dan ingin berlari ke sumber suara tersebut.
"Apa kubilang, akhirnya datang juga tugasku disini!!." ucap Pak Daniel yang langsung mematikan puntung rokoknya.
"Woii kamu mau kemana, kalian disini saja tetap lakukan tugas. Biar saya yang mendatanginya!" Dia langsung lari terbirit-birit menuju lokasi.
Dengan menahan rasa khawatir, mau tidak mau Karina harus menuruti perintah Pak Daniel, dan ia terlihat mulai bergegas seraya mengajak Ryo untuk menyelesaikan tugasnya.
[10 menit dalam waktu yang bersamaan]
Winda yang panik mempercepat langkahnya ke atas tebing, dan setelah sampainya diatas ia langsung bergegas lari untuk kembali ke basecamp.
Ditengah ketakutannya saat berlari seseorang dari belokan dengan cahaya senter tiba-tiba muncul menangkapnya, yang tidak lain adalah Pak Daniel. Sontak hal itu membuat Winda berteriak kaget.
"Tenang-tenang! Jangan panik ini saya Pak Daniel!" ucapnya yang coba menenangkan Winda.
Winda masih merasa panik dan ketakutan, mencoba ingin terus berlari.
"Hei-heii! ini saya Pak Daniel! Kamu jangan lari! Jarak dari sini ke basecamp jauh lo. nanti kalau kamu ada apa-apa makin kerepotan kita semua!" ucapnya yang berupaya terus menahan Winda.
Winda akhirnya mengerti, ia menangis dan mengatakan disungai ada makluk yang menyeramkan. Pak Daniel berusaha menenangkan Winda dan mengajaknya untuk bersamanya kembali ketempat Sandi dan Cindy. Mereka berdua lalu berlari bersama menuju lokasi.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Na Gi Rah
Dapat gambar2 itu dari mana keren ih 3d ya
2022-09-16
1