Bocah Mesum

Kevin diam dan menatap Afifah dengan tatapan dingin andalannya, sedangkan keluarga Rayon yang lain berusaha menahan tawanya.

"Aku sengaja menyebar rumor seperti itu agar orang picik seperti kakakmu itu tidak bisa mendekati ku," ucap Kevin dengan entengnya yang ucapan itu bisa di dengar dengan jelas oleh keluarga Atmaja dan keluarga Rayon.

"Ternyata kamu pun termakan rumor itu, dan langsung percaya tapi yang membuatku heran kenapa kamu dengan bodohnya langsung setuju untuk menikah dengan pria yang kau dengar tidak layak di sebut manusia," ucap Kelvin

Afifah pun tidak bisa menjawab pertanyaan Kevin, kalau di pikir memang benar apa yang dikatakan Kevin seharusnya dia tidak langsung menyetujui pernikahan itu tapi apa yang bisa dia perbuat yang penting baginya adalah kebahagiaan kedua orang tuanya.

Ahad nikah pun berjalan lancar, Kevin dan Afifah menikah sah secara hukum dan agama. Tidak ada satu orang pun yang berani mengganggu berjalannya acara sakral itu walaupun di sudut ruangan ada satu orang yang jengkel sejak kedatangan keluarga Rayon sampai acara selesai orang itu mengepalkan tangannya dia kesal sekaligus menyesal karena salah mengambil keputusan.

Pernikahan ini berlangsung tidak meriah tidak ada banyak tamu yang datang hanya keluarga inti saja bahkan tidak ada makanan apapun yang terhidang, ahad nikah berjalan singkat dan sederhana setelah semua selesai Afifah pun langsung dibawa pergi oleh Kevin dan keluarganya.

Kelvin Ervan Rayon itu yang diucapkan berulang ulang dalam hati Afifah seperti dia sedang menanamkan nama itu di benak dan pikirannya mengingat bahwa pria ini sekarang telah berstatus suaminya, pria mapan dan tampan sungguh berbeda dengan apa yang dia bayangkan selama ini.

Kevin membawa Afifah ke sebuah rumah besar yang hanya berisikan penjaga rumah, satpam, tukang kebun dan juga dua asisten rumah tangga, mulai sekarang Afifah dan Kevin akan tinggal di sini rumah pribadi milik Kevin.

"Ku harap kamu betah tinggal di rumah barumu ini karena aku tidak mau tinggal bersama keluargamu," ucap Kevin sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa ketika mereka sudah memasuki rumah baru itu.

Hati Afifah merasa tercubit, walau bagaimanapun mereka adalah keluarga Afifah hatinya tidak terima bila ada yang mengatakan sesuatu tentang mereka.

"Kenapa? Mereka itu orang tuaku dan sekarang bagaimanapun mereka telah menjadi orang tuamu juga," ucap Afifah kesal.

Kevin menghela nafasnya kasar.

"Jangan salah sangka aku hanya ingin melindungimu dari ular ular berbahaya yang ada di sana," ucap Kevin.

Mendengar ucapan Kevin Afifah semakin kesal, Afifah memiringkan kepalanya dan menatap Kevin datar.

"Siapa yang kamu bilang ular? oh jadi kamu menganggap keluargaku itu keluarga ular begitu? dasar aneh," ucap Afifah.

Kevin berdecak kesal.

"Pikiranmu yang polos dan bodoh seperti ini membuatku ingin memukulmu sampai menangis setiap malam sudah diam jangan banyak tanya," ucap Kevin kesal bicara dengan gadis lugu seperti Afifah ini bisa membuat darah tinggi.

Kevin berlalu pergi menuju kamarnya meninggalkan Afifah yang masih berdiri mematung tiba tiba pikiran Afifah terbayang malam pertama mereka, dimana Afifah yang sedang menangis dengan keadaan penuh lebam di sekujur tubuhnya.

"Apakah seperti itu sifat asli suamiku suka main tangan dengan perempuan apalagi kalau sedang ada di ranjang," pikir Afifah.

Afifah bergidik ngeri membayangkan itu semua sampai terjadi padanya.

"Pantas saja dia tidak menikah menikah padahal umurnya sudah dewasa wajahnya pun tampan aku yakin dengan hanya menampakkan isi dompetnya pasti banyak wanita yang mau mengantri jadi istrinya ternyata di balik wajah tampan dan kemapanan tersembunyi sifat yang mengerikan," Afifah terus berfikir tentang bagaimana sifat suaminya yang sebenarnya.

Memang di dunia ini tidak akan pernah ada wanita yang mau diperistri seorang pria yang setiap malamnya selalu memukuli pasangannya kecuali Afifah yang pasrah demi kebahagiaan orang tuanya. Afifah capek dengan pikirannya sendiri dia pun menghempaskan tubuhnya ke sofa dan akhirnya tanpa dia sadari Afifah tertidur di sofa ruang tamu.

Malam pun telah tiba. Afifah duduk dengan gelisah di tepi ranjang dia menunggu sang suami yang sejak tadi belum masuk kamar.

Setelah meninggalkan Afifah di ruang tamu tadi sampai Afifah ketiduran Kevin tidak menampakkan hidungnya sampai sore jam 4 membangunkan Afifah menyuruhnya mandi dan mengenalkan para asisten yang ada di sana kemudian Kevin mengajak Afifah makan selesai makan Kevin kembali mengurung diri di sebuah ruangan.

Afifah memutuskan untuk keluar mencari keberadaan Kevin, Afifah mengenakan piyama berbahan kain satin celana panjang dan baju kemeja juga berlengan panjang.

Afifah menuju ruangan yang tadi sempat dia lihat Kevin masuk ke sana. Afifah berniat untuk menyuruh Kevin makan karena tadi waktu makan siang Afifah lihat Kevin hanya minum segelas susu menemani dia yang sedang makan hingga tengah malam seperti ini Afifah belum melihat Kevin keluar itu tandanya Kevin sejak tadi belum makan.

Sesampainya di depan pintu ruangan itu Afifah ragu ingin mengetuk atau mengurangkan niatnya.

Afifah mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu, dia masih berdiri diam di depan pintu, Afifah bingung jika nanti dia mengetuk pintu dan pintu terbuka lalu berdiri Kevin di hadapannya panggilan apa yang tepat dia gunakan untuk memanggil suaminya itu Mas, kang mas ,kakak, Abang, atau Om Kevin? Afifah pikir panggilan yang terakhir pasti akan sukses membuat dirinya di masukkan ke rumah sakit selama seminggu.

Afifah pun membulatkan tekadnya untuk mengetuk pintu apapun yang terjadi setelah itu akan dia terima tapi belum sempat dia mengetuk pintu tiba-tiba terbuka dan terlihat sosok Kevin berdiri di sana.

"Ada apa?" tanya Kevin dengan wajah datarnya.

"A-apakah kamu sudah makan?" tanya Afifah sambil menunduk dia masih malu menatap wajah suaminya.

"Belum," jawab Kevin datar.

"Ini sudah malam kamu harus makan dulu! lanjutkan pekerjaanmu nanti setelah makan," ucap Afifah sambil mencoba memberanikan diri menatap suaminya. Kevin membuang muka.

"Tidak usah kamu memperdulikan aku, kalau kamu lapar makanlah dulu," ucap Kevin sambil berbalik dan ingin menutup kembali pintu ruangan itu tapi dengan cepat Afifah menarik tangannya membuat mereka saling berhadapan, Kevin menatap Afifah dengan tajam.

"Jangan begitu ini sudah malam, makanlah! sejak tadi kamu belum makan nanti kalau kamu sakit tidak bisa bekerja lagi, makan dan beristirahatlah pekerjaan dilanjutkan besok," ucap Afifah sambil menatap Kevin dengan aura teduh miliknya.

"Jangan jangan kamu berkata seperti itu karena sudah menunggu malam pertama kita ya?" ucap Kevin entah kenapa Kevin ingin menggoda istri kecilnya ini.

"Dasar otak porno," lanjut Kevin dan berjalan meninggalkan Afifah menuju ruang makan.

Afifah shock mendengar ucapan Kevin, dia masih terpaku di depan ruang kerja Kevin memandang punggung suaminya yang berjalan menjauh tanpa menoleh padanya ingin rasanya Afifah memukul punggung itu seenaknya saja dia mengatakan Afifah bocah otak porno padahal dia tidak tahu betapa gugupnya Afifah membayangkan itu terjadi.

Apakah Afifah termasuk otak porno kalau memikirkan malam pertama? secara suaminya seorang pria dewasa.

Afifah kesal dengan ucapan Kevin tapi sebagai istri yang baik dia harus menyusul suaminya ke ruang makan untuk menyiapkan keperluan Kevin. Afifah pun berjalan dengan menghentak hentakan kakinya karena kesal.

Terpopuler

Comments

Tati Suwarsih Prabowi

Tati Suwarsih Prabowi

apa alur ceritanya terlalu cpat y...jafi kurang seru

2023-01-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!