Bab 3 Berlatih Sambil Berjualan

Sebuah pukulan telak menghantam wajah pria berkulit putih itu dan membuatnya tersungkur, dan tidak mampu bangkit kembali, Dampsey melihat seseorang sedang melakukan hitungan.

Setelah dihitung dan pria kulit putih itu tidak mampu bangkit, orang yang menghitung menyatakan pria berkulit hitam itu menang, dan dia menerima uang yang sangat banyak.

Dampsey terkejut melihat jumlah uang yang sangat besar di terima oleh petinju berkulit hitam itu, dia bisa membayangkan dengan bayaran begitu besar dapat membuat keluarganya bahagia.

Dia akan selalu mengingat gerakan dan pukulan yang dilihat dalam pertarungan itu dan akan melatihnya ketika sudah sampai di rumah.

Hari ini dia berjualan dengan lancar dan uang hasil semir sepatu juga memenuhi isi kantongnya, Dampsey mengantarkan setoran penjualan koran kepada mister dan tidak mengambil satu senpun laba penjualan koran.

Dia merasa malu sudah merugikan mister pemilik koran, dan berjanji akan mengantinya nanti dengan keuntungan penjualan, sebenarnya mister pemilik koran tidak mau menerima uang laba penjualan koran, tapi karena Dampsey memaksa akhirnya dia menerima, dia tahu akan membuat terluka harga diri bocah itu jika dia menolaknya, walaupun menerima sesungguhnya mister menyimpan uang itu untuk kepada Dampsey jika suatu saat dia membutuhkannya.

" Ibu...ibu aku pulang " teriaknya penuh semangat, Elizabeth yang melihat putranya sudah pulang segera memeluk dan menciuminya dengan penuh kasih sayang, Dampsey memberikan seluruh pendapatan dari menyemir sepatu kepada ibunya.

Dia berlari ke halaman belakang rumah, meninju batang pohon pelan pelan sambil mengigat gerakan dan pukulan petinju yang diliatnya di sasana.

" Aduh sakitt " teriaknya ketika tangan kecil itu terluka karena terus menerus meninju batang pohon, dia tidak tahu seharusnya berlatih mengunakan sarung tinju untuk melindungi tangannya.

" Ternyata sulit dan menyakitkan berlatih tinju " gumamnya, dia mendapat ide untuk membalut tangannya dengan handuk untuk bisa memukul pohon kembali, dengan bersiul kecil bocah itu mencari handuk yang sudah tak terpakai dan membentuknya menjadi pelindung tangan.

Dampsey berlatih dengan giat sampai malam, kemudian makan dan bermain dengan ketiga adiknya, dia melihat adiknya yang paling kecil sudah mulai berisi badannya, sangat senang sekali tak henti hentinya Dampsey menciumi si bungsu, Elizabeth yang melihat tingkah putranya tertawa terkekeh, hati dia bahagia dan banga.

Setiap hari Dampsey pasti datang ke sasana, selain mengantar koran dan menyemir, apalagi kalau bukan melihat pertarungan di atas ring.

Dampsey melihat begitu banyak jurus dalam bertinju, pukulan yang dilontarkan setiap petinju berbeda, bahkan mereka punya ciri khas, seperti ada yang mengandalkan huck, jab dan lainnya, gerakan kaki mereka juga luar biasa, ringan dan luwes padahal mempunyai bobot tubuh yang besar dan berat.

Dia merekam semua dalam pikirannya, mau bertanya malu karena masih kecil dan bukan anggota sasana, siapa pula yang menghiraukannya, orang di sasana memandang dia hanya loper koran dan tukang semir.

Pagi sekali Dampsey sudah bangun, berencana lari pagi melatih fisik dan kaki, dia menghabiskan waktu selama dua jam berlari mengelilingi jalan di King's road, tak menyangka lari pagi yang dilakukan sangat menghabiskan stamina, selurun badan terasa pegal dan sakit.

Tapi bagaimanapun rasa pegal dan sakit diseluruh badan dia harus tetap berjualan koran dan menyemir, kalau tidak bagaimana darimana mendapat uang membeli susu dan roti untuk adiknya.

Badannya mulai terbentuk karena latihan yang rutin, dia perlu mendapatkan tambahan gizi dan protein yang cukup, sementara di rumah makanan sudah dijatah porsinya oleh ibu, bahkan mereka terkadang makan dua kali sehari.

Dampsey mengambil inisiatif dengan mendatangi restoran dan meminta makanan yang tersisa jangan dibuang, dia bersedia menampung makanan sisa itu, walaupun rasanya menyedihkan dia menahan rasa malu demi mengapai tujuan.

Kehidupan keluarga sedikit lebih baik dengan diterimanya ayah berkerja sebagai pembersih kantor milik pemerintahan, Elizabeth sangat senang dengan perubahan yang ada, dan di rumah itu sudah tidak ada lagi pertengkaran seperti hari hari sebelumnya.

Sekarang tangan Dampsey sudah terbiasa meninju batang pohon, tangan itu tidak lagi terluka, dan pukulannya juga semakin keras terbukti kulit pohon yang dia pukul hancur tak berbentuk, sekarang bagaimana melatih tubuh agar tahan dengan pukulan lawan.

Dia tidak punya pelatih maupun lawan tanding, semua dilakukan secara otodidak, Dampsey membuat batang kayu yang diikat dengan tali, nantinya batang kayu yang diikat akan di ayun kebagian tubuhnya.

Pertama kali tubuhnya terkena hantaman dari batang kayu rasanya sakit sekali, Dampsey meringkuk kesakitan dan langsung merasa mual, setelah merasa mendingan dia kembali mencoba mengayunkan batang kayu itu dengan pelan, sehingga tubuhnya mulai terbiasa.

Merasa kelelahan dia berhenti dan istarahat, Dampsey melihat bagian perutnya sudah lecet dan luka, sangat sakit jika terkena keringat dan air, dia hanya mencuci muka saja dan kemudian tidur.

Selama empat bulan lebih dia sudah menguasai tiga bagian dari tinju yaitu kekuatan pukulan, daya tahan tubuh, dan kekuatan nafas, masih banyak hal yang tidak dia ketahui tentang tinju seperti cara gerakan kaki, mempertahankan stamina dan cara menghindar, serta beberapa pukulan seperti swing, long hook, low blow dan rabbit punch.

Setiap pertandingan tinju di adakan di sasana dia pasti selalu menonton dan memperhatikan dengan serius, serta menyimak semua instruksi yang diberikan oleh pelatih kepada petinjunya, dari sanalah dia tahu bagaimana cara mengatasi semua kerterbatasannya dalam berlatih tinju.

Damsey merasa berjualan koran tidak lagi cocok dengan dirinya, dia perlu perkerjaan yang juga bisa membantu melatih kekuatan otot, dan itu hanya bisa di dapat dengan melakukan perkejaan kasar seperti buruh angkut di pasar dan di pelabuhan, dengan koneksi dari ayahnya dia diterima berkerja sebagai tukang angkat barang di pelabuhan.

Pekerjaan tukang angkat barang di pelabuhan bukan hal yang gampang bagi anak yang berumur enam belas tahun, tapi karena tekat dan keyakinan yang kuat dia bisa melalui hari hari yang berat berkerja di pelabuhan, yang penting selain dapat uang dia juga bisa melatih ototnya tanpa mengeluarkan biaya.

Begitu hari hari yang dia lakoni, pagi berkerja, sore dan malam berlatih di halaman belakang rumah, Jhonson dan Elizabet yang melihat halaman belakang rumah mereka sudah berubah bentuk menjadi tempat latihan tinju hanya bisa mengelengkan kepala mereka, walau demikian mereka tidak akan pernah melarang maupun menghentikan minat putra mereka.

Mereka sadar sebagai orang tua seharusnya bertanggung jawab menyekolahkan putra mereka dan memberi kehidupan yang lebih baik, tapi apalah daya mereka belum mampu melakukan semua itu, dan sekarang ketika anaknya mempunyai minat dalam berlatih tinju, mereka merasa tidak berhak menghentikan atau melarangnya.

Terpopuler

Comments

nur kholifah

nur kholifah

nungguin lama banget dah kabbburrrr aja ganti baca novel sebelah aja....kecewa beratttttt

2022-09-16

0

nur kholifah

nur kholifah

eh belum update lagi

2022-09-12

1

nur kholifah

nur kholifah

kapan nih Thor kelanjutannya hik hik hik

2022-09-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!