setelah selesai memandikan Bibi Ayu segera menidurkan kembali anaknya. setelah Bibi terlelap dengan botol susu menempel di mulut Bibi. Ayu segera bergegas pergi ke dapur untuk makan karena sedari pagi belum makan. Hampir setiap pagi Ayu selalu mendahulukan Dila dan Bram untuk makan terlebih dahulu. setelah itu menyusui Bibi dan menyiapkan bubur untuk Bibi.
saat membuka rice cooker ternyata tidak ada satu butir pun nasi yang tertinggal ternyata Bram telah menghabiskannya. dengan terpaksa Ayu harus menahan lapar terlebih dahulu.
"yaallah mas.. aku belum makan sudah kamu habiskan nasi ini" ucap Ayu seorang diri.
kemudian Ayu ingin menanak nasi kembali tetapi ternyata di toples penyimpanan beras hanya meninggalkan beras sekitar setengah centong susu kaleng.
"kalau begini tidak akan cukup lebih baik aku buat menjadi bubur aja" batinnya.
akhirnya Ayu membuat bubur dari beras itu. setelah matang Ayu segera melahapnya. Ayu yang kelaparan menyantap bubur dengan semangat. selesai makan Ayu kembali menemani Bibi yang masih tertidur pulas. Ayu berbaring menatap langit-langit kamarnya. Ayu masih memikirkan soal beras yang kini sedang sudah habis. Ayu tak mungkin berdiam diri karena Dila pasti akan minta makan.
"aku harus segera mendapatkan beras tapi bagaimana caranya sedangkan hutang ku pada mbak Devi belum aku bayar dan mbak Devi telah melarang ku berhutang sebelum hutang yang dulu di bayar"
Ayu sangat bingung entah apa yang harus di dilakukannya.
"atau aku pinjam saja pada Sinta? mungkin dia akan mau membantu ku" batin Ayu.
akhirnya Ayu memberanikan diri untuk menelpon Sinta untuk meminjam uang.
Tut..Tut..Tut..
"halo Yu assalamualaikum ada apa Yu?"
"wa'allaikumsallam Ta, Ta aku ada perlu sama kamu aku main minta tolong"
"oh mau minta tolong apa Yu?"
"Ta aku ngak punya uang untuk beli beras, kalau boleh aku pinjam uang mu seratus ribu aja" ucap Ayu.
"oh Boleh kok Yu, mau sekarang atau kapan?"
"kalau boleh sekarang aja Ta soalnya siang ini ngak beras untuk di masak. tapi aku ngak bisa datang ambil uangnya Ta aku ngak punya motor dan ini anak ku masih kecil ngak berani keluar rumah jauh-jauh"
"oh gampang aku aja yang kerumah mu. nanti kamu tinggal bilang daerah kamu tinggal dan nama jalannya nanti aku cari" ucap Sinta.
"iya Ta makasih banyak ya udah mau nolongin aku" ucap Ayu merasa terharu.
"sama-sama Yu aku kalau masih bisa ya aku bantu. kalau begitu aku langsung jalan ya?"
" iya yu hati-hati di jalan"
"siap sayang"
ternyata Sinta mau membantu Ayu yang sedang kesulitan. Ayu merasa beruntung masih ada orang yang perduli dengan hidupnya. dahulu Sinta lah orang yang paling dia percaya untuk menceritakan semua keluh kesahnya. tapi mereka sempat berpisah karena Sinta pindah tempat tinggal sedangkan kontak mereka terputus karena Ayu sempat jual ponsel dan tidak menyimpan nomor Sinta lagi. tapi ternyata Sinta tidak pernah melupakannya perpisahan selama 5 tahun tidak membuat persahabatan mereka berubah walau kini bertemu sudah memiliki keluarga masing-masing.
[Yu nama daerah kamu tinggal di daerah mana?] pesan dari Sinta dibaca oleh Ayu.
[daerah kampung mulia Ta, dari arah Koba kamu lurus aja nah trus ada kampung di pesisir pantai dan banyak orang berjualan kelapa muda dan berjualan kepiting berarti kamu telah sampai, baru ku tanya yang namanya Ayu dimana? pasti orang akan tau karena di sini penduduknya tidak terlalu banyak] dengan panjang lebar Ayu menjelaskan jalan ketempat rumahnya.
[oh oke] dengan cepat Balasan Ayu di balas Sinta.
setelah menunggu beberapa lama akhirnya Sinta datang kerumah Ayu.
tok..tok..tok..
"assalamualaikum Yu"
"wa'allaikumsallam Ehh udah sampai ya Ta pasti capek banget nyari alamatku"
" ngak juga Yu ternyata dekat pesisir pantai ya rumah mu enak juga di sini"
"iya Ta, Ta tunggu bentar ya aku bikinin kamu teh dulu"
"aduh tau aja aku mau apa heheh" Sinta terkekeh.
"tau dong apa sih yang ngak aku tau soal kamu?" ucap Ayu yang telah mengetahui segala sesuatu yang di sukai dan tidak di sukai oleh Sinta.
saat Ayu sedang membuatkan teh untuk Sinta , Sinta terheran-heran melihat foto pernikahan yang terpampang di ruang tamu. Sinta seperti pernah melihat laki-laki yang berstatus suami Ayu itu di suatu tempat.
"nah ini dia teh nya silakan di minum" ucap Ayu yang keluar dari dapur.
"wah makasih banyak Yu" balas Sinta.
"sama-sama Sinta Imut" ucap Ayu dengan nada yang sengaja di imut-imut kan.
"hahah kamu bisa aja Yu, eh Yu ini suami kamu ya?" Sinta menunjukkan sebuah foto.
"iya Ta itu suami aku mas Bram"
"oh,, tapi kamu jangan kaget ya. aku kayak pernah liat suami kamu jalan dengan Siska teman aku. Siska itu janda anak satu ganjen nya minta ampun"
Ayu terkejut ternyata Sinta juga kenal dengan Siska.
"Siska yang mana Ta?"
"bentar aku lihatin fotonya" dengan segera Sinta mengeluarkan ponsel dan memamerkan foto Siska.
"nah ini dia Yu, sebentar dia bikin status ni"
Ayu dan Sinta bersama-sama melihat status wa Siska. bagai di sambar petir Ayu melihat foto Bram sedang berpelukan dengan Siska di sebuah hotel. dengan caption *Ayang ku manja banget 😘*
"tuh kan Yu sama persis kaya suami kamu" ucap Sinta yang belum tau kisah sebenarnya.
"itu memang mas Bram Ta, aku sudah tau kalau selingkuhan bernama Siska dan aku sudah pernah melihat fotonya" Ayu menjelaskan tentang semua itu.
"apa Yu jadi ini benar suami kamu? memang sudah gila suami mu Yu, kamu ngak marah udah liat suami kamu selingkuhin kamu? kalau aku jadi kamu udah aku labrak tuh cewek aku Jambak tu rambutnya" dengan kesal Sinta berucap.
"mau gimana lagi Ta mas Bram juga udah mulai bosan ngeliat aku, dia bilang aku kayak pembantu tubuh ku bau air kencing Bibi. aku ngak pandai merawat diri tidak seperti Siska, bahkan mas Bram menyesal telah menikah dengan ku"
"astaghfirullah Yu kamu telah salah pilih pasangan" seketika Sinta memeluk Ayu.
"ini udah takdir aku Ta aku bertahan dengan pernikahan ini karena anak-anak ku masih membutuhkan figur seorang ayah"
"tapi ini namanya menyakiti diri sendiri Yu"
"ngapapa Ta aku akan menunggu sampai anak-anak ku besar baru aku akan mempertimbangkan semua ini"
"Yu please deh jangan bodoh, aku ngak mau kamu hanya berdiam diri seperti ini, aku akan selalu bantu kamu aku janji ngak akan biarkan penderita kamu berlanjut" Sinta sangat geram dengan sikap Ayu yang seolah pasrah akan keadaan.
saat sedang serius bercerita Dila pulang kerumah lalu bertemu Ayu dan Sinta.
"assalamualaikum"
"wa'allaikumsallam" jawab Ayu dan Sinta secara serentak.
Dila menyalami Ayu dan Sinta secara bergiliran.
"Bu Dila lapar"
"ibu belum masak nak beras kita udah habis, kalau kamu mau itu di atas kompor ada bubur nasi"
"aku kan ngak suka bubur nasi Bu"
"ibu tau nak tapi ibu belum punya uang untuk beli beras dan makanan untuk kamu"
"hemm yaudah deh Bu aku makan bubur aja"
belum sempat Dila melangkah ke dapur Sinta mencegah Dila.
"Dila jangan makan bubur kalau ngak suka ini Tante Bawak nasi Padang, Tante udah beli 3 bungkus Ayo kita makan bareng"
ternyata sebelum ke sini Sinta telah menyiapkan nasi Padang.
"yang bener Tante? wah Dila bisa makan enak dong, asikk akhirnya aku bisa makan nasi Padang yang enak ngak cuma ayah yang bisa makan enak" ucapan Dila membuat Sinta terheran-heran kenapa sampai Dila berucap begitu.
"yaudah Tante ambilkan dulu ya, tadi juga hampir lupa untung ada Dila jadinya Tante ngak lupa lagi deh"
"Ta makasih banyak ya" ucap Ayu.
"sama-sama Yu, yaudah tunggu sebentar ya"
Sinta bergegas mengambil nasi Padang yang berada dalam jok motonya lalu bergegas kembali.
"nah ini dia nasinya ayok makan" ucap Sinta.
akhirnya Sinta, Ayu dan Dila makan bersama. Dila terlihat bahagia karena apa yang selama ini dia idamkan tercapai juga.
"Alhamdulillah nikmatnya rejeki hari ini" ucap Sinta.
"Alhamdulillah, makasih ya Tante" ucap Dila lalu berlalu ke dapur untuk mencuci tangan.
selagi Dila di dapur Sinta ingin menanyakan tentang kenapa Dila jarang makan enak dan hanya ayahnya saja yang bisa makan enak.
" Yu kenapa Dila berbicara seperti itu"
" karena uang dari mas Bram tidak pernah mencukupi kebutuhan keluarga Ta tetapi mas Bram selalu menuntut ku agar dia makan enak setiap hari, jadi makanan mas Bram dan kami aku bedakan karena tidak akan cukup bila berbagi"
"astaghfirullah Yu masih ada ternyata laki-laki model seperti itu" Sinta hanya menggelengkan kepala saking tidak percaya dengan kejadian yang di alami oleh Ayu.
"mau diapakan Ta " ucap Ayu lagi.
"Tante Sinta, ibu ayok sini gantian cuci tangannya" Dila mengajak Sinta dan ibunya.
"iya sayang" jawab Ayu.
lalu Sinta dan Ayu melangkah ke dapur lalu mencuci tangan. setelah selesai mereka kembali menuju ruang tamu. belum lama mereka duduk terdengar suara Bibi merengek dengan segera Ayu mengambil Bibi dan membawanya ke ruang tamu.
"Yu ini anak bungsu mu ya? aduh imut banget sih" Sinta bermain-main dengan Bibi, Bibi tampak senang kepada Sinta. Ayu senang melihatnya karena Bibi mudah akrab dengan siapapun.
"iya Ta" ucap Ayu singkat.
"eh Yu aku ngak bisa lama-lama di sini, nanti kalau aku ada waktu aku datang lagi sambil membawa putra ku. sekarang dia juga sebesar Dila"
"yah kok cepet banget Ta padahal masih kangen nih" ucap Ayu.
"aku juga masih kangen tau, tapi mau gimana aku masih ada kerjaan ini ada sedikit uang jangan lupa beli beras, makanan yang enak dan susu buat Bibi ya"
"terima kasih Ta kamu memang temen aku yang paling mengerti keadaan aku"
"harus itu Yu" jawab Sinta.
"yaudah aku pamit dulu ya Yu, Dila, Bibi. Tante pulang dulu ya sayang"
"iya Tante jawab Dila"
setelah sinta pulang Ayu membuka amplop yang di berikan olah Sinta tadi. terlihat uang lembaran 100 ribu terdapat 5 lembar di dalam amplop itu.
"Alhamdulillah yaallah, Sinta selalu baik kepada ku semoga Tuhan selalu melancarkan rejekinya" batin Ayu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments