Bab 3 - 1 Jam Sebelum Pernikahan

...༻♡༺...

Zafran sedang dalam perjalanan. Di pagi yang buta mobilnya sudah melaju menembus kabut dan embun. Tekad Zafran hanya satu. Yaitu menjemput Lika secepat mungkin.

Meski tidak terkendala macet, waktu perjalanan yang ditempuh Zafran cukup lama. Dia baru saja tiba di kota tempat Lika berada. Zafran hanya perlu menemukan hotel bintang lima bernama The Royal.

Saat dalam pencarian, mesin mobil Zafran mendadak mati sendiri. Sekarang dia tidak punya pilihan selain mengurus mobilnya terlebih dahulu.

"Sial! Kenapa harus sekarang, hah?! Kau itu selalu berulah di saat yang tidak tepat!" omel Zafran kepada mobilnya sendiri. Dia segera mengedarkan pandangan ke segala arah. Mencoba mencari tempat tukang bengkel.

"Aaarrggh!! Ini masih pagi. Mana ada bengkel buka jam segini!" keluh Zafran sambil menggaruk kepala dengan perasaan frustasi.

Akibat merasa terdesak, Zafran berkeliling mencari tukang bengkel. Usahanya sukses saat berjalan sekitar lima puluh meter dari mobil. Zafran memberitahukan mengenai keadaan mobilnya.

"Aku ingin mobilnya diperbaiki secepat mungkin! Aku sudah kehabisan waktu!" desak Zafran.

"Biar aku lihat dulu mesinnya. Masalah cepat atau enggak, itu tergantung kerusakannya," jawab tukang bengkel. Dia menyuruh Zafran menunggu. Sementara dirinya akan pergi memeriksa mobil.

Zafran duduk sambil mendengus kasar. Dia segera menghubungi Lika. Hendak memberitahukan mengenai keterlambatannya. Namun gadis itu tidak menjawab panggilan telepon sama sekali. Zafran yakin Lika pasti disibukkan dengan acara pernikahan yang terjadi sekitar satu jam tiga puluh menit lagi.

Perasaan gelisah Zafran semakin menyelimuti, ketika tukang bengkel memberitahu kalau proses perbaikan mobil akan memakan satu jam lebih. Jika menunggu, Zafran tentu akan kehabisan waktu. Lika pasti akan terlanjur menikah dengan Zayn.

"Bagaimana, Mas? Apa kau ingin menunggu atau ditinggal saja. Kalau menunggu, aku akan berusaha mempercepat kinerjaku," ujar si tukang bengkel.

Zafran berpikir dalam diam. Dia mencoba mencari cara lain agar bisa cepat-cepat sampai ke hotel The Royals. Satu hal yang pasti, Zafran tidak akan naik kendaraan umum. Mengingat dia nanti akan membawa kabur Lika.

"Kalau mau lebih cepat, beli saja mobilku, Mas. Hehehe... aku membelinya satu tahun yang lalu. Tapi karena nggak kuat sama pajaknya, aku sekarang ingin menjualnya saja," imbuh si tukang bengkel yang tiba-tiba curhat. Dia memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.

Pupil mata Zafran membesar. Berbinar-binar seolah mendapat keajaiban. "Beritahu aku! Berapa harga mobil itu?" tanya-nya merasa tertarik.

"Be-benarkah, Mas? Kau serius bukan? Ini bukan tipu-tipu belaka kan?" Si tukang bengkel memastikan. Kini matanya yang berbinar-binar kesenangan. Sebab sudah sejak lama dia menjual mobil tersebut. Tetapi karena mobilnya dijual cukup mahal, banyak orang yang tidak mau membeli.

Namun tidak untuk Zafran. Karena sedang dikejar waktu dan sangat membutuhkan, dia bersedia membeli mobil seharga lima ratus juta tersebut. Zafran langsung mentransfer uangnya kepada si tukang bengkel.

"Terima kasih, Mas. Aku akan secepatnya memperbaiki mobilnya," ungkap Si tukang bengkel.

"Sama-sama, Pak! Nanti anak buahku yang akan mengambilnya," sahut Zafran sembari buru-buru masuk ke mobil. Dia segera menjalankan mobil dalam kecepatan laju.

Akibat insiden mobil mogok, Zafran kehabisan waktu setengah jam. Kini satu jam lagi proses pernikahan Lika akan terjadi. Zafran baru saja menghentikan mobil ke parkiran. Dia langsung berlari masuk ke dalam hotel.

Zafran tidak lupa mengenakan topi dan masker. Ia melakukan itu agar kedatangannya tidak ketahuan. Terutama dari tantenya Lika.

Zafran sekali lagi mencoba menelepon Lika. Tetapi belum sempat menelepon, perhatiannya justru terfokus pada pesan kiriman Lika.

'Kau sudah dimana? Pengantin lelaki sudah datang! Dia ada di ruangan sebelah. Kalau kau sudah sampai, cari aku di kamar suit nomor 10.' Begitulah pesan dari Lika. Membuat Zafran kian didesak waktu.

Zafran membalas pesan Lika. Dia memberitahu kalau dirinya sudah ada di hotel. Karena kamar Lika ada di lantai atas, Zafran menggunakan lift. Kebetulan dia harus melewati ruang utama yang menjadi tempat acara pernikahan.

Di ruang utama sudah terlihat ada banyak orang. Semuanya di dominasi oleh pekerja hotel dan keluarga Lika.

Zafran bersembunyi sejenak ke balik dinding. Saat menemukan waktu yang tepat, dia segera berjalan menuju lift. Lelaki itu mendengus lega kala telah berhasil masuk ke dalam lift.

Bersamaan dengan itu, seseorang tiba-tiba menghentikan pintu lift yang hampir tertutup.

Deg!

Jantung Zafran kaget. Rasanya seperti disembar gelegar petir. Matanya membola. Bagaimana tidak? Orang yang masuk ternyata adalah Selia. Di iringi oleh Nadia dan Chika. Dua sahabat Lika.

Zafran bergeser ke ujung. Dia berusaha menjaga jarak dan bersikap senormal mungkin.

"Lika-nya sudah pakai baju pengantin, Tante?" tanya Nadia.

"Ya sudahlah... kan akadnya dimulai sebentar lagi," jawab Selia seraya melirik ke arah Zafran. Merasa aneh dengan kehadiran lelaki tersebut. Walaupun begitu, Selia tidak mengenali Zafran sama sekali.

"Mas-nya artis ya?" Selia tiba-tiba menegur Zafran. Nadia dan Chika sontak ikut menatap.

Zafran memilih bungkam. Dia hanya menggeleng sambil berdehem. Satu tangannya memegangi tenggorokan. Di akhir Zafran berpura-pura batuk.

"Oh... sakit ya. Maaf kalau mengganggu, Mas. Aku kira artis. Kalau artis kan bisa aku jadikan bintang tamu di acara nikahan keponakanku," ucap Selia yang merasa tidak enak.

"Tante apaan sih," komentar Chika. Dia cekikikan. Tetapi tidak untuk Nadia. Gadis itu menatap Zafran penuh curiga.

Ting!

Bel berbunyi saat lift tiba di lantai tujuan. Pintu perlahan terbuka. Semua orang segera keluar dari lift. Termasuk Zafran sendiri.

Zafran berjalan melingus begitu saja. Melewati Selia, Nadia, dan Chika. Dia sengaja bersikap seperti orang yang menyewa kamar hotel. Parahnya Zafran membuka pintu kamar secara acak. Lalu masuk ke dalam kamar tersebut.

Sementara itu, Selia, Chika, dan Nadia berjalan menuju kamar Lika. Selia menjadi orang yang memimpin jalan.

"Chik, kau nggak curiga sama lelaki yang bareng sama kita di lift tadi?" bisik Nadia. Sebagai orang yang pernah satu sekolah dengan Zafran, dia tentu merasa tidak asing.

"Enggak. Emang kenapa?" balas Chika dengan dahi berkerut.

"Aku merasa tidak asing sama dia."

Chika memutar bola mata jengah. "Gimana kau bisa kenal sama dia? Orang tadi mukanya ditutup sama topi dan masker kok. Kita cuman bisa lihat matanya. Tapi dari matanya aku tahu kalau dia ganteng," ucapnya yang malah terfokus pada hal lain.

"Terserah apa katamu deh." Nadia mengalah. Dia membuang rasa curiganya jauh-jauh.

Di sisi lain, Zafran merasa lega saat berhasil menjauh dari Selia. Kini dia menyandar di depan pintu. Memejamkan matanya dengan rapat.

"Kau siapa?" suara bariton seorang lelaki tiba-tiba menegur.

Zafran sontak dibuat kaget. Ia menoleh ke arah sumber suara. Dirinya menyaksikan seorang pria tinggi semampai dengan balutan jas dan tuxedo. Pria itu terlihat brewokan tetapi tampan.

'Fix! Ini pasti calon pengantin lelakinya. Gila! Dari semua kamar yang ada, kenapa aku malah pilih kamar ini?" batin Zafran.

Terpopuler

Comments

luiya tuzahra

luiya tuzahra

gak kebayang gimana tegannya zafran

2022-09-08

1

@tyena 🌈

@tyena 🌈

aduuh lagii donk Thor, penasaran inii gimana kawin lariinyaa 🤣🤣, lanjut lagi Thor 👍

2022-09-05

1

Kristina Sinambela

Kristina Sinambela

ayo semangat zafran

2022-09-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!