...༻♡༺...
Tanpa terasa, Lika akhirnya tidak sengaja tertidur. Dia sepertinya kelelahan dengan kegiatan yang sudah dijalani seharian.
Berbeda dengan Zafran. Dia tidak bisa tidur sama sekali. Padahal waktu telah menunjukkan jam dua dini hari. Pikirannya sedang bertempur hebat. Zafran bingung harus memilih untuk menghubungi Lika atau tidak.
Zafran menatap nomor Lika yang ada di kontak telepon. Nomor tersebut sebenarnya adalah nomor yang sudah dia miliki bertahun-tahun. Zafran tidak tahu nomor Lika itu masih aktif atau tidak.
Beberapa kalimat sudah ditulis dalam aplikasi pesan di ponsel Zafran. Tetapi dia masih berpikir keras untuk mengirim pesan itu.
'Lik, ini aku Zafran. Maaf baru muncul sekarang. Gimana kabarnya? Aku dengar kamu besok akan menikah. Kita bisa ketemu nggak?' Begitulah bunyi pesan teks yang ingin dikirim Zafran.
Tubuh Zafran telentang di atas ranjang. Ia meletakkan satu tangan ke atas jidat. Bernafas berat berkali-kali.
Zafran melepas ponselnya sejenak. Dia mengambilnya kembali saat terpikir untuk mengirim pesan kepada Lika.
Tanpa sengaja, tombol kirim dipencet oleh Zafran. Hal tersebut membuatnya panik. Dia bahkan tidak bisa menghapus pesan yang sudah terlanjur dikirim.
"Astaga! Ini gila! Aku belum siap!" keluh Zafran. Dia berusaha keras mencari cara untuk menghapus pesan yang terkirim. Zafran hanya berharap nomor Lika tidak aktif lagi. Dengan begitu, gadis tersebut tidak akan membaca pesannya.
Di sisi lain, Lika masih asyik tertidur di kamar. Ponselnya menderingkan bunyi notifikasi singkat. Pertanda bahwa ada sebuah pesan yang masuk.
Sayangnya suara ponsel tidak berhasil membangunkan Lika. Gadis itu terbangun saat waktu menunjukkan jam empat pagi.
Lika langsung mengambil ponsel dari atas nakas. Matanya melebar ketika melihat ada pesan masuk dari nomor tak dikenal. Lika lantas membuka pesan yang dikirim nomor tersebut.
Mata Lika membulat sempurna, tatkala membaca pesan dari Zafran. Dia merubah posisi menjadi duduk. Jantungnya merespon dengan deguban kencang. Ada rasa antusiasme yang tinggi dirasakan oleh Lika.
"Tunggu. Aku nggak bisa percaya begitu saja kalau ini Zafran. Bisa saja kan orang iseng?" gumam Lika. Tidak mau percaya begitu saja. Dia lantas mencoba menghubungi nomor tanpa nama itu.
Di tempat yang berbeda, Zafran kaget bukan kepalang. Bagaimana tidak? Lika tiba-tiba meneleponnya!
Saliva diteguk oleh Zafran satu kali. Dia tidak perlu berpikir lama untuk mengangkat panggilan Lika.
"Halo?" suara Lika yang lembut dan begitu dirindukan, dapat terdengar jelas di telinga Zafran.
Sungguh, Zafran sangat bahagia walau hanya bisa mendengar suara Lika. Dia berharap bisa mendapatkan lebih dari itu. Debaran cinta yang sejak lama telah tertidur, kini bisa dirasakan Zafran lagi.
"Lika..." lirih Zafran terkagum.
"Zafran! Ini beneran kamu?" tanggap Lika. Nada suaranya terdengar bergetar. Dia nampaknya masih belum bisa mempercayai apa yang terjadi.
"Iya... Ini aku, Lik..." sahut Zafran pelan.
Tangisan Lika segera menyambut pendengaran Zafran. Mendengar hal itu, Zafran jadi ikut merasa emosional. Perasaan rindu yang sudah lama tertahan, akhirnya dapat terbayar.
Dua tetes cairan bening lolos melalui sudut mata Zafran. Meskipun begitu, dia langsung mengusapnya dan mencoba lebih tenang. Sebab Zafran ingin bicara dengan Lika.
"Lik... aku..."
"Kenapa, Zaf?... kenapa kamu baru muncul sekarang? Lima jam lagi aku akan menikah!" seru Lika. Di sela-sela tangisannya.
"Maafin aku, Lik... aku nggak menyangka kamu akan menikah secepat ini. Aku benar-benar menyesal sudah menjahuimu bertahun-tahun. Jujur... aku nggak pernah bisa lupain kamu selama bertahun-tahun," ungkap Zafran panjang lebar. Dia mengatakan apa yang di alaminya semenjak putus dari Lika.
"Aku juga, Zaf... aku terpaksa harus menerima pernikahan ini demi bisa membantu kondisi perusahaan. Tapi saat waktu semakin mendekati sesi pernikahan, rasa sesalku malah tambah tinggi. Aku berharap lelaki yang kunikahi itu adalah kau," kata Lika. Dia mengakhiri perkataannya dengan isakan tangis.
Zafran membisu sejenak. Terutama saat mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Lika. Terlintas sesuatu dalam benaknya. Yaitu sebuah tekad nekat yang mendadak muncul dalam kepala. Hal yang paling di inginkan Zafran sekarang adalah memiliki Lika seutuhnya. Keinginan itu semakin membuncah ketika mengetahui Lika juga masih mencintainya.
"Beritahu aku posisimu sekarang! Aku akan menjemputmu ke sana!" cetus Zafran. Membuat Lika harus menghentikan tangis.
"A-apa? Aku tidak salah dengar kan?" Lika memastikan.
"Aku tidak bercanda. Aku akan membantumu membatalkan pernikahan. Kalau kau memang masih ingin kembali bersamaku lagi, kirimkan alamatmu lewat pesan teks. Aku akan langsung menjemput!" ujar Zafran. Dia segera memutuskan panggilan telepon lebih dulu.
Zafran menarik nafasnya dalam-dalam. Dia memejamkan mata. Menanti jawaban dari Lika.
Belum sempat Zafran berprasangka, pesan dari Lika masuk. Gadis itu tidak butuh waktu lama untuk mengirimkan alamat keberadaannya.
Senyuman lebar mengembang diwajah Zafran. Dia langsung melompat dari tempat tidur. Bergegas mengganti pakaian.
Zafran ingin menjemput Lika secepat mungkin. Ia harus datang tepat waktu. Mengingat posisinya sekarang berada di luar kota. Perlu waktu sekitar satu jam lebih untuk sampai ke hotel dimana Lika berada.
Bertepatan dengan itu, pintu kamar Lika tiba-tiba diketuk oleh seseorang. Dia lantas membukakan pintu.
Orang yang datang ternyata adalah penata rias untuk Lika. Kebetulan Lika harus mendapatkan make up khusus karena akan menjadi pengantin.
"Tunggu, aku ke toilet sebentar!" kilah Lika. Dia sebenarnya hanya ingin meminta kepastian dari Zafran. Sebab aksi pelarian yang akan dilakukannya pasti menyebabkan dampak luar biasa.
"Zaf, kira-kira kapan kamu akan datang?" tanya Lika.
"Kebetulan tempatku ada di luar kota. Pokoknya lumayan jauh dari posisimu sekarang. Tapi aku akan pastikan akan datang tepat waktu!" jawab Zafran dari seberang telepon.
"Kau berjanji kan?"
"Aku berjanji! Untuk sekarang, kau bisa ikuti saja bagaimana alurnya. Jangan sampai rencana kita diketahui oleh siapapun," balas Zafran.
Lika mengangguk meski Zafran tidak bisa melihat gerakan tubuhnya. Pembicaraan mereka berakhir. Lika tidak punya pilihan selain harus melakukan make up.
Karena ingi mengulur waktu, Lika sengaja mandi berlama-lama. Dia bahkan sempat-sempatnya bermain game di kamar mandi.
Ketika tukang rias mengetuk pintu kamar mandi, barulah Lika keluar. Dia langsung disuruh mengenakan gaun pengantin.
"Wah... belum pakai make up saja sudah cantik. Apalagi pas sudah pakai make up," puji si tukang rias yang bernama Eka itu. Dia berdecak kagum saat melihat tampilan Lika yang dibalut dengan gaun pengantin berwarna putih.
"Terima kasih," ucap Lika sembari tersenyum.
"Ayo! Kita harus cepat-cepat merias wajahnya. Waktunya tinggal empat jam lagi!" seru asisten Eka. Namanya adalah Tari.
"Kau benar!" Eka setuju. Dia dan Tari segera memberi sentuhan make up ke wajah Lika.
Setelah satu setengah jam lebih, proses make up akhirnya selesai. Eka dan Tari semakin terkesima dengan kecantikan Lika.
"Mbak Lika udah jadi princess pokoknya!" Tari mengacungkan dua jempol untuk Lika.
Tak lama kemudian, keluarga Lika berdatangan. Mereka yang merasa kagum, saling berdahuluan untuk mengambil foto.
Lika berusaha keras untuk terlihat tenang. Padahal dia merasa gelisah sedari tadi. Zafran tidak kunjung datang. Pernikahannya akan terjadi sekitar tiga setengah jam lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Adila Ardani
lanjut
2022-09-05
1
luiya tuzahra
waah gilaa sih...gak kebayang gimana bahagianya lika pas bangun tidur baca pesan dr zafran sedangkan pas mw tidur dia berdoa berharap zafran datang.
the power of doa
aaah q jdi ngebayangin jadi likaaa...
2022-09-04
1
Kristina Sinambela
zafraan.....
2022-09-04
1