03 - Starlight Highschool

*Maunya menghindari hal-hal yang merepotkan, eh malah terjebak masuk di dalamnya. Memang benar ya, hidup itu tidak bisa selalu sesuai kemauan kita. —R**in*.

...*****...

^^^05 Agustus 2020^^^

Mobil putih seorang gadis memasuki gerbang SMA Starlight. Berulang kali terdengar decakan kesal dari gadis itu. Jujur saja, ia kurang suka dengan sekolah ini. Selain banyak perempuan yang suka pamer barang branded, adanya queen bully yang berkuasa, dan kebanyakan senior laki-laki dari suatu ekskul menerapkan sistem, good looking always first, ada hal paling utama dari yang disebutkan di atas.

SMA Starlight, tentu tidak jauh hubungannya dengan Deverald. Walau tergolong anak baru yang kali pertama ini menginjakkan kaki di sini, gadis itu sudah tahu banyak hal.

BRAK!

Gadis itu menutup pintu mobilnya dengan keras. Melangkahkan kaki dengan ekspresi datar, melewati siswa-siswi yang ada di dekatnya tanpa ragu. Semua yang menatapnya tertegun. Dengan rambut hitam legam, bergelombang cantik di bagian bawahnya itu benar-benar memesona. Matanya yang indah, dengan bulu mata lentik menatap ke depan dengan tajam dan tegas di saat bersamaan.

Orang-orang biasa memanggilnya Rin. Sosok gadis dingin berwajah datar yang menyimpan sejuta rahasia tak terduga, dengan permainan ekspresi wajah.

Berhubung Ara, mamanya alumni SMA ini, okelah gak masalah sekolah di sini. Lagian, niat sang mama pasti baik, biar dia bisa bergaul sama banyak orang. Mungkin. Rin juga tidak yakin bisa bergaul.

Melirik sekitar, semuanya melihat Rin dengan pandangan bertanya-tanya. Jelas saja, melihat seorang gadis cantik yang memakai seragam berbeda dengan mereka, siapa yang tidak penasaran? Namun, Rin hanya tak acuh dan tetap melangkah dengan percaya diri.

Gadis dengan mata hitam legam itu membelokkan badannya ke kanan. Menyusuri koridor, sembari membaca nama ruangan yang tertera di atas setiap pintu. Mencari nama sang wali kelas yang baru, untuk mendapat informasi mengenai kelasnya.

Kalau boleh jujur, Rin lebih suka dengan keadaan di mana ia masih bersekolah di SMA Holder—sekolah lamanya. Karena, semua terasa familiar. Tapi, mencoba sesuatu yang baru dan asing, mungkin boleh juga?

...*****...

Suasana kelas XI IPA-1 sekarang benar-benar tidak kondusif. Teriakan demi teriakan terdengar sana-sini, membuat kegaduhan luar biasa dalam kelas yang biasa orang-orang juluki cecan the geng—karena hampir seluruh siswinya adalah anak hits yang dianugerahi wajah cantik—itu.

Teriakan Regina yang super cempreng mendominasi kelas karena dia berusaha menghentikan kerusuhan teman sekelasnya. Namun, Aldo yang tidak pedulian tetap bernyanyi dengan suara sumbangnya yang memekakkan telinga. Sekumpulan siswa dipojokan kelas yang menjadikan meja sebagai drum juga turut andil dalam kegaduhan kelas. Tentu, semua keributan ini memicu terganggunya kelas tetangga.

Dibanding sibuk sok memerintah atau menyuruh orang lain agar diam, Megan lebih memilih duduk anteng di kursi, dengan airpods yang terpasang. Begitupula dengan Audey, Cellin dan Ruth, tiga sahabatnya yang sibuk masing-masing.

Megan dan kawan-kawan bukan tipe cewek sok ngatur-ngatur gitu, daripada ngurusin hidup orang, keempatnya lebih baik tidak ambil pusing. Karena pada dasarnya, mereka juga tidak suka diatur.

Masalah ribut segala macam, itu urusan guru dan ketua kelas. Kecuali, mereka diganggu. Kalau pada heboh atau berisik di tempat sendiri, sih ya abaikan saja.

Tok! Tok! Tok!

"Guru woi guru! Cepet balik ke tempat lo pada!" teriak seorang laki-laki yang sejak tadi mengamati pintu, untuk mengetahui apakah ada guru yang ingin masuk atau tidak. Mendapat seruan seperti itu, membuat seisi kelas dengan gaduh kembali ke tempat duduk masing-masing.

"MAMPUS GUE LUPA POTONG KUKU! BU STEVI MAH KALO RAZIA DADAKAN!!" pekik Regina cempreng.

"Gue juga njir, mana nih rambut ujungnya gue warnain merah!"

"Mending, lah gue? Gak bawa apa-apa kecuali buku!"

"Stres," timpal Ruth sambil mengangkat wajahnya. Serius, berisik banget tuh tiga orang.

Ruth tuh kepengen tidur, kenapa susah banget, sih?

Kelas yang semula ramai teriakan alay, langsung sunyi senyap begitu bu Stevi—wali kelas 11 IPA 1—mulai menyembulkan kepalanya masuk. Tatapannya tajam, pertanda seluruh siswa-siswi di kelas itu harus diam.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Stevi sambil berjalan masuk ke depan papan tulis.

"PAGI BUUU!!" balas semua anak di kelas dengan semangat.

"Bagaimana pagi ini? Semangat buat belajar?" tanya bu Stevi.

Seisi kelas hanya diam. Bukan, bukan karena tidak peduli akan pertanyaan sang wali kelas. Mereka diam terpana karena seorang gadis cantik yang perlahan masuk ke dalam kelas, membuat atensi semua orang seakan tidak bisa lepas dari gadis dengan seragam berbeda itu. Cantiknya di luar nalar, tidak bisa dideskripsikan bagaimana sempurnanya wajah itu.

Sadar semua anak buahnya terpana pada gadis yang datang bersamanya, bu Stevi angkat suara. "Pagi ini Ibu ada kejutan buat kalian." Wanita itu menoleh ke arah Rin. "Kita punya teman baru dari SMA Holder."

YES MASUK SINI!! Batin Audey berteriak heboh. Ia dengan cepat menoleh pada Fitria—teman sebangkunya yang diaturkan sang wali kelas.

"Lo pindah samping Adit aja yee, tuh cowok duduk sendiri kayaknya, gue pengen duduk ama temen lama," ucap Audey menyengir, sengaja berbohong agar tidak terlalu menyakiti hati teman sebangkunya ini.

"Oh, iya," balas Fitria sambil membereskan buku-bukunya. Lantas bangkit dan mendudukkan diri di sebelah seorang laki-laki berkacamata bulat.

Rin melangkahkan kakinya mendekat pada bu Stevi. Gadis itu kini sudah berdiri dengan tatapan dinginnya di samping sang wali kelas.

"Ayo, Nak. Silahkan perkenalkan diri kamu."

"Rin."

Bu Stevi tersenyum maklum, untung mama Rin kemarin sudah menjelaskan bagaimana sifat putrinya, jika tidak mungkin ia akan salah paham dengan murid didik barunya ini sekarang. Berbeda dengan respon sang wali kelas, mereka yang duduk tampak tidak puas mendengar perkenalan Rin. Terlalu singkat dan sulit di mengerti.

"Gile cantiknya di luar logika!"

"Gak senyum aja udah cantik banget, apalagi kalo senyum entar?!"

"Lo udah punya pacar Rin? Yang panjang lah perkenalannya!"

"Kagak ngerti gue anjir!"

"Stupid. Jelas-jelas dia udah ngasi tau namanya. Kurang jelas apaan?" celetuk Ruth sambil memutar matanya malas. Berisik banget tahu gak? Padahal anak barunya aja cuma ngomong satu huruf, ini sekelasan heboh banget.

"Guys, dingin dong anaknya, gue kira bakal heboh ceria-ceria gitu, gue salah info ternyata," bisik Audey dengan mencondongkan sedikit tubuhnya ke depan. Membuat Megan dan Ruth yang duduk sebangku menoleh.

"Makanya, jangan cuma katanya, tapi juga harus ada faktanya," sahut Megan, lalu gadis itu kembali menghadap ke depan.

Kelas yang tak kunjung hening karena kehebohan laki-laki di kelas ini, membuat bu Stevi menghela napas lelah. "Sudah anak-anak, Ibu mau jelaskan sedikit tentang Rin. Dia ini agak cuek, jadi jangan ambil hati kalo dia cuma balas atau ngomong singkat ke kalian."

Syukur kalo dibalas, kalo enggak?—batin seisi kelas.

"Yah, bakal susah deh buat di deketin!"

"Gapapa, cuci mata bro!"

"Lo kira Rin pajangan dinding apa?!" sahut Audey sambil melotot tajam ke arah Dicky.

"Sudah-sudah, jangan ribut lagi." Bu Stevi kemudian menoleh ke samping. "Rin, kamu boleh duduk di bangku kosong sebelah A—" ucapan bu Stevi terhenti sesaat ketika melihat meja di sebelah Adit sudah ada Fitria, netranya kemudian beralih pada Audey. "... udey."

Rin mengangguk pelan lalu kembali menghadap depan. Dapat ia lihat, salah seorang gadis yang duduk dipojok mengangkat salah satu tangannya. Tanpa membuang waktu, Rin segera menghampiri teman sebangkunya yang baru itu.

"Hai, gue Audey," katanya sambil memperlihatkan nametag-nya yang bertuliskan Chenniara Audey. Gadis itu kemudian menggoyang pelan kursi Megan yang duduk di depan Rin.

Megan menoleh, semerbak wangi manis yang tidak terlalu menyengat, tapi membuat ketagihan itu menerobos masuk ke hidung mancung Rin. Gadis itu tersenyum lucu, lalu menjulurkan tangannya sembari memperkenalkan diri. "Megan, Megan Espinoza Rodrigo."

Rin menganggukkan kepalanya, menerima uluran tangan Megan dengan ekspresi datar seperti semula.

Seorang perempuan yang duduk di depan Megan menoleh lalu melambai kecil. "Hai, aku Cellin Veronica Azelia. Panggil Cellin, boleh juga panggil Cel kok," katanya dengan senyum manis yang terpatri.

Audey mendengkus, terpaksa kembali mengeluarkan energi ekstra untuk menggoyang kursi Ruth. Membuat gadis berwajah jutek alami itu menoleh.

"Gue Ruth."

Rin hanya mengangguk singkat sebagai balasan, tidak menyahut karena ia pikir sudah memperkenalkan namanya tadi. Tidak perlu kan sampai tiga, empat kali menyebutkan nama, pada orang di satu ruangan yang sama?

"Semoga kita bisa jadi temen deket, ya Rin?" Megan tersenyum hingga matanya menyipit.

"Sok manis banget lo Meg daritadi," ucap Audey sambil memutar matanya malas.

"Manis donggg, kan calon masa depan Enchim," kata Megan dengan memasang ekspresi imut.

Satu hal yang perlu kalian tahu tentang Megan, dia adalah seorang ARMY—salah satu fandom grup Kpop—yang memiliki hati sesetia itu pada Bangtan—tepatnya Jimin.

"Idih."

Rin hanya diam tidak merespon apapun. Gimana ya, dia tuh pengen menghindari teman yang modelan Audey and the gang, tapi sepertinya Rin memang ditakdirkan berteman dengan mereka.

Menghela napas pelan, Rin mengeluarkan beberapa buku dari dalam tasnya. Kalau boleh jujur, dia tuh cuma pengen punya satu teman yang pendiam dan berani kemana-mana sendiri. Tepatnya, kutu buku. Biar gak ribet gitu.

Lah ini? Modelnya macam-macam dan Rin masih belum tahu gimana sifat dan kebiasaan mereka!

"Jam pertama matematika wajib, lo bawa buku, kan? Udah tau jadwal? Punya buku paketnya?" tanya Audey beruntun.

Sebagai balasan, Rin mengangkat buku tulis dan buku paket di kedua tangan, menunjukkannya pada Audey membuat gadis di depannya menyengir. "Ngomong kek Rin, diem mulu kayak es batu!"

Bu Stevi menepuk-nepukkan kedua tangannya, berhasil mengambil perhatian seisi kelas. "Oke anak-anak, sekarang pelajaran Ibu, kan? Sebelum mulai, ayo taruh tangan kalian di atas meja. Biarkan rambut kalian tergerai. Hari ini konsekuensinya kalau ada yang kukunya panjang atau rambutnya di warnai, terus laki-lakinya rambut panjang, maaf saja, Ibu dengan senang hati memberikan tugas. Tenang, satu soal saja, kok."

Seisi kelas bergidik melihat senyuman penuh arti di wajah awet muda wali kelas mereka itu. Terus apa katanya, satu soal aja? Hell, Audey dengan teramat yakin, soalnya pasti susah, dan banyak anaknya. Dan hal paling sial, dia ini menghias kuku dengan berbagai macam warna dan bentuk.

"Mampus! Kuku gue gimana ini?!!" tanya Audey panik. Megan mengedikkan bahunya, "Makanya kalau ke sekolah jangan aneh-aneh." Sementara Ruth masa bodoh tanpa mau repot-repot menoleh.

"JANGAN DONG BUUU!" keluh semua anak kelas 11 IPA 1.

"Yang ngeluh, silahkan ke lapangan, lari sepuluh putaran. Lagian Ibu kan udah lama tidak memeriksa kedisiplinan kalian sebagai seorang murid."

Memberengut tanpa bisa protes, seisi kelas hanya pasrah dan tidak berani bersuara. Masalahnya tu, lapangan sekolah mereka besarnya gak main-main! By the way mending, sih, daripada ngerjain tugas matematika satu soal.

Serius.

"Nah gini dong, anak-anak kelas Ibu pada pinter semua. Okeh," Bu Stevi bertepuk tangan sekali. "Silahkan buka halaman 25."

Satu kelas dibuat bingung.

"LAH BU?!" Aldo mendelik kaget.

"Lah Bu kenapa? Buka cepat buku kamu! Atau mau beneran Ibu periksa?"

"Aldo dodol! Gak usah banyak tanya lo!" sungut Audey yang duduknya memang agak berdekatan dengan Aldo.

"Tau tu, gak ngotak banget jadi orang!" tambah Regina kejam.

"Gue nanya doang," balas Aldo berbisik pada dirinya sendiri.

"Sudah bisa dimulai? Razia-nya minggu depan, karena di sini ada Rin yang berstatus sebagai anak baru, masih belum tau apa-apa mengenai aturan di kelas Ibu. Nanti istirahat, Audey, Ibu minta tolong jelasin, ya."

Audey mengangguk penuh semangat. "Iya, Bu!"

Rin menghela napas pelan. Netranya memang fokus pada buku, tapi pikirannya berkelana jauh entah kemana. Gadis itu sedikit cemas bagaimana nasib ke depannya.

Empat cewek ini ... cuma siswi biasa, kan? Gak terkenal di kalangan Deverald?

Rin, sih berharap gitu. B**ut, gatau deh, pusing dia.

...*****...

Terpopuler

Comments

Na Gi Rah

Na Gi Rah

Iya si baca gak bosenin, rapi bgt tulisan kak lanjut otwe lagi deh aku ya...🤣

2022-09-04

1

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 01 - Deverald
3 02 - Really?
4 03 - Starlight Highschool
5 04 - Ekskul
6 05 - Penyusup
7 06 - Friends
8 07 - Tidak Asing
9 08 - Stalk
10 09 - Ice Princess
11 10 - Deverald vs Alvaska
12 11 - Rin, the Mysterious Girl
13 12 - Chat
14 13 - Rencana
15 14 - Mendekat
16 15 - Ragu
17 16 - Little Thing
18 17 - Sarapan
19 18 - Him
20 19 - Iridescent
21 20 - Her Smile
22 21 - She's Not Fine
23 22 - Tidak Sejalan
24 23 - Vegasus Street
25 24 - Traitor
26 25 - Basmi
27 26 - Khawatir
28 27 - Malu-malu tapi Mau
29 28 - Blushing
30 29 - Don't Care About Him
31 30 - Mulai Menjauh
32 31 - Respect
33 32 - Dangerous Situation
34 33 - Zegior, Musuh Dibalik Layar
35 34 - The Games
36 35 - Perasaan Berbeda
37 36 - Berdamai dengan Diri Sendiri
38 37 - Butterflies
39 38 - Interested?
40 39 - A Choice
41 40 - He Changed
42 41 - Girls Time
43 42 - Jealous atau Salting?
44 43 - Weekend
45 44 - Peka
46 45 - Dinner?
47 46 - Meet in Person with His Parents
48 47 - Orang Penting?
49 48 - Ekskul Berkuda
50 49 - I don't Know
51 50 - Be Yourself
52 51 - First Choice
53 52 - Basketball
54 53 - The Piano
55 54 - Feeling
56 55 - Simple Thing
57 56 - Sebuah Perbedaan
58 57 - Not Both
59 58 - Her
60 59 - Enchanted
61 60 - Great Feeling
62 61 - Raka Sialan!
63 62 - Nothing To Do
64 63 - Belajar Bareng
65 64 - The Watch
66 65 - Date?
67 66 - A Promise
68 67 - The Fact
Episodes

Updated 68 Episodes

1
Prologue
2
01 - Deverald
3
02 - Really?
4
03 - Starlight Highschool
5
04 - Ekskul
6
05 - Penyusup
7
06 - Friends
8
07 - Tidak Asing
9
08 - Stalk
10
09 - Ice Princess
11
10 - Deverald vs Alvaska
12
11 - Rin, the Mysterious Girl
13
12 - Chat
14
13 - Rencana
15
14 - Mendekat
16
15 - Ragu
17
16 - Little Thing
18
17 - Sarapan
19
18 - Him
20
19 - Iridescent
21
20 - Her Smile
22
21 - She's Not Fine
23
22 - Tidak Sejalan
24
23 - Vegasus Street
25
24 - Traitor
26
25 - Basmi
27
26 - Khawatir
28
27 - Malu-malu tapi Mau
29
28 - Blushing
30
29 - Don't Care About Him
31
30 - Mulai Menjauh
32
31 - Respect
33
32 - Dangerous Situation
34
33 - Zegior, Musuh Dibalik Layar
35
34 - The Games
36
35 - Perasaan Berbeda
37
36 - Berdamai dengan Diri Sendiri
38
37 - Butterflies
39
38 - Interested?
40
39 - A Choice
41
40 - He Changed
42
41 - Girls Time
43
42 - Jealous atau Salting?
44
43 - Weekend
45
44 - Peka
46
45 - Dinner?
47
46 - Meet in Person with His Parents
48
47 - Orang Penting?
49
48 - Ekskul Berkuda
50
49 - I don't Know
51
50 - Be Yourself
52
51 - First Choice
53
52 - Basketball
54
53 - The Piano
55
54 - Feeling
56
55 - Simple Thing
57
56 - Sebuah Perbedaan
58
57 - Not Both
59
58 - Her
60
59 - Enchanted
61
60 - Great Feeling
62
61 - Raka Sialan!
63
62 - Nothing To Do
64
63 - Belajar Bareng
65
64 - The Watch
66
65 - Date?
67
66 - A Promise
68
67 - The Fact

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!