‘Yah… walaupun begitu aku sangat menyayangi keluargaku, walaupun dalam ekonomi kami masih pas-pasan, tetapi dalam segi hubungan kami adalah keluarga yang sangat harmonis.’ Batin Ray.
“Oke… semangat untuk hari ini.” Ucap Ray menyemangati dirinya sendiri sambil mengeluarkan buku komik dari dalam tasnya.
Setelah pukul 8 pagi, bel sekolah pun berbunyi. Ray yang sedang duduk sambil membaca buku bergegas untuk menyimpan buku itu kedalam tasnya. Akan tetapi secara tiba-tiba, Jerk beserta komplotannya datang dan mengambil buku itu dari tangan Ray.
“Hups… dapat, hei bocah sialan lu baca buku apa? Kenapa langsung dimasukin sih?. Bagi-bagi sama kita dong, kenapa lu bacanya sendirian.” Ucap jerk sambil meletakkan buku itu di atas kepala Ray.
Ray yang ketakutan langsung membungkuk. Ia tidak bisa melawan Jerk beserta dengan teman-temannya, karena Ray tau bahwa Jerk adalah orang terkaya di sekolah itu, bahkan sekolah yang di tempati Ray sekarang adalah sekolah milik keluarga Jerk.
“I… itu buku komik yang baru aku beli.” Ucap Ray sambil melipat jari-jarinya dibawah meja.
“Komik?... komik apaan coba setipis ini, hmph.. hahaha kamu baca cerita beginian, emang sesuai sih sama karaktermu yang seperti anak SD. Guys lihat nih, dia baca komik apaan.” Ejek Jerk sembari memberikan buku itu ke salah satu temannya.
“Apa ini! Komik murahan, ceritanya juga cerita tentang dunia sihir. Ha ha ha kamu sudah dewasa bego, masa masih baca yang beginian, harga bukunya juga seharga es teh yang di kantin. Emang harganya sesuai sih sama orang miskin kayak kamu.” Ucap Sain sambil merobek komik milik Ray.
Tepat dihadapan Ray, Sain merobek komik tersebut. Melihat komik yang baru ia beli di robek oleh Sain, tanpa berfikir panjang Ray langsung berdiri dan mendaratkan satu pukulan tepat di pipi kanan Sain hingga membuatnya terjatuh.
“Brengsek, apa yang kau lakukan terhadap sahabatku.” Ucap Albert yang merupakan komplotan Jerk sambil mendekat kearah Ray.
Melihat keadaan Sain yang masih terhuyung-huyung, Albert memberikan balasan tinjuan kepada Ray hingga membuat Ray terlempar ke sudut ruang kelas.
“Dasar kaparat sialan, aku akan menghabisimu.” Ucap Albert memegang kerah baju Ray dan ingin menghajarnya lagi. Akan tetapi Albert tiba-tiba menghentikan tinjunya terhadap Ray karena salah satu siswa memberitahukan bahwa guru sudah datang.
“Setelah pelajaran ini selesai, temui aku di atap sekolah. Aku akan memberikanmu beberapa pelajaran.” Ancam Albert sambil melepaskan cengkeramannya terhadap Ray.
Setelah semuanya duduk ke kursi mereka masing-masing, Ray yang sudah sangat lemas menguatkan dirinya untuk berdiri dan kembali duduk. Ia mengusap darah yang keluar dari bibirnya akibat hantaman yang diberikan oleh Albert.
“Selamat pagi semua, Tumben kalas ini pada diam semua. Biasanya harus disuruh diam dulu baru pada diam, tapi ini tumben tentram setentram hutan Amazon, Ha ha ha…” Canda Pak Herlin yang merupakan guru sejarah.
“Lah itu wajah Ray kenapa bengkak dan merah, kamu berantem sama teman sekelasmu yah Ray?.” Tanya pak Herlin setelah melihat wajah Ray yang tampak mencolok dari biasanya.
Dengan cepat, Sain langsung memandang kearah Ray dan menunjukkan pandangan mengancam.
“Ah… pipi saya bengkak karena tadi pagi kena hantam bola pak, makanya jadi bengkak begini.” Ucap Ray mengalihkan kejadian yang sebenarnya agar masalah tidak tambah runyam.
“Tapi kenapa bisa yah, hanya dihantam bola bengkaknya bisa sampai sebesar itu.” Ujar pak Herlin yang masih curiga. “Tapi yah… sudahlah kalau kamu tidak mau jujur, baiklah mari kita mulai pelajaran hari ini.”
Dengan kecurigaan yang masih pak Herlin rasakan, ia tetap melanjutkan pelajarannya.
…
Setelah seluruh pelajaran selesai. Selama istirahat sekolah Ray hanya menghabiskan waktu di dalam kantor dan perpustakaan. Ray memutuskan untuk membantu setiap guru yang masuk kekelas agar dapat menghindari jam istirahat.
Ditempat lain, Jerk beserta sahabat-sahabatnya menunggu Ray di atas gedung sekolah untuk memberikannya pelajaran. Akan tetapi Ray sama sekali tidak pernah datang baik jam istirahat pertama hingga Jam istirahat kedua sehingga membuat luapan amarah bagi Jerk dan yang lainnya.
“Sial!, si brengsek itu tidak muncul juga.” Ucap Roi yang merupakan salah satu sahabat dan bawahan Jerk sambil menendang kaleng minuman soda ke arah Albert.
“Sayang, gimana kalau kamu mengundang Ray itu kehutan yang ada dibelakang desa Lever. Disanakan jarang ada orang tuh, nah … nanti kalau dia datang langsung deh kalian siksa. Kalau aku sih lebih baik menonton kalian saja, soalnya aku wanita cantik yang tidak mau menyentuh sampah seperti dia.” Ucap Gummi yang merupakan pacar Ray dengan nada manja sambil mengelus-elus dada dan leher Jerk.
“Ha ha ha … Ide yang bagus sayang. Baiklah mari kita berpesta setalah pulang sekolah.” Ujar Jerk sambil tersenyum penuh licik memandang ketiga temannya itu.
Setelah istirahat sekolah yang terakhir telah berakhir, Ray yang dari tadi di kantor guru membantu membereskan berkas-berkas bergegas menuju keruang kelasnya, akan tetapi Ray sangat merasa takut karena selama istirahat ia tidak menemui Jerk di atas gedung.
Sesampainya didepan ruangan, Ray mulai berkeringat dingin sambil berdoa agar dirinya tidak mendapatkan masalah ketika ia melangkahkan kakinya kedalam ruang kelas.
“Kriet…” Bunyi pintu yang dibuka Ray sambil berjalan membungkuk memasuki ruangan.
‘Kenapa semuanya terasa sangat sunyi dan dingin begini.’ Batin Ray sambil menoleh kearah Jerk
Melihat pandangan yang diberikan oleh Jerk, Ray paham akan keadaan yang dia tanggung nanti. Ray melangkah menuju ke kursinya.
Setelah tepat didepan meja belajarnya, tubuh Ray seketika kaku ketika ia membaca tulisan yang berada di atas mejanya.
‘Temui aku di hutan lever!’ Tertulis, seketika itu wajah Ray memucat dan pandangannya seketika memburam sembari terduduk lemas di kursinya.
‘Apa … apa akan terulang kembali, apa aku akan mengalaminya lagi seperti dulu. Kenapa tubuhku berkeringat.’ Secara perlahan kesadaran Ray mulai menghilang.
“Ray… Ray… kamu kenapa?.” Ucap guru yang mengajar di ruangan Ray.
Seketika itu Ray mendapatkan kesadarannya kembali dan menolah ke depan “Ha!... Saya tidak apa apa pak.” Ujar Ray sembari memberikan senyuman penuh kepalsuan.
“Oh … baiklah, saya pikir kamu lagi sakit soalnya dari tadi bapak perhatikan kamu terdiam membungkuk seperti ingin mati saja.” Singgung guru tersebut terhadap Ray.
“Mungkin itu efek tidak makan pak, soalnya kan dari tadi dia cuman di kantor selama jam istirahat. Bahkan janji dengan kami saja dia tidak menepatinya. Benar tidak RAY FRINSON.” Ucap Roi menoleh kearah Ray sembari memberikan senyuman tipis penuh ancaman.
“Yahh, kamu benar juga soalnya dari tadi bapak lihat Ray sangat antusias membantu di kantor dan perpustakaan sekolah. Baiklah mari kita lanjut pelajaran terakhir untuk hari ini”.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments