"Kalian kau urus perempuan itu, dan pastikan dia menandatangani semua berkas itu, aku akan mencari makan malam bersama tuan Anggoro, kau harus sudah menanganinya saat kami kembali." Titah Haris pada Biru dan Yola lantas pergi bersama pria tua pemesan nyawa itu.
Seharusnya ini menjadi kesempatan bagi Biru untuk menyelamatkan Ghea dari tempat itu, hanya saja sialnya masih tersisa Yola di sana bersamanya, sehingga dia harus sedikit bersabar dan menahan diri untuk melaksanakan rencananya yang tak terlalu matang itu.
"Kau saja yang urus, aku ngantuk. Lagi pula cuma meminta tandatangannya saja kan, belum eksekusi?" Seloroh Yola dengan nada malasnya.
Biru hanya menjawabnya dengan anggukan ragu dan pelan. Pikirannya melayang membayangkan bagaimana reaksi Ghea saat pertama kali membuka matanya dan melihat wajahnya, apakah wanitapujaannya itu masih mengenali dirinya yang tak terkenal di masa sekolah dulu?
Lantas bagaimana caranya dia meminta tanda tangan itu darinya, jika saja itu bukan Ghea, tentu saja pekerjaan itu hanya sebuah tugas kecil yang bisa dia kerjakan sekejapan mata saja.
Namun ini menjadi lain ceritanya dan tak se sederhana itu saat yang di hadapinya itu adalah Ghea Novita, wanita yang hanya dengan melihat sosoknya saja, tubuh Biru terasa bergetar hebat.
"Ouwh,,,ssshhh,,, kenapa kepala ku terasa pusing sekali," ringis Ghea saat wanita itu baru saja membuka matanya.
Kedua tangan Ghea memegangi kepalanya, pandangannya mengedar ke seluruh penjuru ruangan kamar berukuran 6x5 meter itu.
Tempat yang terasa asing baginya, bahkan saat dirinya berusaha mengingat apa yang terjadi pada dirinya, dia hanya ingat kalau terakhir kali dirinya sedang bersenang-senang di klub bersama Dimas, sang kekasih, namun kejadian selanjutnya sungguh dia tak tau apa yang terjadi padanya.
"Dimas!" lirih Ghea memanggil dan mencari keberadaan kekasihnya, namun yang dia temui di ruangan itu hanya Biru yang terpaku mematung di ambang pintu, tubuhnya seakan kaku dan tak bisa bergerak ataupun berbicara sepatah kata pun.
"S-siapa kau? Kenapa aku berada di sini?" Kaget Ghea spontan memeriksa pakaian yang di kenakannya, dia curiga dengan Biru yang menatapnya tanpa berkedip sedikit pun.
"Sialan, aku bertanya pada mu, siapa kau? Mana kekasih ku?" Tanya Ghea lagi dengan galaknya.
Bruakkk...
Suara pintu kamar di pukul dengan kencangnya membuat nyali Ghea sedikit ciut.
"Berisik sekali kau ini, aku sedang tidur dan kau berteriak-teriak seperti sedang berada di hutan!" Mata Yola yang merah karena mengantuk itu langsung membelalak lebar ke arah Ghea yang kini terlihat agak jiper ketika melihat Yola datang ke kamar itu, apalagi Yola tidak datang dengan tangan kosong, sepucuk glock 19 berada di genggaman tangan kanannya, membuat Ghea harus menahan nafasnya saat ujung senjata itu Yola tempelkan di pelipis kiri nya yang mulus namun kini terlihat agak lembab karena keringat yang tiba-tiba mengucur di sana.
"Biru, berikan kertas-kertas itu, setan betina ini harus segera menanda tangani dokumen ini dan setelah itu,,,boom! Ucapkan selamat tinggal pada dunia ini!" Yola menyeringai dengan jahatnya.
"Si-siapa kalian? Dokumen apa yang kalian maksud?" Suara Ghea kini terdengar agak bergetar ketakutan, dia baru sadar kalau dirinya sepertinya berada dalam posisi yang berbahaya.
Sudah dua minggu terakhir ini dirinya memang sering mendapat telepon dan pesan mengancam dan entah dari siapa itu, awalnya Ghea tak memperdulikan itu semua dan menganggapnya hanya orang iseng, namun ternyata semua itu akhirnya terbukti sekarang.
"Kalian, apa kalian yang selama ini meneror ku? Mengirimkan pesan-pesan mengancam itu? Apa mau kalian sebenarnya?" Ghea memberanikan diri menanyakan hal yang kini menjadi pertanyaan besar dalam benaknya.
"Cih, meneror mu? Kau pikir kami tak punya pekerjaan lain? Tugas kami hanya membunuh mu tak ada acara teror-teror atau ancam mengancam, kami tak pernah bermain permainan seperti itu, Biru cepat suruh dia menanda tangani berkas-berkasnya, biar semua cepat selesai!" Kini Yola beralih menatap ke arah Biru yang masih saja terpaku di tempat yang sama dari saat pertama kali Yola masuk ke ruangan itu.
"Apa kau kena sawan? Kenapa dari jadi patung di sana?" protes Yola menyadarkan Biru dari lamunannya.
"Ah i-iya," Biru bergegas berjalan mendekati dimana Ghea dan Yola kini berada.
"Kau urus dia, aku pusing menghadapi betina berisik yang satu ini, pastikan jangan sampai dia berteriak-teriak dan mengganggu tidur ku lagi." Yola melenggang keluar dari kamar itu meninggalkan Biru dan Ghea di kamar itu.
"Siapa kalian sebenarnya?" Tanya Ghea lagi, karena merasa belum juga mendapat jawaban atas pertanyaan yang dia berikan dari tadi.
Jantung Biru agak mencelos saat ternyata Ghea tak mengenalinya sama sekali, wanita itu bersikap seolah tak pernah bertemu Biru sebelumnya, padahal selama 3 tahun mereka pernah bersekolah di tempat yang sama, se cupu itukah dirinya sampai teman sekolahnya pun tak mengenalinya, pikirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments