Wanita cantik berkulit putih yang sampai saat ini masih selalu datang di mimpinya itu benar-banar tampak nyata di hadapannya, membuat tubuh Biru mematung di ambang pintu menatap lekat gadis itu, gadis yang tertidur akibat meminum obat racikannya tadi, sungguh ini membuat Biru benar-benar merasa gila.
"Ghea?" gumamnya sangat pelan, bahkan nyaris tak terdengar oleh siapapun, hanya terdengar oleh dirinya sendiri.
Ghea Novita, murid paling cantik dan paling favorit saat dirinya masih duduk di bangku SMU dulu, wanita pertama yang pernah membuatnya merasakan jatuh cinta, namun Biru bagai pungguk yang merindukan bulan, rasa cintanya untuk sang selebriti sekolahan itu hanya dia pendam di hatinya saja, bahkan dia juga yakin kalau dulu Ghea tak mengenal dirinya yang hanya seorang murid remahan, kacung yang tak pernah berani bergaul dengan siapa pun di sekolahan karena merasa rendah diri dan tak ada yang mau berteman dengan murid penerima beasiswa yang miskin seperti dirinya di tengah-tengah para murid anak dari kalangan atas karena sekolah mereka merupakan sekolah lumayan cukup elite, Biru hanya beruntung mendapat beasiswa dari sekolah itu.
Satu hal yang membuat dirinya jatuh cinta pada Ghea, gadis cantik, pintar, anak pemilik yayasan sekolah tempat mereka menimba ilmu itu, karena dirinya suatu hari pernah merasa di tolong saat beberapa murid pria hampir memukulinya karena dia tak mau saat di suruh membersihkan sepatu salah satu murid pria itu yang terkena kotoran kucing.
Saat Biru hampir di keroyok oleh beberapa anak pria, Ghea yang kebetulan sedang lewat karena baru saja dari toilet itu melerai perundungan itu, bahkan saat dirinya di panggil pihak yayasan karena dia anggap membuat keonaran dan hendak di cabut beasiswanya, lagi-lagi Ghea yang kebetulan sedang berada di ruang guru itu pun langsung membela dirinya dan memberi kesaksian kalau Biru tidak bersalah.
Sebagai anak satu-satunya pemilik yayasan tentu saja ucapan Ghea sangat berarti dan langsung di dengar oleh para guru yang tadinya menuduh Biru melakukan kesalahan dan berniat ingin mencabut beasiswanya langsung mengurungkan niatnya.
Sejak saat itulah Ghea bak menjadi malaikat penolong dalam hidupnya, dan Biru menjadi penggemar rahasia Ghea.
Namun kini bagaikan air susu yang di balas dengan air tuba, Ghea yang dulu pernah menilongnya dan di anggap pernah menjadi malaikat penyelamatnya, justru harus menjadi target sasaran pembunuhan dirinya dan tim.
Namun sungguh dia tak tahu kalau Ghea yang menjadi target mereka malam ini, karena Biru dan Yola justru meneganggap Anggoro lah target mal;am ini.
Pikiran dan hati Biru makin kacau tak karuan saat melihat Ghea yang terbaring lemah tak berdaya, dan bahkan akan mejadi target sasaran pembunuhan.
Namun Biru tetap menconba bersikap tenang, dia tak boleh terburu emosi ataupun gegabah dalam melangkah, karena salah salah bukan hanya Ghea saja yang akan menjadi target sasaran pem,bunuhan Haris, namun tak menutup kemunghkinan juga dirinya ikut menjadi sasaran Haris dan Yola.
"Ada apa,bro?" teriak Haris saat menyadari kalau Biru terlalu lama memandangi sosok wanita yang tak sadarkan diri di atas kasur yang biasa di pakai saat masih tinggal di banguan itu.
"Ah, tidak. Hanya melihat-lihat saja," jawab Biru setengah kaget.
"Wanita itu memang bening,. namun sayangnya setelah menandatangani sesuatu denga ku, dia harus di lenyapkan dari bumi ini, kau boleh mencicipinya dulu kalau kau mau sebelum kau habisi." Anggoro terbahak penuh kepuasan, sementara rahang Biru langsung mengetat saat mendengar semua ucapan Anggoro barusan.
Entah ada masalah apa atau urusan apa antara Anggoro dengan Ghea, yang jelas, Biru sangat tidak suka dengan cara Anggoro merendahkan Ghea, sang wanita cinta pertamanya.
"Hahaha, mana doyan dia, si Biru ini sepertinya hanya berhasrat pada yang tampan, bukan yang cantik!" Ledek Yola, membahas lagi tentang pembicarannya yang tadi terhenti di klub.
"Sialan kau , kak!" Biru mendudukan diri di kursi dekat pintu kamarnya, entahlah rasanya dia merasa tak ingin jauh lagi dari Ghea yang selama sekitar 6 tahun ini tak dia jumpai semenjak dirinya lulus SMU.
Biru memutar otak bagaimana cara dia menyelamatkan Ghea, namun apa iya dia akan benar-benar selamat jika dia di lepas dari tempat ini sendirian, itu terlalu berbahaya, Biru yakin kalau si Anggoro itu tak akan membiarkan Ghea tetap hidup dan selamat, apalagi Haris dan Yola, mereka pantang mrmbiarkan target buruannya lolos, mereka akan mengejarnya meski itu sampai ke pintu neraka sekali pun.
Biru sesekali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya memastikan berapa lama lagi Ghea akan tersadar dari pingsannya, waktu seakan lama sekali berputar, jarim jam juga seperti tetap diam, tak bergerak dari tempatnya, membuat rasa cemas di hati Biru terasa semakin berkepanjangan.
Kalau hitungan dan tebakan Biru tak meleset, sekitar kurang dari sepuluh menit lagi Ghea pasti akan siuman dari pingsannya, dan itu berarti dalam hitungan menit, Ghea juga harus di habisi setelah pria buncit itu mendapatkan apa yang di inginkannya, ah,,, sungguh semua ini membuat Biru seakan mendadak menjadi gila memikirkan harus membunuh orang yang di cintainya denagn tangannya sendiri.
"Apa dia akan masih lama menjadi puteri tidur seperti itu?" tanya Anggoro mulai tak sabaran karena Ghea masih saja terlelap dan belum juga suuman dari efek obatnya.
"Biru?" Haris melirik ke arah Biru seolah meminta jawaban.
"Sekitar 5 menit lagi, bos!" jawab Biru mengerti apa yang ingin di pertanyakan oleh atasannya itu.
"Ini dokumennya, pastikan dia menandatanganinya dan setelah itu habisi dia!:" ucap pria buncit itu seraya menyodorkan beberapa l;embar kertas yang harus Ghea tanda tangani ke hadapan Haris, lantas Haris mengopernya ke tangan Biru yang lantas menerimanya, meski pun Biru tak tau apa isi dari tulisan di atas lembaran kertas itu, tangannya bahkan gemetaran saat menerima kertas itu di tangannya.
Baru kali ini selama dirinya menjadi pembunuh bayaran merasakan jantungnya yang berdetak sangat keras karena cemas saat melakukan pekerjaannya, bahkan lebih gugup di bandingkan saat dirinya bekerja sebagai eksekutor untuk pertama kali. mungkin ini semua efek dari dirinya yang terus memikirkan keselamatan Ghea yang nyawanya mungkin saja sedang berada di ujung tanduk saat ini, sementara dia tak akan membiarkan nyawa cinta pertamanya itu hilang begitu saja.
Namun Biru sudah bertekad sangat bulat, kalau dia harus menyelamatkan Ghea dari sarang penyamun ini, hanya saja memang semua itu tak bisa dia lakukan dengan gegabah, semua perlu pemikiran yang matang tapi tetap harus bergerak dengan cepat saat melakukan penyelamatan Ghea dari sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments