Sejak saat itu, Biru menjadi sangat lihai menjagal nyawa manusia sesuai pesanan klien seperti hanya menepuk nyamuk yang lewat di hadapannya, memisahkan ruh dari raga seseorang sudah bukan seperti sebuah dosa, namun seperti sebuah kegiatan rutin bak petani yang membajak sawahnya.
Uang tabungan Biru pun kini sudah sangat cukup untuk menghidupi dirinya yang seorang diri, tak lagi harus memutar otak apa yang akan dia makan di esok hari, bahkan kini dia bisa membeli semua keinginannya dari hasil kerjanya itu termasuk mobil dan rumah yang kini dia tempati, bahkan dirinya juga kini sudah berhasil tercatat sebagai mahasiswa arsitektur di universitas favoritnya, meskipun terlambat, namun Biru cukup bangga karena pada akhirnya bisa menempuh kuliah dan mendalami ilmu arsitektur yang selama ini sangat di sukainya.
Biru yang dulu saat sekolah selalu di buli dan menjadi bahan olok-olokan karena kemiskinannya, kini berubah menjadi Biru sang mahasiswa tampan, keren, dan menjadi incaran para mahasiswi di kampusnya meski usianya beberapa tahun lebih tua di banding para mahasiswa di sana, namun pesona Biru sungguh mengalahkan semuanya.
Namun sayangnya Biru seperti tak pernah tertarik dengan para wanita cantik yang berada di sana, dia selalu dingin pada wanita mana pun, hidupnya hanya seputar belajar dan melaksanakan misi dari Haris saja, tak ada yang lain.
Tak ada yang tau jati diri Biru yang sebenarnya, semua orang taunya dia hanya seorang mahasiswa biasa saja, seperti halnya Haris yang semua orang taunya hanya seorang pengusaha kedai makanan biasa, sementara Yola sebagai SPG produk makanan di sebuah Mall, tak ada yang menyangka kalau dibalik semua topengnya itu mereka adalah pembunuh berdarah dingin.
"Biru, apa kau tak menyukai perempuan?" Tanya Yola yang merasa sangat penasaran karena selama ini dirinya tak pernah melihat Biru mempunyai kekasih atau terlihat menyukai lawan jenis.
"Aku masih normal kak, hanya saja sejauh ini belum ada wanita yang dapat membuat hati ku tertarik." Jawab Biru di tengah kesibukannya meracik sebuah minuman yang akan di berikan pada targetnya kali ini di sebuah klub malam.
"Hey, yang kau panggil kak ini pun seorang wanita, apa kau juga tak tertarik? Heran, masih saja memanggilku dengan sebutan kakak, padahal usia kita hanya terpaut 3 tahun saja, berasa aku ini wanita tua di hadapan mu!" gerutu Yola yang selalu saja protes karena Biru selalu memanggilnya dengan sebutan kak, padahal sudah sejak lama Yola menaruh hati pada pria yang usianya 3 tahun lebih muda darinya itu, namun sayangnya Biru selalu menganggapnya sebagai kakak dan rekan dalam bekerja saja tidak pernah lebih sedari awal, membuat wanita yang dapat di kategorikan cantik itu merasa curiga kalau Biru jangan-jangan tak menyukai perempuan.
"Sudahlah kak, jangan meledek ku terus, mangsa kita sudah datang." Biru menunjuk pria berperawakan pendek dengan perut buncit dan menggandeng mesra 2 wanita di sisi kanan dan kirinya bak don juan.
Dari kejauhan Haris sudah memberi kode agar dirinya dan Yola segera bersiap-siap melancarkan aksinya.
Yola dengan sengaja menubruk bahu pramusaji yang akan mengantarkan minuman ke meja targetnya sehingga saat perhatian pelayan pria itu teralihkan, Biru dengan leluasa menukar minuman yang ada di atas nampan itu dengan minuman racikannya seolah pura-pura membantu si pelayan tadi.
Kali ini klien meminta buruannya hanya di lumpuhkan saja tanpa harus di bunuh, sehingga Biru menggunakan racun racikannya yang dapat menghilangkan kesadaran korbannya selama 3 jam kedepan.
Tugas selanjutnya setelah setelah Biru mendapat pesan berisi tulisan 'OK' dari Haris, dirinya harus berpura-pura berkelahi dengan Yola, mereka menciptakan keributan sebesar mungkin seolah sepasang kekasih yang sedang ribut besar sehingga menarik perhatian sebagian besar pengunjung klub, untuk memberi kesempatan Haris membawa target ke luar klub, semua itu sudah sangat matang di rencanakan dengan Haris sebagai pembuat skenario.
Belum sampai 10 menit Biru dan Yola membuat keributan, beberapa orang keamanan klub mendatangi mereka, dan alhasil mereka di seret keluar dari tempat itu secara paksa, dengan senyum lebarnya, saat mereka sudah berada agak jauh dari klub mereka lantas memesan taksi onlen untuk kembali ke ruko yang kini di sebut Biru dengan sebutan kantor, karena dirinya sudah tak tinggal di sana lagi.
Tak banyak yang Biru bicarakan dengan Yola di sepanjang perjalannya menuju kantor, setiap kali Biru menyelesaikan pekerjaan penuh dosa itu, sebenarnya jauh di dasar hatinya merasa sangat bersalah, membayangkan orang yang di bunuhnya mungkin meninggalkan istri yang akan menjadi janda, atau anak yang akan menjadi yatim, namun kembali lagi itu semua sudah menjadi pilihan hidupnya, saat dirinya berulang kali ingin berhenti melakukan pekerjaan ini, dia merasa kalau dirinya itu sudah terlanjur penuh dosa dan yang pasti Haris juga tak akan membiarkannya berhenti dari pekerjaan ini begitu saja.
"Woy, udah nyampe, ngelamun jorok ya!" tegur Yola karena mendapati Biru yang tak turun-turun dari taksi saat mereka sudah sampai di depan ruko.
Biru lantas bergegas turun dari mobil, entah mengapa seharian ini suasana hatinya terasa tak enak, moodnya juga benar-benar jelek, membuatnya beberapa kali hampir tak fokus dalam melaksanakan tugasnya, untungnya untuk misi malam ini bisa di katakan sukses besar, bayaran untuk pekerjaan kali ini pun terbilang besar meski tak sampai harus menghabisi nyawa buruannya, Haris bilang katanya klien kali ini adalah klien kakap.
Namun Biru tak pernah ingin tahu tentang siapa kliennya atau apapun, yang dia tahu hanya kerja lalu di bayar dan selesai.
Namun betapa terkejutnya saat dirinya dan Yola masuk ke dalam bangunan itu, tampak Haris dan pria yang menjadi target mereka tadi sedang bercengkerama dengan akrabnya, bahkan sesekali mereka tertawa lepas.
Biru dan Yola saling melempar pandangan, rupanya bukan hanya Biru yang merasa kaget dengan pemandangan yang terpampang di hadapan mereka, namun Yola pun merasakan kekagetan yang sama.
"Bos, dia---?" Tunjuk Yola ke arah pria buncit itu seakan meminta penjelasan dari Haris.
"Hahaha sorry aku sengaja merahasiakan target kita yang sebenarnya, atas permintaan klien kita, pak Anggoro." Tunjuk Haris pada pria di depannya.
"Jadi, dia klien kita, lantas siapa targetnya?" Biru tiba-tiba menjadi kepo.
"Target tertidur di kamar, menunggu siuman lantas pak Anggoro akan menyelesaikan sesuatu hal dulu dengannya sebelum di habisi." Haris menunjuk kamar tengah yang dulunya di pakai Biru saat dia masih tinggal di tempat itu.
Biru berjalan beberapa langkah menuju kamar itu, entah mengapa hatinya sangat penasaran dan ingiin sekali melihat siapa yang menjadi targetnya kali ini.
Deg, jantung Biru terasa berhenti saat melihat seorang wanita yang sangat di kenalinya dan selalu ada dalam hatinya semenjak dia di bangku sekolah menengah atas itu terbaring lemah di atas kasur yang dulu biasa menjadi tempatnya beristirahatnya itu.
Wanita cantik berkulit putih yang sampai saat ini masih selalu datang di mimpinya itu benar-banar tampak nyata di hadapannya, membuat tubuh Biru mematung di ambang pintu menatap lekat gadis itu, gadis yang tertidur akibat meminum obat racikannya tadi, sungguh ini membuat Biru benar-benar merasa gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments