Sehari setelah menikah, Heru menghubungi Nadine. Entah hatinya terbuat dari apa, Nadine masih mau menerima telpon dari Heru, pria yang sudah meninggalkannya itu.
"Iya, aku sudah makan tadi, kamu?" Nadine menjawab pertanyaan Heru.
"Sudah, tadi dimasakin Ria" Ujar Heru santai. Nadine sontak memegang ujung bajunya, menahan rasa sakit yang seketika mampir dihatinya.
"O, by the way aku tutup telponnya ya, ada kerjaan yang harus aku selesaikan" kata Nadine bohong.
"Tunggu Nad, aku masih kangen kamu".
Mendengar ini, Nadine urung mematikan telponnya. Ia menyunggingkan senyum.
"Kamu nggak kangen sama aku?" Tanya Heru.
"Iya sama"
"Ya sudah, kita lanjut telponnya donk, ngapain berhenti"
"Iya"
Iya, mereka tetap berkomunikasi sebagaimana biasa namun tak ada canda tawa dari komunikasi tersebut. Nadine lebih banyak mendengarkan cerita Heru sambil sesekali menjawab pertanyaan Heru. Nadine masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa Heru sudah menikah. Nadine belum bisa melepaskan Heru. Masih cinta? Tentu saja. Nadine masih amat mencintai Heru. Jika bisa, ia ingin memutar waktu, agar Heru menikah dengannya saja, bukan menikah dengan gadis pilihan orangtuanya.
Keesokan malam, Heru kembali menelfon Nadine dan Nadine pun menerimanya. Malam berikutnya pun demikian, hampir setiap malam. Kalau dihitung, kira-kira, hampir 2 minggu mereka berkomunikasi setelah pernikahan Heru.
Heru lebih sering membicarakan hal yang tak penting, sedangkan Nadine, lagi-lagi memilih menjadi pendengar saja. Keadaan ini tentu tidak seperti saat mereka masih pacaran yang mana komunikasi terjalin secara dua arah, tidak berat sebelah, tidak ada yang mendominasi seperti saat ini. Nadine sadar, bahwa ia tengah berbicara dengan suami orang. Ia ingin menyudahi ini, karena ia tahu ini adalah sebuah kesalahan.
"Mas, aku rasa, kita harus berhenti sampai di sini, kamu jangan menghubungiku lagi, kalau tidak, aku saja yang pergi" pinta Nadine.
"Loh, kenapa?"
"Aku nggak mau bahagia di atas penderitaan orang lain, jika aku begitu, sama saja aku dengan kalian yang bahagia di atas penderitaan ku, aku tidak mau sama dengan kalian berdua" tegas Nadine.
"Kamu sudah ada yang lain? Secepat itu?"
"Tidak, sudah kukatakan, aku tak mau menyakiti sesama perempuan" jelas Nadine. Namun, Heru masih tetap ngeyel.
"Siapa yang sakit? Ria? Ria tidak masalah aku menghubungi kamu bahkan kalaupun aku akhirnya berpacaran kembali dengan kamu pun Ria nggak masalah, dia bilang gitu ke aku"
"Tapi tetap aku nggak mau, aku juga nggak yakin bahwa hati Ria baik baik saja saat tahu kamu masih intens berkomunikasi denganku. Sudahlah, Mas. Biarkan aku sendiri. Kamu, fokuslah pada istrimu"
"Nggak bisa, aku masih cinta sama kamu"
"Kalau gitu, lebih baik gunakan waktu sebaik mungkin untuk belajar mencintai istrimu daripada menghubungiku. Lupakan aku, dan akupun tengah berusaha melupakanmu"
"Caranya? Bagaimana cara kamu melupakanku" tanya Heru.
"Mungkin dengan memiliki kekasih yang baru, kata teman temanku, akan mampu mengatasi gagal move on dari mantan kekasih"
"Jangan, aku mohon, tetaplah di sisi aku, jangan move on dari aku Nad. Please, aku masih menyukaimu, amat"
"Hentikan ini, aku mohon, ingat jika kamu menghubungiku lagi, aku pergi".
Nadine memutuskan sambungan telfonnya setelah mengucapkan salam. Ia merasa harus melakukan pemutusan hubungan ini secara tegas. Meskipun, kalau boleh jujur, ia masih mencintai Heru. Tapi ia harus berusaha mematikan nyala rasa cintanya pada Heru demi kebaikannya sendiri dan juga keharmonisan keluarga Heru. Jangan mencla mencle, seperti umbel bayi, selentap selentap melebu metu dari hidung.
Nadine tak habis pikir, bisa-bisanya istri Heru mengizinkan Heru untuk menghubunginya lagi secara intens. Demi apa? Demi kolor Patrick mungkin. Aneh, sungguh aneh.
"Apa karena Ria belum cinta juga dengan Heru, mengingat mereka dijodohkan orangtua atau karena Ria merasa bersalah bahkan mungkin Ria merasa kasihan padaku. Tidak, aku tidak mau dikasihani dalam urusan cinta anak muda, tidak mau" batin Nadine.
Tak mau berlarut-larut, Nadine menghentikan pikirannya tentang Heru. Ia kembali akan melakukan aktivitas A, B, hingga F. Sengaja, ya Nadine sengaja menyibukkan diri demi segera lupa dengan Heru dan lalu saat Nadine akan memulai aktivitas, tiba-tiba gawainya berbunyi. Nadine melongo sebentar, membaca pesan WhatsApp dari Kian.
*from: +62xxxxxxxxxxx
to: Nadine
Assalamu'alaikum, Hai Nad, Apa kabar? Aku Kian*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Lali
5 like tambahan ❤
2020-09-22
0
Sofia NF
Hai kak aku sudah mampir dan boomlike ceritanya. Mampir juga kak ke karya keduaku In Your 30's, ditunggu ya!
2020-09-03
1
Zhree
Next, aku tunggu feedbacknya ya kak..
2020-08-28
0