"Kalau gue jadi elo, gue milih Nadine" ungkap Kian.
"Elo udah ngelepasin berlian begitu saja" lanjut Kian.
Heru mengerutkan alis. Ia menaruh curiga dengan apa yang dikatakan Kian.
"Tunggu tunggu, jangan bilang kalau elo suka Nadine?"
Heru menatap Kian tajam. Tatapannya seakan berusaha mencari jawaban atas tanyanya.
"Ah rasanya sekarang sudah tidak ada masalah gue mengatakan ini, toh Nadine sudah nggak sama elo".
Heru tidak melepaskan pandangannya ke Kian.
"Iya, gue suka Nadine" ungkap Kian santai. Ia menyunggingkan senyum teringat senyum dan tawa Nadine.
"Cih, elo nggak pantes sama dia, elo sama kayak gue"Kata Heru.
"Gue sama kayak elo? Mimpi Lo"
Ada alasan Heru mengatakan hal itu. Bagi Heru, Kian sama dengannya, dari segi apapun.
Heru dan Kian bekerja di tempat yang sama, dan juga terjun di organisasi yang sama. Di tempat kerja, mereka berada di struktur jabatan yang sama dan demikian juga di organisasi, mereka berdua memiliki jabatan yang sama penting. Kemudian dari segi popularitas, mereka pun sama. Yang berbeda hanya segi kemampuan. Heru mengakui bahwa kemampuan kian terkait dalam hal kerjaan juga organisasi memang lebih ahli darinya. Heru mengaku kalah di bagian ini. Namun, sejak ia memiliki Nadine, ia merasa lebih unggul dari Kian.
"Elo nggak akan bisa milikin Nadine, gue pastikan ini" Heru masih menatap Kian tajam.
"Terserah, gue pergi" Kian malas meladeni Heru.
Setelah berpamitan dengan teman-teman yang lain, kian beranjak pergi. Ia sama sekali tidak terkejut dengan sikap Heru. Ia tahu Heru memang tak suka padanya. Heru lebih menunjukkan bahwa ia adalah saingannya bukan sebagai teman apalagi sahabatnya baik di dunia kerja maupun di organisasi. Heru seakan tak mau kalah dengan Kian.
Kian sendiri heran mengapa Heru bersikap seperti itu padanya. Tak terbersit niat Kian untuk menyaingi Heru karena hanya buang-buang waktu. Kian memilih untuk fokus pada pekerjaannya dan mengembangkan organisasi yang tengah ia tekuni.
Dari acara pernikahan Heru, Kian pergi ke kantor organisasinya. Hanya ada 1 motor yang terparkir di sana. Kian memarkirkan motornya, lalu masuk ke dalam kantor, mengucapkan salam sambil mencari tanda-tanda kehidupan. Namun, nihil, tidak ada orang di sana.
"Ah iya, mereka semua mungkin pergi ke acara Heru" katanya.
Kian lalu menyulut rokok dan menikmatinya lalu memilih duduk di teras kantor.
Sembari merokok, Kian mengingat pernyataan Heru bahwa Ia tak akan bisa memiliki Nadine. Ia penasaran, benarkah demikian.
Tapi jika dilihat dari kepribadian Nadine yang begitu setia, dan benar-benar menjaga komitmen, mungkin memang susah mendapatkan Nadine.
"Susah, bukan berarti tidak bisa?" Gumamnya.
"Apa gue coba aja, ya?" Pikirnya lagi.
"Ah, nggak usahlah, nomor hp Nadine saja gue nggak punya" Kian mengurungkan niatnya.
"Woy, ngelamun" Ali, salah satu anggota junior organisasi membuyarkan pikiran Kian.
"Elo.."
"Lo pikir siapa bang"
"Grandong"
"Yaelah"
Ali mengambil rokok Kian tanpa permisi, menyulutnya lalu menghisapnya kemudian
"uhuk uhuk uhuk"
Ali terbatuk.
"Kampung Lo, rokok mahal Lo malah batuk-batuk"
"Bukan bang, ini kayaknya ada yang ngomongin gue, cewek-cewek gue kayaknya"
Ali nyengir.
"Gaya, emangnya pacar Lo ada berapa?"
"5"
"Dikata balon" Ali nyengir lagi.
"Eh elo punya nomor hp Nadine nggak?"
"Nadine pacar eh mantannya bang Heru?" Kian mengangguk.
Ali menatap heran. Karena ini kali pertama Ali mendapati Kian menanyakan soal perempuan. Karena biasanya Kian selalu membahas atau mengajak diskusi terkait dengan organisasi.
"Ngapain Lo ngelihat gue kayak gitu?" kata Kian risih ditatap Ali.
"Elo sakit, Bang?" Ali memegang dahi Kian.
"Apa apa sih Lo"
"Ya kan nggak biasanya elo tanya beginian"
"Anjrit, punya nggak Lo?"
"Kagak, Bang" jawab Ali nyengir. Kian melengos.
"Tapi gue bisa ngusahain, Bang"
"Serius Lo?"
"Iya bang, apa sih yang nggak buat Lo" kata Ali sambil mengedipkan satu matanya dan mengarahkannya pada Kian.
"Ih najis Lo"
Ali tertawa lalu dengan sigap ia mengambil sebungkus rokok Kian dan membawanya kabur bergegas menyalakan motornya.
"Makasih bayarannya bang. Secepatnya gue bakal dapetin nomor hp Nadine. Daaaaaaah Bang Kian" Ali berlalu seraya melambaikan tangannya pada Kian. Kian bergidik, geli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
ciber ara
heru sama kian lagi saingan kek nya
2021-03-21
0
Asni J Kasim
3like mendart
2020-09-21
0
Zhree
like
2020-08-28
0