Namun, Aiden masih belum bisa tenang. Orang segigih Zura pasti akan kukuh menunggu di lobi. Silahkan saja menunggu. Dan Aiden akan membuat pengawalan lebih ketat. Aiden kembali menyeringai.
“Ken, siapkan pengawal tambahan, kirim di setiap jalur masuk dan keluar. Pastikan Zura tak bisa bergerak kemanapun. Pastikan gadis itu terisolasi sepenuhnya.” Ucap Aiden dengan sebuah senyum merekah di wajahnya. Ken lagi-lagi hanya menatap sangsi. Toh Aiden adalah bosnya.
“Ah, dan juga, satu hal lagi-”
Grep!!
Sebuah tangan melingkar, memeluk dari belakang dengan manja, menghentikan ucapan Aiden.
“Aideen.. Sayang.. kenapa kamu sangat sulit dihubungi seminggu lebih? Aku sangat rinduuu.. dari pada di sini, ayo kita naik memesan kamar..” ucap wanita itu sambil menggoyangkan diri di tubuh Aiden, berusaha menggoda laki-laki itu.
Aiden mengernyitkan dahi. Wanita itu merasa lebih bersemangat. Lagipula setiap laki-laki pasti tergoda jika diperlukan seperti itu.
Aiden justru berdecak kesal. Parfum wanita itu terasa memuakkan. Pakaiannya sangat terbuka dan sikapnya yang genit membuatnya merasa jijik dan mual. Dia tak suka pada wanita yang bersikap sembarangan padanya di depan umum.
Wanita itu adalah seorang model yang cukup tenar karena kontrak luar negeri, Delta. Dia adalah gadis yang akhir-akhir ini tengah terlibat hubungan dan skandal dengannya. Namun tidak lagi, karena Aiden sudah dibuat kesal. Dan, toh, bukankah hubungan mereka hanya one night stand?
“Kita tidak memiliki hubungan apapun, jadi lepaskan aku, sayang..” ucap Aiden, melepas tangan itu dengan sedikit kasar.
“Ah.. ah.. Aiden!! Keterlaluan.. Sakit!” ucapnya manja. Namun, ia segera diam dan merinding melihat tatapan Aiden yang sangat tajam padanya.
“Ku bilang kita tak memiliki hubungan apapun, maka kita tak memiliki hubungan apapun. Apa kamu terlalu percaya diri hanya karena aku menerima ajakan makan terakhir kali? Ketahui posisimu, Delta. Jika kamu sok kenal lagi, aku akan mengusir dan menghancurkan karirmu!”
“A..apa?? Aiden??”
“Ckk.. Ken!!” Aiden menatap Ken kesal, memberi tanda meminta bantuan. Aiden lantas mengibas wanita itu dan pergi.
Aiden sedang sibuk. Sangat-sangat sibuk dengan sesuatu super penting.
...**...
Zura berhenti di ujung koridor yang sepi. Dia tak bisa meneruskan langkahnya karena para reporter yang berkumpul. Dan juga, ada sangat banyak penjaga dibanding sebelumnya.
'Ini buruk. Saat aku memberanikan diri meminta bantuan seorang penjaga, akses masuk milikku justru ditolak. Aku pasti sudah di blacklist dari acara ini.' batin Zura.
Zura akhirnya menghubungi Luci, memintanya menggantikan Zura masuk. Tapi itu juga percuma. Undangan itu atas nama Zura, dan undangan itulah yang ditolak. Dengan sedikit kecewa, Zura menghembuskan nafasnya kasar.
'Apa boleh buat, akan akan menunggu dan diam-diam di sini dan memanggil Krish saat dia masuk. Hanya itu satu-satunya cara.'
Tapi, itu cara yang melelahkan. Zura harus menunggu di koridor itu sambil menyembunyikan identitasnya. Peluangnya bertemu dengan orang-orang yang dicarinya juga sangat sedikit. Dan Zura masih harus menunggu entah sampai kapan sampai acara itu berakhir. Padahal, ada kalanya acara semacam ini selesai pukul 1 malam.
Zura hanya bisa mengeluh dalam hati. Gaun indahnya yang menjuntai akhirnya hanya semakin mempersulit. Namun, dia tak bisa menggantinya sekarang karena acara akan segera dimulai, dan para tamu mulai datang.
"Karena tak bisa masuk, setidaknya aku sudah meminta tolong pada seorang penjaga memberitahu Krish untuk menemui ku."
Sayangnya penjaga itu tak bisa membantu banyak. Para penjaga di pintu depan sesekali memiliki banyak kesibukan saar tengah melayani tamu lain. Dan Zura tidak bisa membahayakan diri dengan meminta lebih dari satu orang.
Dengan pasrah, gadis pun menunggu. Berdiri lama, jongkok, bahkan sesekali duduk di atas lantai. Waktu terus berlalu dan kesempatan tak kunjung datang padanya. Lagi-lagi, Zura hanya menghembuskan nafasnya, menatap ke arah orang yang sibuk berlalu lalang. Meski lelah dan malam semakin dingin, tetap saja dia bertahan di tempat itu.
"Ugh.. sampai kapan aku harus begini?"
...**...
'Ck.. wanita itu terlalu keras kepala!' batin Aiden kesal.
Sudah kesekian kalinya Aiden mencuri pandang ke arah wanita itu, Zura. Dia benci pada fakta bahwa wanita itu sangat tangguh. Namun, itu juga salah satu alasan kenapa wanita itu terus mengusik hatinya.
Diam-diam, Aiden menyuruh anak buahnya menghalangi pertemuan Zura dengan siapapun. Dia juga mengatur agar orang-orang yang dicari Zura masuk melalui pintu sisi lain. Aiden pikir gadis itu akan segera menyerah.
Namun ini malah membuatnya frustasi. Dia yang membuat Zura kesulitan, tapi dia merasa ikut kesulitan tanpa sebab. Aiden terus gelisah mencuri pandang wanita yang berdiri gigih itu.
'Tak sedikitpun gadis itu mengeluarkan kata kasar, marah, jengkel, atau memperlihatkan raut kesal. Dia hanya semakin tampak lelah. Sampai kapan kamu menunggu! Dasar bodoh!!'
Namun, Aiden hanya berbalik pergi. Berharap Zura menyerah dengan sendirinya.
Dua jam berlalu. Aiden lagi-lagi keluar ruangan, memeriksa. Wajah Zura tampak sedikit pucat.
'Apa dia sangat bodoh? Malam semakin dingin dan dia tetap bertahan dengan pakaian yang tak nyaman itu? Dia bahkan tak bisa duduk di lobi karena banyak wartawan di sana.' Aiden pun merasa semakin kesal. Dia mendekati seorang penjaga.
“Bawakan kursi dan minuman hangat untuk wanita itu!” ucapnya singkat dengan ketus, lalu langsung pergi sebelum penjaga itu menjawab.
Aiden lagi-lagi masuk ke dalam ruang pesta dengan kesal. Ken yang sejak tadi memperhatikan mengangkat sebelah alisnya.
“Kamu yang mempersulit dan membuatnya menderita. Lalu kau menderita sendiri? Lucu sekali.” Ucapnya, lantas terkekeh pelan.
“Diam!!” gerutu Aiden. Dia menenggak minuman di tangannya sekaligus.
“Jika kamu seterganggu itu, bantulah dia dan jangan mempersulitnya lagi.” Ucap Ken, kali ini dengan nanda serius.
Aiden hanya mengernyitkan dahinya kesal.
'Membantu? Gadis itu baru saja gagal menikah, dan aku harus membantunya menikah dengan orang lain lagi? Tak akan! Aku bahkan menyelidiki aib Andre demi membatalkan pernikahan itu.' batin Aiden.
"Ck.. Padahal gadis itu pasti tahu aku pemilik hotel ini, tapi dengan keras kepala dia sama sekali tak meminta bantuan pada ku. Jangan salahkan aku karena bersikap kasar!" Ucap Aiden kemudian, menenggak lagi satu gelas minuman yang lain.
'Dasar wanita sialan! Kenapa kamu terus mengusik hatiku? Membuatku mendambakan mu, menginginkan mu. Dan terus saja, kamu membangun tembok tinggi yang sangat kuat.
Tapi mungkin, memang itulah pesona yang membuat seorang skandal maker sepertiku semakin terusik dan tertarik.'
!!!!!
...**...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments