Sudah 7 hari Zura tinggal di kediaman Luci, sahabatnya. Tidak ada masalah saat tinggal di sana. Namun gadis itu sangat gelisah, memikirkan tentang pernikahannya yang mustahil. Terutama dengan semua gosip buruk tentangnya.
Rumor itu semakin berkembang. Disertai dengan foto Zura saat di rumah sakit, foto Zura memegang sebuah hasil usg, dan juga kesaksian seorang dokter rumah sakit berupa video langsung tanpa editan. Pantas jika semua orang percaya. Terlalu banyak bukti untuk sebuah rumor belaka.
Zura menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dengan siapa dia bisa menikah? Bisa saja ada yang mau menerimanya entah karena alasan apa. Zura yakin mungkin ada beberapa kenalannya yang takkan keberatan. Setidaknya dia cukup cantik.
Namun bukan itu yang ia harapkan. Zura ingin seseorang yang benar-benar percaya padanya. Atau setidaknya, orang yang cukup tulus menyukainya.
Apa seseorang semacam itu ada?
“Hei!!” Luci memanggil, mengejutkan sahabatnya itu.
“Ah!!” Zura yang terkejut menatapnya dengan tatapan seolah bertanya ada apa.
“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Luci.
“Apa kamu masih punya undangan masuk Lodance Storia?” tanya Zura kemudian. Tiba-tiba ada sebuah ide gila yang terlintas di kepalanya. Luci mengerutkan kening.
“Kamu tidak sedang bilang kamu berniat datang kan?”
“Aku tak punya pilihan. Aku harus bertemu Krish. Ponselku mati dan rusak, datanya terhapus dan nomor ponsel Krish baru. Aku belum menyimpannya di data salinan.” Jelas Zura panjang. Acara itu untuk malam ini, jadi dia harus bersiap jika akan datang.
Krish adalah salah satu penyanyi yang terkenal dengan suara indahnya. Setahu Zura, Krish memiliki perasaan padanya. Dan selain Krish, ada beberapa orang lain yang pernah menyatakan perasaan padanya juga.
Dan mereka akan menghadiri Lodance Storia nanti malam.
Zura sedikit berharap. Ia butuh pernikahan. Dan dia adalah orang yang bertekad akan menghormati siapa pun pasangannya. Karena itu pula dulu Zura tak menolak saat paman Dhika memintanya mendekati Andre.
'Tetap saja, aku ingin menikahi seorang laki-laki yang bisa menjadi sandaran hidup di masa depan nanti. Menjalani pernikahan dengan bahagia.' batin Zura.
Luci menatap Zura dengan perasaan sedih. Dia tak bisa membantu banyak. Pada akhirnya, pernikahan adalah masalah pribadi. Dan Luci tahu persis, Zura adalah orang yang selalu menjunjung tinggi tiap janji dalam hidupnya.
“Baiklah. Ayo kita datang.” Ucapnya kemudian.
Zura hanya membalasnya dengan sebuah senyuman singkat. Sejujurnya, dia tak bisa berharap banyak. Luci membantu menyiapkan pakaian dan aksesorisnya, mengambilnya di rumah Zura. Sementara Zura mulai memikirkan hal lain. Dia segera membuka komputer di depannya. Dengan sigap, tangannya pun mulai bekerja. Ini adalah hal penting.
Suatu hal sangat penting yang harus dia buat.
Kontrak pernikahan.
...**...
Zura mendatangi Antares Hotel beberapa jam lebih awal. Dia harus menyamar, memesan kamar pribadi, dan bersiap dari dalam. Setidaknya dia mengurangi gangguan para reporter sialan itu.
Pengantar makanan datang ke ruangannya, memberikan pesanan untuk Luzi. Zura tak bisa mengajak temannya masuk tanpa undangan. Dan undangan miliknya bukan untuk pasangan. Tamu yang datang sangat terbatas, karena itulah dia hanya bisa datang sendiri.
“Bagaimana jika kamu tidak menemukan orang yang cocok?” tanya Luci tiba-tiba.
“Maka aku akan mencari orang lain. Bagaimanapun, aku harus menikah dalam 3 hari ke depan. Jika memang sangat terpaksa, aku bisa memilih orang secara acak.”
“Apa? Kamu gila?!”
“Tidak. Aku benar-benar akan menikahi siapapun jika memang sangat terdesak.”
“Ugh.. kalau begitu menikahlah dengan Tio, pengangguran seperti dia pasti akan setuju.”
“Haha.. yah, akan ku pikirkan.”
“Zura!!” Luci menaikkan suaranya, marah.
“Maaf Luci. Tapi, aku benar-benar terdesak. Dan juga, itu hanya pernikahan. Aku bisa langsung bercerai jika situasinya semakin buruk.” Ucap Zura, nadanya rendah, namun penuh keseriusan.
“Ughhh.. Setidaknya, beritahu aku, siapa saja yang kamu incar saat ini?”
“Hem.. Krish, Johan, Gun, Ilpo, dan Rui.” gunam Zura, membuat Luci menganga lebar.
“Ck! Aku takkan ikut campur lah. Eh, bagaimana dengan Aiden? Dia orang yang pernah mencium pipimu di panggung bukan? Kurasa dia tertarik padamu.”
“Ugh.. entahlah.. Aku sempat memikirkannya. Tapi apa sekarang dia sedang sendiri? Seingatku dia masih berstatus sebagai pacar Delta. Mana mungkin aku menargetkannya. Lagipula, orang seperti dia mungkin lebih memilih hidup bebas dengan paham selibat.” Ucap Zura, mendengus kesal.
“Pfft.. haha.. Baiklah.. Jadi, turunlah. Dan aku akan menunggumu.” Jawab Luci setelah tertawa kecil. Zura pun mengangguk, lantas mulai melangkah keluar.
t/n: paham selibat adalah keyakinan untuk tidak menikah atau membujang seumur hidup.
Sementara itu, Aiden tengah memeriksa ulang persiapan pesta di lobi hotel. Sebuah senyum tersungging di bibirnya. Ia menyeringai lebar. Membuat Ken, sekertaris pribadinya, mengerutkan dahi.
“Apa ada sesuatu yang baik?” tanya Ken.
“Apakah begitu?” Aiden balik bertanya.
“Seingatku itu senyum yang selalu datang saat kamu memikirkan hal buruk sih..”
“Apa?! Apa kau ingin potong gaji?!”
“Ahaha.. bukan itu maksud saya, Tuan. Ngomong-ngomong, selagi aktris Azura dalam masalah, bukankah hal yang baik jika anda mengambil kesempatan saat ini? Anda takkan ditolak kecuali anda satu-satunya yang tersisa kan? Ahaha..” Ken menampakkan senyum palsu professional. Dia mengalihkan topik, namun masih dengan mulus menghina atasan sekaligus teman dekatnya itu.
“Apa kamu mau ku pecat?! Tentu saja-” Aiden tiba-tiba diam, mengerutkan keningnya, berpikir keras.
Benar. Dia mungkin akan ditolak lagi kecuali dialah satu-satunya pilihan tersisa. Ck..
Perasaan Aiden dengan cepat memburuk. Namun dengan cepat pula laki-laki itu mendapatkan ide brilian.
'Kalau begitu, aku hanya perlu menciptakan situasi itu bukan? Di mana hanya aku pilihan yang tersisa.' Smirk.. lagi-lagi Aiden menyeringai. Ia lantas menatap Ken tajam.
“Ken! Pastikan undangan Zura tak bisa masuk. Dia memesan kamar, jadi giring sebagian reporter ke lobi kedua hotel.” Ucapnya. Ken yang mendengarnya hanya menggeleng pelan, merasa iba pada Zura.
'Sekarang Zura tak bisa menggunakan koneksinya melalui pesta ini. Lagipula, ponsel lamanya mendapat virus dan rusak. Entahlah dengan ponsel baru, tapi tak mungkin dia menghafal nomer hp orang lain. Dan Krish juga mengganti nomornya belum lama. Jadi, untuk sementara bagian itu aman.'
'Dia dengan sangat berani datang kesini. Tapi dia akan kesulitan jika harus berhubungan dengan wartawan. Jadi Zura akan datang diam-diam. Lalu, boom..
dia bahkan tak bisa memakai undangannya.'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments