"Wah, kamu hebat juga ya bersandiwara? kamu lihat nggak tadi muka mereka berdua? mereka benar-benar pucat. Hahahaha! hebat kamu! oh ya, gaun ini kok bisa sama persis sama yang di mall tempatku bekerja?" celoteh Anyelir panjang lebar, membuat Arjuna, melongo bingung.
"Bersandiwara? bagaimana bisa dia berpikir kalau aku bersandiwara? dasar wanita gila," umpat Arjuna dalam hati, merasa kesal dengan Anyelir yang ternyata meragukan dirinya.
"Kenapa kamu diam? kamu dapat dari mana gaun ini? dan kamu beli pakai uang siapa? jangan bilang kalau kamu berhutang, dan memintaku untuk membayarnya. Sampai kapanpun aku tidak mau!" ucap Anyelir, bergidik ngeri membayangkan harga gaun yang dipakainya itu.
"Apa yang terjadi di dalam tadi belum bisa membuatmu percaya, kalau aku tidak sedang bersandiwara? di bagian mana kamu meragukan kalau aku bukan Arjuna Sadewa?" Arjuna mencondongkan tubuhnya, mendekat ke wajah Anyelir, membuat gadis itu refleks menjauhkan wajahnya.
Anyelir menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Benar juga ya? tadi kan dia tahu kalau toko perhiasan itu akan menolak bernama Bayu. Dan Nona itu bilang kalau itu atas perintah bosnya. Apa benar pria ini benar-benar pemilik perusahaan besar?" Anyelir menatap wajah Arjuna dengan intens seakan sedang menyelidik kebenaran di wajah pria itu.
"Kalau dari kulitnya sih sepertinya iya, kalau dia benar bukan orang sembarangan. Soalnya kulitku kalah sama kulitnya, hehehe!" kali ini Anyelir tidak berbicara dalam hati, tapi suaranya keluar, tapi sangat pelan dan masih bisa didengar oleh Arjuna.
"Hei!" bentak Arjuna menyadarkan Anyelir.
"Iya, hei!" pekik Anyelir karena terlalu kaget dengan bentakan Arjuna
"Kamu ya, buat kaget saja. Untung jantungku masih aman," Anyelir mengelus-elus dadanya.
"Hmm, sepertinya kamu memang benar pemilik Sadewa group. Aku percaya sekarang. Hmm terima kasih ya, sudah menolongku tadi! berarti aku tidak perlu membayarmu kan? kan kamu punya banyak uang? dan gaun ini bisa untukku nggak?" Anyelir kembali berceloteh, membuat Arjuna menggaruk-garuk kepalanya. Ia merasa gadis yang dia hadapi sekarang sangat beda dari gadis lain yang biasanya langsung menempel dan cari perhatian begitu tahu siapa dirinya.
"Kenapa sih kamu begitu cerewet?" Arjuna menggerutu,kesal.
"Kalau aku cerewet,masih normal lah,kan aku wanita. Kalau kamu cerewet baru dipertanyakan ... eh, nggak sih, cerewet kan bukan hanya untuk perempuan saja, laki-laki juga banyak yang cerewet ya?" Anyelir membuat pernyataan sendiri, tapi juga membantah pernyataannya sendiri.
"Kamu benar-benar wanita aneh!"
"Alien dong aku!" jawab Anyelir menyambar ucapan Arjuna. "Aneh dari mananya? aku cantik kok. Tidak ada yang aneh sama sekali," lanjut Anyelir kembali.
Arjuna benar-benar kehabisan kata-kata. Pria itu diam, terlihat seperti memikirkan sesuatu.
"Oh ya, sekali lagi terima kasih ya, Tuan Arjuna! Terima kasih buat pertolongannya, dan terima kasih buat gaunnya. Aku pulang dulu ya!" Anyelir berbalik dan hendak melangkah pergi. Namun, langkahnya langsung terhenti, begitu tangan Arjuna menahan tubuhnya.
"Mau kemana kamu? apa kamu kira setelah aku menolongmu kamu bisa pergi begitu saja?" ucap Arjuna, ambigu.
Anyelir mengerjap-erjapkan matanya, bingung. "Maksudnya?"
"Itu semua tidak gratis. Kamu harus membayarnya. Kamu kira, seorang Arjuna mau melakukan hal seperti itu, tanpa ada sesuatu yang diharapkan? ingat, aku ini pebisnis, jadi setiap hal yang kulakukan, tentu saja semua ada tujuannya, dan harus ada keuntungan yang aku dapatkan," Arjuna, tersenyum smirk dan misterius.
"Keuntungan? jangan bilang kamu menginginkanku untuk melayanimu!" Anyelir sontak menjauh sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
Arjuna merasa geram dan langsung menyentil kening Anyelir.
"Apa kamu pikir kalau aku sebejat itu?"
"Bukannya biasanya banyak seperti itu? kalian para pria itu suka memanfaatkan segala sesuatu, agar wanita-wanita mau melayani hasrat kalian," ucap Anyelir yang belum melepaskan tangan dari dadanya.
"Aku tidak menginginkan tubuhmu. Tapi benar, aku menginginkanmu untuk menikah denganku,"
Mata Anyelir membesar dengan sempurna mendengar ucapan yang baru saja terlontar dari mulut Arjuna.
"Menikah denganmu? hei, Tuan Arjuna yang terhormat, apa tadi kamu salah makan atau kepalamu terbentur sesuatu? ada masalah apa dirimu, gampang sekali ngajak aku nikah. Emang kamu kira dengan harta yang kamu punya, aku langsung melompat-lompat kegirangan? Oh, tidak!" ucap Anyelir.
Arjuna kembali tersenyum smirk.
"Tapi, yang aku takutkan kamu tidak ada kemapuan untuk menolak? kamu tahu kenapa? karena kamu akan malu pada teman-temanmu, khususnya mantan sahabat dan mantan pacarmu itu. Apa kamu mau dihina mereka lagi? Justru kalau kamu menikah denganku, kamu akan selamat dari penghinaan mereka," tutur Arjuna merasa menang.
Anyelir, bergeming. Dia merasa kalau ucapan pria di depannya itu benar adanya. Bagaimanapun, semua teman-teman SMAnya sudah tahu kalau dia pacar dari pewaris Sadewa group. Kalau dia tidak jadi dengan Arjuna, dia pasti akan kembali menjadi bahan ejekan.
"Apa alasanmu mengajak aku menikah?" Anyelir akhirnya buka suara setelah terdiam beberapa saat.
"Kamu tidak perlu tahu alasannya. Kamu hanya tinggal menjawab iya," sahut Sadewa, santai.
"Bagaimanapun aku harus tahu alasannya, Tuan Arjuna yang terhormat. Selain itu,aku harus tahu, jenis pernikahan yang bagaimana. Kontrak atau selamanya? Jika kontrak, apa yang akan kudapat? jika selamanya ... ah itu pasti tidak mungkin,"
Arjuna berdecak, merasa gadis yang di depannya itu benar-benar gadis aneh yang sukar untuk ditebak.
"Tapi masalahnya kamu tidak punya hak untuk tahu apa alasannya. Yang jelas, aku harus segera menikah. Kalau masalah jenis pernikahannya, tidak bisa aku katakan. Kalau kontrak, itu berarti harus dicantumkan batas waktunya, tapi aku belum tahu sama sekali sampai kapan. Yang jelas selagi aku belum berniat menceraikanmu, kamu akan tetap menjadi istriku. Sekarang, kamu harus memberikan jawaban yang pasti, kamu bersedia menikah atau tidak! dan kamu harus jawab bersedia, karena aku tidak mau mendengar jawaban yang lain!" ucap Arjuna tegas, tak terbantahkan.
"Kalau memang harus tetap bersedia? kenapa harus kamu tanya lagi?" ucap Anyelir kesal sembari menghunuskan tatapan yang tajam.
"Besok,aku akan datang ke rumahmu dan kamu harus mempersiapkan segala surat-surat yang dibutuhkan!" titah Arjuna tidak peduli dengan tatapan Anyelir.
"Aku pergi dulu! tunggu kedatanganku besok!" Arjuna berbalik hendak melangkah ke mobilnya.
"Hei, Tuan Arjuna! tunggu dulu!" cegah Anyelir sebelum Arjuna benar-benar masuk ke dalam mobil.
"Ada apa? apa ada lagi yang mau kamu tanyakan?" Arjuna mengrenyitkan keningnya.
"Emm,aku mau tanya, setelah kita menikah nanti, kamu tidak akan seperti cerita di novel-novel yang meminta istrinya tidur di sofa dan selalu memaki kan?"
Arjuna benar-benar tercengang mendengar pertanyaan Anyelir. "Benar-benar korban novel!" batin Arjuna, sembari mengusap wajahnya dengan kasar.
"Tidak akan!" pungkas Arjuna Akhirnya.
"Syukurlah! kalau kamu tadi jawab iya, aku akan bawa kasurku dari rumah, walaupun memang sudah kurang empuk sih. Setidaknya, kasurku tidak sesempit sofa. Aku tidak bisa tidur di tempat sempit soalnya. Kan nggak lucu, kalau hampir tiap malam nanti aku jatuh ke lantai,"Anyelir mulai kembali berceloteh tidak jelas.
Arjuna terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sikap absurd Anyelir.
"Oh, guling di kamarmu juga pasti besar kan? soalnya aku tidak bisa tidur kalau tidak memeluk guling. Kan tidak lucu kalau aku meluk kamu. Dan satu lagi, nanti setelah kita menikah, apa kita akan melakukan yang itu?" Anyelir membuat adegan ciuman dengan kedua tangannya.
"Bisa tidak kamu berhenti bicara? kamu itu terlalu cerewet. Yang jelas, satu, kamu akan tetap tidur di ranjang yang sama denganku. Kedua, guling di rumahku banyak. Yang ketiga, kita tidak akan melakukan apapun di kamar itu. Paham!" tegas Arjuna yang sudah mulai kesal.
"Yakin kamu tidak akan tergoda denganku? asal kamu tahu, aku kalau di rumah selalu berpenampilan seksi dan menggoda lho. Hanya pria tidak normal yang tidak tertarik melihatku," Anyelir terlihat mulai menggoda Arjuna.
"Aku tidak akan tertarik, tapi bukan berarti aku tidak normal. Kamu jangan banyak bicara lagi! aku pergi dan jangan panggil aku lagi!" Arjuna kini benar-benar masuk ke dalam mobil dan tanpa menunggu lama, mobil itu langsung melaju meninggalkan Anyelir.
"Hei! kenapa kamu tidak mengajakku untuk pulang sama-sama sih! masa pakai gaun begini pulang naik angkot? arghhh benar-benar laki-laki sinting!" teriak Anyelir, memaki.
"Kalung, bagaimana dengan kalung ini? ini kan mahal? tidak mungkin dia benar-benar kasih ke aku kan? aku sebaiknya melepaskannya, nanti aku kalau dirampok bagaimana?" Anyelir melepaskan kalungnya dan memasukkannya ke dalam tas.
Anyelir meraih dompet lusuhnya dan melihat isinya.
"Argh, mana uangku tinggal lima puluh ribu lagi,mana cukup ini buat ongkos taksi. Mana gajian harus menunggu dua hari lagi. Yang kualami sekarang, musibah atau anugerah sih?" Anyelir sibuk menggerutu dengan mulut yang komat-kamit.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Eka Suryati
suka awal ceritanya, konyol2 menggemaskan. Semoga ceritanya makin seru
2023-12-17
2
Evy
mantap ceritanya..
2023-12-09
0
Juragan Jengqol
novelmu juga itu thor 🤣🤣🤣🤣
2023-11-02
0