Rosita menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur sebelum memejamkan mata. Hari pertama bekerja menjadi sekretaris pribadi Walter memang sangat merepotkan. Di balik sifat Later yang terlihat galak, ternyata pria itu juga teliti. Rosita harus membuang semua barang yang warnanya tidak berwarna pink. Bahkan pulpen warna hitam yang biasa ia gunakan juga harus di ganti warna pink. Kini Rosita merasa seperti sedang di hukum. Walau warna pink memang warna favoritnya. Tetapi Rosita juga masih menyukai warna lain seperti putih dan biru.
"Tuan Walter sengaja pasti menyuruhku menggunakan barang serba pink agar satu perusahaan menertawakan ku. Sepertinya dia menerimaku bekerja agar aku menjadi badut dan bisa menghibur semua orang. Sekarang aku merasa terjebak. Mana kontrak kerja sudah aku tanda tangani lagi. Mana bisa aku mundur. Bisa-bisa aku di penjara karena tidak bisa ganti rugi."
Rosita menghela napas dan memandang langit-langit kamar. "Semakin di suruh memakai warna serba pink kenapa aku jadi semakin bosan melihat warna pink. Rasanya jadi ingin muntah!" keluh Rosita. Ia duduk dan melepas sepatu pink yang ia kenakan sebelum melepas stokingnya. Rosita ingin memasak sesuatu untuk mengisi perutnya yang lapar.
Masih dengan menggunakan blazer pink dan rok pink, wanita itu berjalan ke lemari pendingin untuk mencari bahan makanan yang bisa di olah untuk makan malam.
Rosita lagi-lagi menghela napas berat ketika melihat stok sayur dan ikan di kulkas telah habis. Ia menutup pintu kulkas dan melipat kedua tangannya.
"Uangku juga sudah habis. Jika aku belanja, besok mana ada uang untuk beli makan siang," ujarnya pelan.
Rosita kembali ingat dengan uang yang diberikan Walter tadi. Wanita itu cepat-cepat berlari ke tempat tidur dan mengambil tasnya. Ia mengukir senyuman ketika melihat segepok uang kini ada di genggamannya. Bukan hanya untuk beli sayur dan ikan saja. Tetapi, uang itu juga masih cukup jika dia ingin membelanjakan baju dan juga tas.
"Uang ini sudah sah jadi milikku. Itu berarti kau tidak perlu takut menggunakannya," gumam Rosita di dalam hati. Ia segera berlari ke lemari untuk ganti baju. T-shirt hitam dan celana panjang menjadi pilihannya. Rosita memandang penampilannya di cermin sebelum pergi.
...***...
Walter melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sesekali ia memandang spion dan memperhatikan beberapa sepeda motor yang mengikutinya di belakang. Mereka semua bersenjata. Mengejar Walter karena mereka memiliki niat jahat terhadap Walter.
Sudah berulang kali Walter mengirim kode bahaya kepada anak buahnya. Sayangnya, tidak juga terkirim karena ada gangguan. Walter tidak mau mengusik Bos Fabio karena dia tahu pasti Fabio sedang bersama Lara.
Kini jalan pintas yang terpikirkan olehnya adalah kota. Walter mengarahkan stir mobilnya ke kota. Walau cukup beresiko, tetapi Walter berharap di kota ia bisa kabur dan bersembunyi agar tidak sampai tertangkap. Karena adu tembak juga tidak akan mungkin bisa menang. Musuh terlalu banyak dan senjata mereka canggih-canggih. Walter sama sekali tidak ada persiapan karena memang baru pulang dari kantor.
Walter tidak bisa fokus dengan laju mobilnya karena musuh semakin dekat. Ketika lampu berubah merah, pria itu tidak lagi sempat memberhentikan mobilnya. Rosita yang berniat untuk menyebrang di buat kaget ketika mobil Walter meluncur dengan begitu cepat. Anginnya sampai membuat debu di jalanan berterbangan.
Satu pengendara motor yang tadi mengejar Walter berhenti. Memang Rosita adalah wanita yang cantik. Penampilannya yang sederhana justru membuat pria tergoda.
Pria itu turun dari motor dan mendekati Rosita. Ia memegang tangan Rosita hingga membuat Rosita ketakutan.
"Apa yang ingin anda lakukan? Lepaskan saya!"
"Ikut dengan saya cantik," ajak pria itu dengan paksa.
Rosita terus berontak. Bahkan ia berusaha meminta pertolongan orang-orang di sana. Namun sepertinya tidak ada yang berani. Mereka semua tidak mau ikut terlibat. Rosita memukul pria itu dengan tas. Namun, memang pukulan Rosita tidak ada apa-apanya. Pria itu justru terlihat gemas dengan Rosita hingga ingin menciumnya.
Di detik yang sama, Walter menarik jaket pria itu dan menghajarnya. Rosita mundur dan hampir saja terjungkal ke belakang. Walter menarik tangan Rosita dengan tangan kiri sebelum menariknya. Beberapa detik mereka saling memandang sebelum akhirnya Walter melepas Rosita dan kembali mengahajar musuh yang telah berkumpul.
"Tuan Walter? Apa dia Tuan Walter? Dia muncul untuk menolongku?" gumam Rosita. Ia mengukir senyuman dengan rasa bangga yang begitu tinggi. "Tuan Walter benar-benar pria sempurna. Dia sudah tampan, kaya, jago berantem lagi."
Walter memukul satu persatu musuh yang ingin menembaknya. Kini senjata api musuh adalah target utama Walter agar dia tidak sampai tertembak.
"Tuan, berjuanglah! Saya ada di sini mendukung anda!" teriak Rosita.
Walter berhenti sejenak dan memandang Rosita. Pria itu mendengus melihat Rosita berdiri seperti suporter bola. "Apa dia pikir ini permainan?" umpatnya di dalam hati.
Seorang pria yang merasa tidak mau kalah segera menarik senjata apinya ketika Walter tengah asyik memukul rekan pria itu. Rosita melihat pria yang ingin menembak Walter. Wanita itu menggeleng ketakutan.
"Tuan, awas. Di samping anda!"
Walter memutar tubuhnya. Namun sayangnya tembakan itu sudah lebih dulu meluncur. Tangan kanan Walter harus berdarah ketika peluru itu mendarat. Rosita memejamkan matanya karena ketakutan.
Di detik yang sama, terdengar suara sirine polisi. Hal itu membuat musuh Walter kabur. Mereka cepat-cepat menghidupkan sepeda motor mereka dan pergi. Walter yang tidak mau ribet ketika berurusan dengan polisi juga memutuskan untuk pergi. Ia menarik tangan Rosita dan membawa wanita itu pergi menuju ke sebuah gang gelap. Walter sengaja tidak naik mobil karena dia tidak mau musuhnya mengikutinya lagi.
"Tuan, tangan anda," ucap Rosita sambil menunjuk tangan Walter yang berdarah.
Walter hanya diam saja sambil fokus ke jalan depan. Genggaman tangannya tidak juga dilepaskan. Pria itu seperti tidak mau sampai Rosita celaka apa lagi sampai berada dalam bahaya.
Karena Walter menarik tangan Rosita dan melangkah cepat, Rosita tidak bisa mengimbanginya. Hingga akhirnya wanita itu tersandung.
Walter menahan tubuh Rosita dan menatap wanita itu dengan tajam. Rosita sendiri hanya bisa membisu sambil terpaku menatap ketampanan Walter dari tempat yang temaram tersebut.
"Tu Tuan. Kita mau ke mana?"
Walter memandang ke kanan dan ke kiri. Setelah memastikan tempat itu sunyi, pria itu melepas Rosita dan duduk di sebuah kursi yang ada di sana. "Apa yang kau lakukan? Kenapa kau keluar sendirian saat sudah malam?"
"Saya mau belanja. Apartemen saya ada di sana," jawab Rosita sembari menunjuk gedung apartemen yang bisa di lihat jelas dari posisinya berdiri saat ini.
Walter mengeryitkan dahinya sebelum beranjak. "Ayo kita ke sana."
"Ke sana? Ke sana mana?" tanya Rosita bingung.
Walter menahan langkah kakinya sebelum menatap Rosita. "Apartemen!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Kiki Sulandari
Waah,,,untung ada Walter...Rosita selamat dari cowok - cowok nakal
Waduh,Walter ngajak Rosita ke apartement?
2022-09-15
2
Riyanti
Mo ngapain ke apartmen?! Berduaan pula.. 😎, ngintip yaaakkk 🤣🤣🤣
2022-09-10
2
∆Z!Z∆H🤓
hayo hayo...
awas jangan pergi berduaan...
kata nenek nanti berbahayaa....
wooo..ooo.ooo....
🤣🤣🤣🤣
2022-09-05
3