Rosita segera turun dari taksi setelah membayar ongkos. Wanita itu mendongakkan kepalanya memandang kemegahan perusahaan yang kini ada di hadapannya. Ini pertama kalinya Rosita berani menginjakkan kakinya di perusahaan ternama tersebut. Selama ini dia hanya mendengar nama perusahaan itu dari mulut ke mulut.
"Perusahaan raksasa," pujinya di dalam hati. Alisnya saling bertaut melihat mobil Walter berhenti di depan pintu masuk. Tanpa pikir panjang lagi, Rosita segera berlari agar bisa bertemu dengan Walter.
"Tuan!"
Langkah Walter terhenti ketika mendengar seseorang berteriak. Beberapa sekuriti yang ada di depan pintu masuk segera berlari untuk menghalangi Rosita mendekati Walter.
"Tuan, berhenti!" teriak Rosita lagi hingga berhasil membuat Walter memutar tubuhnya.
"Nona, apa yang anda lakukan di sini? Pergi dari sini atau kami akan mengusir anda dengan cara kami!" ancam salah satu sekuriti sambil menarik paksa tangan Rosita. Namun, Rosita memang sangat keras kepala. Wanita itu terus saja berontak agar tangan sekuriti yang memegangnya bisa terlepas.
Walter mengeryitkan dahinya. Ia memandang Rosita sambil mengingat-ingat. Jelas saja Walter tidak ingat hingga akhirnya memutuskan untuk kembali melangkah masuk ke dalam. Ia menganggap Rosita itu hanya wanita gila.
"Sial! Kenapa pria itu cuek sekali? Aku harus memikirkan cara agar bisa bekerja di perusahaan ini. Apapun itu aku harus berhasil," gumam Rosita di dalam hati.
"Tuan Walter! Saya kehilangan masa depan saya setelah anda menabrak saya!" teriaknya dengan begitu keras. Berharap Walter mau berhenti dan berbicara dengannya.
Kali ini Walter memang tidak lagi bersikap sepele. Pria itu segera memutar tubuhnya dan memandang Rosita lagi dengan saksama. "Siapa kau?"
"Saya wanita yang tadi anda tabrak!" sahut Rosita dengan cepat. Ia masih berjuang keras melepas tangan sekuriti yang kini ingin menyeretnya agar pergi.
Walter menghela napas kasar. "Biarkan dia masuk," ucap Walter sebelum memutar tubuhnya. Beberapa sekurity itu segera melepaskan tangan Rosita setelah mendapat perintah.
"Akhirnya." Rosita tersenyum bahagia. Ia mengejar Walter dan mengikutinya dari belakang.
Walter melirik langkah kaki Rosita yang terlihat begitu lincah. Tidak terlihat tanda-tanda setelah di tabrak mobil.
"Sepertinya kakimu sudah sembuh," ucap Walter sambil menunggu lift terbuka.
Rosita melirik kakinya dan tersadar. Ia memegang kakinya sambil meringis kesakitan. "Tuan, kaki saya sakit sekali. Bahkan dokter saja tidak bisa menyembuhkannya," lirihnya dengan wajah memelas. "Aku harus akting dengan sebaik mungkin," gumamnya di dalam hati.
Walter masuk ke dalam lift. Pria itu memandang Rosita dengan tatapan tajam agar segera masuk ke dalam lift.
"Sepertinya dia memintaku masuk juga. Baguslah kalau begitu," batin Rosita. Dengan kaki tertatih-tatih wanita itu melangkah masuk ke dalam lift dan berdiri di samping Walter.
"Tuan, perusahaan ini sangat besar. Apa saya bisa bekerja di perusahaan ini?" Rosita memang sudah tidak sabar. Ia ingin cepat-cepat mendapat keputusan dari Walter.
Walter masih belum mau menjawab. Pria itu lebih memilih diam sambil memandang ke depan seperti sebuah patung.
Pintu lift terbuka. Pertama kali melangkah ke luar lift, Walter sudah di sambut dengan Vera. Wanita itu mengukir senyum ramah sebelum memandang Rosita. Ekspresi berubah saat itu.
"Tuan, siapa dia?" Vera lagi-lagi memandang fisik. Penampilan wanita itu serba pink dan sangat norak menurut Vera.
"Siapkan ruang rapat," perintah Walter tanpa mau menjawab pertanyaan Vera.
"Baik, Tuan," jawab Vera sembari menundukkan kepalanya.
Walter membawa Rosita ke dalam ruang kerjanya. Sebelum masuk ke dalam ruangan luas itu, Rosita sempat di buat kagum dengan dekorasi yang ada di sana. Kaca besar yang menunjukkan pemandangan kota menjadi icon utama di lantai tersebut.
Saat mendengar Walter berdehem, Rosita segera masuk ke dalam. Wanita itu berdiri di depan meja sambil memperhatikan Walter yang kini sudah mengeluarkan dompet.
"Berapa kurangnya?" tanya Walter tanpa mau banyak basa-basi.
Rosita lagi-lagi terpaku melihat wajah tampan Walter. Jika dalam posisi berhadapan seperti ini, wajah tampan Walter memang terlihat dengan jelas. Namun, ia cepat-cepat menyadarkan dirinya sendiri. "Uang yang anda berikan tidak cukup. Saya sudah ke dokter dan dokter-"
"Berapa kurangnya?" tanya Walter sekali lagi.
Rosita diam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu. "Sebenarnya saya butuh kerjaan. Jika kaki saya sudah cacat seperti ini. Mana ada perusahaan yang mau menerima saya." Ia mengambil sebuah dokumen dari dalam tas dan memberikannya kepada Walter. "Anda bisa baca CV saya. Siapa tahu anda sedang mencari pekerja yang kriterianya sama seperti saya."
Walter menghela napas kasar. Ia tidak suka membuang-buang waktu seperti ini. Tapi, entah kenapa hingga detik ini ia masih meladeni wanita yang ada di hadapannya. Dengan wajah tidak bersemangat Walter mengambil dokumen itu dan membukanya. Ternyata wanita yang berdiri di hadapannya memang wanita yang berprestasi. Ia lulusan perguruan tinggi nomor satu yang ada di negara ini.
"Apa kau pernah bekerja sebelumnya?"
"Belum. Hari ini interview pertamaku. Tetapi, anda telah menghancurkan masa depanku. Kakiku jadi cacat seperti ini," dustanya dengan wajah sedih.
"Kau ingin bekerja menjadi apa?" tawar Walter.
"Anda bertanya pada saya?" Wanita itu menunjuk dirinya sendiri.
"Apa ada orang lain selain kita berdua?"
"Tuan Walter, jika anda tidak keberatan saya ingin bekerja sebagai sekretaris pribadi anda," jawab wanita itu dengan senyuman.
"Baiklah. Di terima," jawab Walter santai.
"Apa? Anda serius? Semudah itu?" Rosita melebarkan kedua matanya. Tentu saja jawaban Walter sangat jauh dari apa yang ia bayangkan. Dia sudah menyiapkan sejuta rayuan untuk membujuk Walter agar mau menerimanya. Tetapi, belum juga satu jurus dikeluarkan, Walter sudah mau menerimanya bekerja.
"Ya, mulai sekarang kau bekerja sebagai sekretaris pribadiku. Namun, ada syarat yang harus kau penuhi selama bekerja di perusahaan ini."
"Apa syaratnya, Tuan?" tanya Rosita bingung. "Jangan bilang syaratnya harus jadi istri simpanan. Aku tidak semurah itu," gumamnya di dalam hati.
"Kau harus bekerja sambil memakai semua barang berwarna pink. Jika besok aku lihat, ada barang yang warnanya berbeda. Kau akan langsung saya pecat!"
"WHAT?" Rosita melebarkan kedua matanya. "Apa ini tidak salah? Memang ada perusahaan yang seperti ini?" gumamnya lagi.
"Kenapa? Ada yang salah?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Tara
wah.. secara pink itu lambang kewanitaan. jangan2.. boss besar ACDC yach.. 🤭.. banyak kok orang belok yg gagah nan s3xy.. ups😅🤗🥰🙏
2023-07-05
2
Fadilah Herbalis Nasa
😀😀 syarat nya lucu deh, Walter pinky boy
2022-10-25
2
Kiki Sulandari
Syarat kerjanya yg nyeleneh dari Walter the pinky man🤣🤣🤣🤣🤣
2022-09-15
3