2. Tidur Bersama

Aku tidak bergerak sedikitpun. Aku benar-benar sama seperti patung saat ini. Aku tidak berani, aku tidak berani sedikitpun untuk bergerak satu senti saja. Pria dihadapan ku ini sangat berbahaya. Aku sangat takut untuk memikirkan jika aku sampai tidur dengannya.

Setelah beberapa saat, dia lalu menarik tangan ku. Mungkin dia menyadari bahwa aku tidak bergerak sedikitpun sejak tadi.

"Sayang, apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak bergerak sama sekali? Apakah kau takut?" Ucapnya.

'Sayang???!! Ini terlalu cepat dan tempramen nya tiba-tiba berubah begitu cepat. Apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya?'

"Apa kau masih belum sadar juga? Apa kau mau aku yang mengganti pakaian mu?" Ucapnya lagi.

'Apa-apaan pria ini?'

Aku lalu menarik lengan ku dari pegangan tangan nya.

"Aku tidak mau membuat dirimu menjadi repot." Ucap ku kemudian berbalik dan berjalan menjauh setelah membelakangi nya.

Berhenti, tak lama aku pun berhenti berjalan.

"Di.... di mana ruang gantinya?"

Aku merasa begitu malu. Aku pun mencoba untuk berpura-pura marah padanya, meskipun sebenarnya aku memang sangat marah padanya tapi, aku tidak tahu bagaimana caranya untuk marah dengan seseorang.

Aku adalah tipe orang yang yang tidak suka marah. Jadi aku tidak terbiasa untuk menjadi wanita pemarah, bahkan saat aku memang marah dari dalam hati. Aku mengekspresikan kemarahan ku dengan sebuah tindakan.

Bagaimana caranya? Misalnya seperti dengan mengepalkan tanganku, kemudian tersenyum palsu. Setelah itu, aku akan mendengarkan musik hingga lelah.

"Belok kanan dan kau akan melihat pintu berwarna biru. Disana adalah ruang ganti." Balas Axel.

"Hmmpphh..." Balasku.

Aku lalu mendengar suara tawa nya yang cekikikan kecil.

Aku lantas berbalik menatapnya. Aku melihat wajahnya sudah tampak serius. Mungkin aku hanya berhalusinasi saat aku mendengar suara tawa kecilnya tadi.

'Arrrgghhh!'

Aku kemudian berjalan kearah kanan dan melihat pintu berwarna biru. Aku tiba-tiba menyadari bahwa aku tidak punya pakaian ganti. Aku kemudian berlari dengan cepat ke arah dirinya.

Dia menatapku dengan wajah yang penuh tanda tanya.

"Aku tidak punya pakaian ganti." Ucap ku malu.

Axel lalu berdiri dan mengambil sebuah sweater yang sepertinya tampak sangat cocok denganku. Aku mengambil sweater itu darinya dan berterima kasih kepada nya dengan rasa malu. Kemudian aku bergegas berlari kembali ke ruang ganti.

'Jantungku.... Apakah jantungku berdegup kencang?

Oh tidak, apa yang sedang terjadi?'

Aku kemudian kembali ke kesadaran ku dan mulai mandi. Setelah beberapa menit aku merasa lebih segar, aku pun memutuskan untuk keluar dari kamar mandi dan melihat wajahnya yang tampak serius.

'Eh! Jangan bilang bahwa dia mengintip dari luar pintu ini! Iihh... dasar mesum!' umpat ku dalam hati.

"Hei... kau... kau... apa yang kau lakukan?" Ucapku dengan perasaan gugup.

Wajah Axel semakin dekat dan dekat kepadaku dan...

Cup!

Mataku membulat sempurna. Dia... dia memberikan ciuman kilat padaku.

Wajahku berubah merah. Dia tersenyum padaku dan aku sangat, sangat... sangat terkejut dengan tindakan yang baru saja dia lakukan padaku.

'Apa yang sudah dia lakukan?'

Beberapa saat kemudian hal itu masih terus menghantui pikiranku.

"Apa kau mau lagi? Sial, kau tampak begitu seksi!" Ucapnya padaku.

'Apa? Apa yang baru saja dia katakan.... Dia sangat...'

"Mesum." Teriakku padanya dan aku berlari ke arah kamar dan langsung naik tempat tidur.

Aku lantas menutup seluruh tubuhku dengan selimut tebal karena rasa malu.

Dia benar-benar pria mesum, pria itu semakin membuatku gugup.

Aku mulai berpura-pura untuk tidur, ketika aku mendengar suara pintu kamar terbuka.

"Sayang..." Ucap Axel dengan suara yang serak.

'Sial!

Zoya, jangan bergerak...

Jangan bergerak...

Ah, dasar sialan...

Dia adalah maniak!'

Axel tengah mengusap kakiku.

'Argh!' ingin rasanya aku berteriak.

"Sayang, kau mau ini hah?" Axel mencoba menggodaku.

'Arghh, situasi seperti ini benar-benar menggoda. Sangat... Ah!'

"Hentikan itu." Ucapku dengan berteriak.

"Oh, kau belum tidur juga ternyata. Kau berpura-pura ya?" Ucapnya.

"Tidak, aku sebenarnya sudah tidur tadi. Tapi, bagaimana aku bisa beristirahat jika kau terus melakukan hal itu ingat aku perlu istirahat karena aku tengah hamil oke? Tolong jaga sikapmu." Ucap ku dengan suara yang tenang.

Aku melihat kebahagiaan di matanya. Dan aku, aku tidak tahu kenapa dia terus menatapku.

"Apa?" Tanyaku.

"Tidak ada, tidur saja." Balasnya.

Dia kemudian menutup tubuhku dengan selimut dan mematikan lampu tidur.

Aku mulai untuk menutup mataku. Kemudian aku merasakan lengannya memeluk tubuhku.

Aku tidak mengatakan apapun. Aku terus menutup mulutku rapat-rapat aku hanya merasa...

Merasa...

Nyaman....

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!