Pagi hari, mentari tengah malu-malu muncul di ufuk sana.
Boy telah mandi dan berpakaian rapi. Rambut dan gayanya stylish. Badannya nan gagah berotot terlihat begitu sexsy saat memakai kemeja hitam lengan pendek, celana Levis dengan sneaker hitam putih bertali. Jam tangan sport digital skimei terpasang di tangan kirinya, cincin batu berwarna emerald dengan ringnya berlapis emas dan batu berlian kecil di tepi batu mulia emerald itu.
Dia membalikkan badannya ke kiri dan kanan, lalu menyisir bagian poninya dengan sisir di depan cermin. Setelahnya, dia memakai jacket kulit berwana hitam.
“Gue udah perfeck!” gumamnya tersenyum pada cermin. Dia mengelus dagu dan rahangnya yang tegas. “Tidak ada satu pun wanita yang tidak akan terpesona dengan pesona gue!” Dia mulai berkata dengan narsis di depan cermin.
Kulitnya yang eksotis membuat tampilan Boy terlihat sangat macho, di tambah dengan motor besarnya berwarna hijau. Benar-benar sangat keren!
Dia bersiul-siul keluar kamar dan menuruni tangga. Lalu duduk di meja makan, sang Pelayan rumah tangga sudah menyediakan roti bakar dengan segelas susu coklat hangat di atas meja makan.
“Pagi Tuan Muda,” sapa sang Bibi.
“Pagi," sahut Boy.
“Ini roti panggang dan susu hangatnya, apakah ada yang Tuan Muda butuhkan lagi?" tanya sang pelayan.
“Tidak ada Bi, makasih!”
Boy segera mengolesi roti bakar itu dengan selai kacang, melahapnya dengan cepat sambil bermain gadget. Lalu, buru-buru menghabiskan susu coklat hangat itu.
“Bi, gue berangkat kampus dulu, bye!”
“Iya, hati-hati Tuan Muda,” sahut Bibi setengah berteriak, karena Boy sudah jauh pergi.
Boy telah berdiri di bagasi rumahnya, memasang helm full face berwarna hitam dengan ukiran-ukiran anak gaul di helm itu, seperti helm para pembalap MotoGP. Setelahnya, dia menaiki motor besar warna hijau miliknya dan mulai menjalankan motor itu perlahan keluar dari bagasi.
Setelah keluar dari perumahan nya, dia mulai menaikkan gas hingga sangat kencang membelah jalanan raya.
Brum! Brum! Ngeeeng....
Entah berapa kecepatan yang dia pakai, tetapi motor itu sangatlah kencang. Ckiiiit! Dia merem mendadak saat ada lampu merah. Bahkan ban belakang motornya sampai naik setengah meter ke atas, layaknya motor para pembalap.
Menunggu di lampu merah adalah sesuatu hal yang membosankan, apalagi kalau durasinya lama. Boy merenggangkan otot jari tangannya sambil menoleh ke samping, sehingga dia melihat seorang gadis di dalam mobil, duduk di kursi penumpang.
Boy membuka kaca helmnya, melirik dan menggoda gadis itu dengan mata centil. Ting! Jurus kedipan maut. Biasanya, jurus ini selalu membuat kaum hawa menjerit kesenangan, membuat Boy percaya diri dan besar kepala. Akan tetapi, seribu kali sayang, gadis yang berada di kursi penumpang ini, tidak sedikitpun melirik dan tergoda padanya.
Gadis itu melengos membuang muka dan segera menutup kaca mobilnya, dia adalah seorang gadis yang masih polos, sehingga dia takut saat digoda Boy. Baginya, pria yang mengedip wanita adalah pria jahat dan preman.
‘Eh?’ gumam Boy dalam hati. Dia tak habis pikir. Baru kali ini dia diperlakukan seperti itu oleh seorang wanita. Dia terheran-heran, karena pesonanya di tolak mentah-mentah.
Boy tersenyum penuh arti. Dia menjadi penasaran dengan gadis yang menolaknya tadi. Apalagi, gadis itu memiliki kecantikan yang unik, membuat Boy semakin tertarik.
Lampu hijau pun menyala. Semua kendaraan langsung berebut dan menerobos jalanan raya. Salah satunya adalah Boy. Dia mengebut agar segera sampai di kampus.
Setelah sampai, Boy langsung memarkirkan motornya di tempat biasa gang mereka memarkirkan kendaraan.
“Woi, Bro. Baru nyampe Lu?” Seseorang menyapa Boy.
“Woi, yo'i Bro," sahut Boy mengunci stang motor dan menyelipkan tali helmnya di bagian jok belakang.
“Barengan, kuy!”
“Kuy, laaah!" balas Boy. Dia pun masuk ke dalam kelas berbarengan.
“Morning, Bro!” seru Lopi ceria.
“Morning, Geng's!” sapa Boy pada Lopi dan semua teman-teman yang ada di sana.
“Habis mata pelajaran pertama nanti, kita ngumpul di kantin Madam Rozh, ya!” ajak Lopi.
“Nggak di warung sotonya Tante Delvia?" tanya Rido.
“Gimana Boy?” Lopi menatap Boy.
“Gue terserah lu pada, gue mah ngikut aja!” balas Boy.
“Ok, warung Tante Delvia aja deh, gue kangen sama sotonya,” usul Rido.
“Oke!"
Setelah mata perkuliahan selesai, mereka berkumpul di warung Tante Delvia, memesan soto Padang pedas dengan minuman es teh manis.
“Nanti malam, dimana kita balapan?” Rido memulai perbincangan.
“Di Yamakaz aja, di sana gak ada polisi,” jawab Lopi.
“Yakin lu?" tanya Boy.
“Yakin gue. Gue udah selidiki tempat itu sama Tomi. Iya 'kan Tom?" Lopi meminta persetujuan Tomi, teman yang duduk di sebelahnya, makan soto.
“Iya. Gue sama Lopi dua hari yang lalu dari sana. Aman, nggak ada polisi. Jalannya juga lengang, rumah orang juga jarak-jarak di sana,” terang Tomi.
“Oke deh kalau begitu, gue setuju!" sahut Boy.
“Kita bawa cewek-cewek seksy ya, biar mantap!" usul Rido.
“Nah, kalau begitu, gue setuju banget!" balas Tomi tergelak.
***
Malam hari.
Acara balapan pun di mulai.
Boy dan kawan-kawan serta lawannya sudah berkumpul di Yamakaz. Hampir semua gadis bersorak dan tergila-gila akan pesona Boy. Sebelum Boy memakai helm full facenya, banyak gadis-gadis yang mencuri-curi fotonya secara diam-diam.
“Gila nih, cewek-cewek. Lu pake pelet apa sih? Gue juga ganteng, ramah senyum lagi, dari pada lu judes muka dingin!" tutur Rido sambil terkekeh, berkata pada Boy.
“Judes dan dingin pun, sekali kedipan bikin cewek sekampus sesak nafas,” jawab Boy menyunggingkan senyuman.
“Males gue deket-deket Ama lu, kalo pas begini,” ujar Rido lagi. Boy hanya terkekeh kecil.
“Boy, aku boncengan sama kamu ya,” pinta seorang gadis cantik berambut keriting dengan warna kuning keemasan.
“Gue dong Boy, gue pengen boncengan sama Lo!” rengek Marni seorang gadis berambut hitam panjang, bertubuh langsing dengan gaya rock.
“Boy, sama gue ya, gue belum pernah,” ucap gadis lainnya yang terlihat menggoda iman, montok padat berisi.
“Ck!” Rido dan Tomi berdecih melihat Boy di kerumuni para kaum hawa.
“Eh, minggir, minggir lu pada! Boy sama gue! Gue yang bakalan boncengan sama dia!" Seorang gadis mengusir semua cewek-cewek yang menggerubungi Boy.
Gadis ini bernama Lola, dia sangat terobsesi pada Boy.
Boy hanya melirik sekilas, dia bernafas lega, setidaknya dia bisa bernafas setelah Lola datang. Mau tidak mu, dia akhirnya membonceng Lola, karena dia tidak ingin dikerubungi banyak gadis-gadis.
Lola bangga dan tersenyum sendiri, wajahnya langsung menatap para gadis-gadis lainnya dengan sombong. Tomi, Rido, dan Lopi hanya bisa tersenyum saja, di belakang mereka sudah ada gadis-gadis seksi yang bergonceng manja.
“Siap, Gadis-Gadis? Go!”
Akhirnya, balapan pun di mulai!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Bintang Malam
udah ganti profesi madam rozh ya boy😆
2022-09-27
1
Silvira
semangat ojek
2022-09-06
2