Mulai Dekat

🌻

🌻

🌻

🌻

🌻

Hari demi hari Demir lalui dengan senyuman, setelah belasan tahun Demir tidak merasakan kebahagiaan, baru saat ini Demir merasakan kebahagiaan yang hakiki.

Entah kenapa, dengan melihat wajah Safira saja, Demir sudah merasakan kebahagiaan yang tak terhingga, apalagi kalau Demir sampai jadi pasangan Safira, sudah dipastikan Demir akan merasa sangat bahagia.

Demir sudah tidak pernah bolos lagi, dia sangat bersemangat sekolah bahkan pulang sekolah pun Demir tidak pernah nongkrong, dia langsung menuju sekolahan Safira.

Seperti saat ini, Demir begitu gelisah menunggu jam pulang tiba. Demir ingin cepat-cepat pulang dan bertemu dengan Safira, hingga beberapa jam kemudian, bel pulang pun tiba, Demir dengan semangatnya membereskan alat tulisnya dan segera berlari keluar dari kelasnya.

"Demir!"

Demir menghentikan gerakan tangannya saat hendak membuka pintu mobilnya.

"Ada apa?" tanya Demir.

"Kamu mau ke mana? Tumben langsung pulang, biasanya kamu nongkrong dulu sama kita, suasana gak asyik kalau gak ada kamu," seru Toni.

"Sorry Ton, sekarang aku gak bisa ikut kalian lagi, soalnya ada hal yang lebih penting jadi sorry ya, kalau gitu aku duluan," sahut Demir dengan senyumannya.

Demir dengan cepat memasuki mobilnya dan langsung melajukan mobilnya menuju sekolah Safira.

Di saat mobil Demir sampai di depan sekolah Safira, ternyata bersamaan dengan keluarnya Safira dari gerbang sekolah itu. Demir menyunggingkan senyumannya dan langsung menghampiri Safira.

"Hai Fira!" sapa Demir.

Safira tersentak saat mendengar suara yang sangat dia kenal itu.

"Demir, kok kamu ada di sini?" tanya Safira.

"Jemput kamu."

"Jemput aku?"

"Iya, kan aku sudah bilang, akan antar jemput kamu hanya untuk memastikan kalau kamu selamat sampai sekolah dan rumah," sahut Demir.

Safira tersenyum bahkan wajahnya sudah memerah, Safira pun melanjutkan langkahnya dan Demir mengikuti Safira dengan hati yang sangat senang.

"Aku boleh bertanya gak?" tanya Demir.

"Mau tanya apa?"

"Maaf, kok kamu bisa tahu di mana letak sekolah kamu padahal kan, kamu tidak bisa melihat?"

Safira tersenyum. "Mama aku yang sudah mengajarkan aku, awalnya memang sulit tapi karena aku ingin sekali sekolah, jadi aku berusaha menghafal jalan yang Mama ajarkan. Seperti berapa langkah dari rumah ke sekolah, terus dilangkah tertentu aku harus belok, dan akhirnya sampai di sekolah," sahut Safira.

Demir menatap wajah Safira yang cantik itu, bahkan rambutnya sedikit melambai-lambai karena tertiup angin. Demir sangat kagum dengan semangat Safira, walaupun dia punya keterbatasan fisik tapi Safira begitu sangat bersemangat.

Demir melihat di depannya ada tukang es krim. "Fira, kamu suka es krim gak?"

"Suka."

"Sebentar, kamu jangan ke mana-mana."

Demir segera berlari dan membeli dua es krim untuk dirinya dan juga Safira, setelah mendapatkan es krim itu, Demir pun kembali menghampiri Safira.

Demir meraih tangan Safira membuat Safira terkejut, lalu Demir menyerahkan es krin cone itu ke tangan Safira.

"Itu es krimnya kamu makan."

"Terima kasih."

Keduanya pun kembali berjalan, Safira menjilati es krim itu dengan semangat begitu pun dengan Demir, hingga Demir pun melihat kalau es krim Safira blepotan.

Demir menghentikan langkahnya dan menahan langkah Safira juga.

"Ada apa, Demir?" tanya Safira.

Demir mengeluarkan sapu tangannya dan mulai membersihkan es krim yang blepotan itu, membuat Safira terdiam membeku.

"Kamu makan es krimnya blepotan, maaf ya aku bersihin dulu," seru Demir.

Demir memperhatikan wajah Safira dengan jarak yang sangat dekat, kemudian Demir menatap mata indah milik Safira.

"Sayang sekali, mata indah ini tidak bisa melihat keindahan di sekelilingnya," batin Demir.

Safira mengambil sapu tangan Demir. "Biar aku saja," seru Safira gugup.

Safira pun mulai membersihkan mulutnya yang kata Demir blepotan itu.

"Sapu tangannya aku cuci dulu ya, nanti aku kembalikan lagi sama kamu."

"Tidak usah, itu untuk kamu saja."

Dari kejauhan Mama Safira sudah terlihat menunggu. "Mama kamu sudah menunggu, kalau begitu aku pergi dulu ya," bisik Demir.

Safira tersenyum dan menganggukan kepalanya, Demir pun mulai meninggalkan Safira dengan berjalan mundur. Setelah Safira pulang ke rumahnya, Demir pun memutuskan untuk pulang juga.

Tidak membutuhkan waktu lama, Demir pun sampai di rumahnya. Kening Demir tampak mengerut saat melihat sebuah mobil asing terparkir di halaman rumahnya.

"Mobil siapa itu?" gumamnya.

Seperti biasa, Demir masuk ke dalam rumahnya dengan santai tanpa menghiraukan Kakek dan Neneknya.

"Demir, kamu tidak lihat kalau saat ini ada tamu," seru Nenek Demir.

"Terus kenapa? Itu kan tamu Nenek, bukan tamu Demir," sahut Demir dengan cueknya.

Demir hendak melangkahkan kakinya menaiki tangga, tapi lagi-lagi Kakeknya memanggil Demir.

"Demir, bisakah kamu bersikap sopan sedikit? Kakek tidak pernah mengajarkan kamu seperti itu!" sentak Kakek Demir.

Demir pun mulai menghentikan langkahnya dan membalikan tubuhnya, dilihatnya ada sepasang suami istri seumuran Papanya kalau ada, kemudian seorang gadis yang dari tadi terlihat menundukan kepalanya.

"Ke sini kamu, kenalkan ini Tante Grace, Om Jerry, dan juga putrinya Katty. Mereka ada sahabat almarhum Papa kamu, mereka baru saja pulang dari Jerman," seru Kakek Demir.

Demir pun dengan terpaksa menghampiri semuanya, dan mulai mencium punggung tangan yang katanya sahabat Papanya itu.

"Ya ampun Demir, kamu tampan sekali, Nak," puji Om Jerry.

Demir hanya tersenyum kecut, dia sama sekali tidak butuh pujian karena menurut Demir itu hanyalah sebatas bualan yang sama sekali tidak berarti apa-apa.

"Demir, kami baru saja pulang dari Jerman dan kebetulan kami juga membeli rumah dan bersebelahan dengan rumah kamu, Om ingin meminta tolong sama kamu untuk menemani Katty, karena mulai besok Katty akan bersekolah di sekolahan yang sama denganmu," seru Om Jerry.

"Maaf Om, putri Om kan sudah besar jadi tidak perlu ditemani juga," sahut Demir.

"Demir!" sentak Kakek dengan mengepalkan tangannya.

"Bukan begitu Demir, soalnya Katty kan baru pertama kali ini ke Indonesia jadi dia belum tahu jalan di sini, Tante harap Demir mau menemani Katty dan berteman dengan Katty," seru Tante Grace.

Demir tampak menghela nafasnya, kemudian bangkit dari duduknya. "Maaf Tante, Om, Demir ke kamar dulu, soalnya Demir sudah gerah mau mandi."

"Oh, silakan Demir."

Demir pun dengan cepat menaiki tangga menuju kamarnya, sedangkan Katty tampak memperhatikan Demir dengan senyumannya.

"Maafkan Demir ya Grace, Jerry, semenjak Papanya meninggal, Demir memang menjadi anak yang seperti itu, dingin dan juga kasar," seru Nenek Demir.

"Tidak apa-apa Nyonya, kami sangat memakluminya," sahut Tante Grace.

"Kalau begitu kami permisi pamit dulu, soalnya kami juga sudah kelelahan ingin beristirahat sejenak," seru Om Jerry.

"Baiklah, sekali lagi maafkan Demir ya."

"Iya, tidak apa-apa Tuan."

Ketiganya pun akhirnya pamit dan meninggalkan rumah Demir.

Terpopuler

Comments

Lovely

Lovely

Mulai nano" kehdpan 🥰

2022-11-20

3

ghan sha

ghan sha

lnjut

2022-09-08

1

ꪶꫝNOVI HI

ꪶꫝNOVI HI

pengen ku getok tu kakek dan nenek

2022-09-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!