🌻
🌻
🌻
🌻
🌻
Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, saat ini Demir mulai masuk sekolah menengah atas. Walaupun Demir urakan dan badung, tapi Demir merupakan anak yang cerdas jadi dia tetap lulus dengan nilai yang memuaskan.
Menginjak usia yang labil, kelakukan Demir semakin menjadi-jadi, Demir sering sekali terlibat tawuran antar sekolah karena menurut Demir dengan ikut tawuran itu, membuat jiwa dan hati Demir senang.
“Mir, buruan teman-teman kita sudah menunggu di ujung jalan sana!” teriak salah satu teman Demir.
“Kamu duluan, nanti aku nyusul,” sahut Demir.
Akhirnya teman Demir itu pun pergi ke belakang sekolah dan kabur dari sekolah dengan melompati dinding sekolah itu.
Demir tampak celingukan, dia mengambil tasnya dan berjalan mengendap-ngendap, hari ini dia dan teman-temannya berencana akan melakukan tawuran.
Demir pun melangkahkan kakinya menuju belakang sekolah, dia pun akan melakukan hal yang sama dengan temannya tadi akan melompati dinding sekolah.
Sementara itu, di jalan belakang sekolah itu ada seorang gadis cantik yang berjalan sendirian dengan membawa tas dan buku di tangannya.
Brukkk...
Demir melempar tasnya dan mendarat tepat di kaki si gadis itu, gadis cantik itu pun menghentikan langkahnya dan tidak lama kemudian, Demir pun melompat dan segera mengambil tasnya.
Demir hendak pergi tapi sebelum pergi, Demir melihat seorang gadis cantik hanya berdiri dan terdiam.
“Kamu ngapain malah diam? Kamu mau laporin aku ya, awas saja kalau kamu sampai laporin aku, aku akan mencarimu,” ketus Demir.
Demir pun dengan cepat berlari dan menyusul teman-temannya, sedangkan si gadis itu kembali melangkahkan kakinya. Gadis itu berjalan dengan perlahan, serta tatapannya lurus ke depan.
Di ujung jalan, terlihat wanita paruh baya menunggu gadis itu, wanita paruh baya itu tersenyum kala melihat anaknya sudah pulang sekolah.
Setelah mendekat, wanita paruh baya itu menyentuh tangannya.
“Mama.”
“Bagaimana sekolahnya hari ini? Apa menyenangkan?”
“Lumayan menyenangkan, Ma.”
Wanita paruh baya itu pun menggandeng tangan anaknya, ternyata gadis cantik itu buta tidak bisa melihat, maka dari itu Mamanya selalu menunggu anaknya pulang sekolah di ujung jalan.
Sesampainya di rumah, Mamanya langsung mengambilkan makan siang untuk anaknya.
“Kamu makan siang dulu, Nak.”
“Fira bisa ambil sendiri, Ma, jadi Mama tidak usah mengambilkannya karena Fira tidak mau sampai merepotkan Mama.”
“Tidak Nak, kamu tidak pernah merepotkan Mama.”
Gadis cantik itu bernama Safira, Safira sudah mengalami kebutaan sejak lahir karena Mama Safira mengalami infeksi saat mengandung Safira sehingga Safira harus lahir tanpa bisa melihat dunia yang indah ini.
“Nak, Mama pergi bekerja dulu ya, kunci saja rumahnya karena Mama bawa kunci cadangan.”
“Iya Ma.”
“Dan ingat, jangan buka pintu untuk siapa pun.”
“Iya.”
Mama Safira pun mencium kening anaknya itu dan pergi untuk bekerja. Mama Safira, bekerja menjadi ART di sebuah keluarga orang kaya.
Setelah selesai makan, Safira pun membereskan bekas makannya. Safira memang diajarkan mandiri oleh Mamanya, awalnya memang sulit tapi karena sudah terbiasa akhirnya Safira pun tahu di mana letak dapur, kamar mandi, kamarnya, bahkan sekolahannya.
Mama Safira sangat sabar mengajari Safira, Mamanya mengajarkan Safira dengan langkah kakinya. Seperti jarak dari ruang tamu ke dapur itu 10 langkah dan begitu seterusnya.
Sedangkan di sebuah gang, Demir dan teman-temannya sedang melakukan tawuran antar sekolah. Mereka semua membawa senjata tajam masing-masing hingga suara mobil polisi pun datang.
Semua anak-anak berlarian berhamburan karena takut tertangkap oleh polisi, begitu pun dengan Demir, dia langsung berlari ke dalam gang rumah penduduk.
Safira yang baru saja keluar hendak menjemur pakaian, ditabrak oleh Demir sampai pakaiannya berserakan di jalan.
“Astaga, kenapa kamu menghalangi jalanku!” sentak Demir.
“Sepertinya kamu yang salah, sudah tahu jalanan sempit malah lari-lari,” sahut Safira.
Tiba-tiba dari kejauhan, Demir melihat polisi datang, Safira langsung bersembunyi masuk ke dalam rumah Safira.
“Kamu harus diam, jangan bilang kalau aku ada di sini,” bisik Demir.
Safira tidak memperdulikan Demir, dia hanya berusaha memunguti pakaiannya yang berserakan.
“Maaf Dek, apa kamu melihat anak-anak pakai seragam SMA berlarian ke sini?” tanya polisi.
“Tidak Pak.”
“Baiklah, terima kasih, Dek.”
Polisi itu pun akhirnya pergi, Demir bisa bernafas lega dan Demir mulai memperhatikan rumah sederhana milik Safira.
Di dinding rumah itu terdapat banyak tanda yang Mama Safira tempelkan untuk mempermudah Safira menemukan hal yang dia inginkan.
“Kenapa rumahnya aneh sekali, banyak dipasang stiker timbul seperti ini,” gumam Demir.
Hingga akhirnya Demir tersentak saat Safira masuk ke rumah dan meraba-raba stiker itu, kemudian masuk ke dapur dan mengambil gelas kemudian mengisinya dengan air putih.
Demir hanya bisa memperhatikannya dengan bingung, Safira menghampiri Demir dan menyodorkan gelas itu kepada Demir, tapi bukan ke hadapan Demir melainkan ke sisi yang berlawanan.
Demir melambaikan tangannya ke wajah Safira tapi tidak ada respon sama sekali.
“Maaf, kamu buta?” tanya Demir.
Safira tersenyum dan menganggukan kepalanya, darah Demir langsung berdesir saat melihat senyuman Safira dan itu untuk pertama kalinya hati Demir menghangat.
Demir segera mengambil gelas berisi air putih itu dan meneguknya sampai tandas.
“Terima kasih.”
“Sama-sama.”
“Kalau begitu aku pergi dulu.”
“Iya.”
Demir pun mulai meninggalkan rumah Safira, tapi Demir terus saja menengok ke belakang melihat Safira yang sedang melanjutkan menjemur pakaian.
Demir kembali tersenyum, lalu dengan cepat Demir pun meninggalkan tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Lovely
Mata, blh buta. Tapi, tdk buta hati 😘
2022-11-20
5
cherry
Habis baca second love lari kesini
2022-10-13
1
ghan sha
cii Yee...demir cinta pandangan pertama
2022-09-08
1