Dimas menjadi semakin sibuk sejak menjadi manejer keuangan. Dia sering pulang malam, dan kadang saat akhir pekanpun dia harus bekerja. Rania memaklumi itu dan tidak pernah mencurigai suaminya itu sekalipun.
Pagi ini Rania da Dimas sedang menyantap sarapan pagi.
"Mas, hari ini ulang tahunnya Alisa."
"O ya? Wah tidak terasa ternyata sudah satu tahun saja itu bayi."
"Iya, padahal rasanya baru kemarin Putri melahirkan." Ucap Rania.
"Pagi ini kita beli kado dulu ya, mas."
"Iya sayang. Memangnya pestanya kapan?"
"Ba'da zuhur, mas."
"Berarti jam satuan ya, sayang."
"Iya. Kenapa mas?"
"Mas ada rapat bersama dewan direksi keuangan, siang ini sayang."
"Loh ini kan hari minggu, mas."
"Itu dia sayang, dewan direksi baru pulang dari London tadi malam. Nah dia mau rapat siang ini. Katanya ada hal mendesak yang harus diselesaikan sebelum hari senin." Jelasnya.
"Oo gitu ya mas."
"Iya sayang. Nggak apa apa kan kamu pergi sendiri ke ulang tahunnya Alisa." Mengelus pipi Rania.
"Iya nggak apa apa kok. Tapi, beli kadonya sama mas, ya!" Rengeknya.
"Tentu sayangku." Mencubit gemas kedua belah pipi Rania, lalu memberikan ciuman manis dikeningnya.
Setelah menghabiskan sarapan, Rania pun langsung bersiap untuk berangkat ke mall mencari kado untuk Alisa anak dari sahabatnya, Putri.
Bukan hanya membeli kado untuk Alisa saja. Setibanya di mall Dimas juga membelikan gamis yang cantik untuk langsung dipakai Rania ke pesta ulang tahun Alisa.
"Mas, aku lapar." Ucap Rania saat mereka melewati kedai makanan.
"Ya sudah, yok kita cari makan."
"Aku mau jajan itu, mas. Bukan makan nasi." Rania menunjuk kedai kebab yang membuat perutnya terasa lapar.
"Mau beli kebab?" Tanya Dimas. Rania mengangguk manja.
"Baiklah tuan putri, mari kita makan kebab."
Mereka mendekati kedai kebab lalu memesan dua porsi jumbo kebab lengkap dengan minuman yang juga super jumbo.
"Gimana enak kebabnya?"
"Ini kebab terenak yang pernah aku makan loh mas."
"Memang sudah berapa kebab yang pernah kamu maka" Dimas mengelap ujung bibir Rania yang belepotan menggunakan jari telunjuknya.
Beberapa remaja yang lewat saling berbisik baper melihat keromantisan Dimas dan Rania.
"Ini kebab pertama yang aku makan, hehe." Jawabnya sambil tergemu.
"Menggemaskan."
"Sudah dua puluh delapan tahun tapi kelakuan masih seperti bayi." Menghapus lagi sisa makanan di bibir Rania.
Sekilas orang orang yang memandang keromantisan pasangan itu akan merasa iri. Tapi, sebenarnya keromantisan yang selalu diberikan Dimas pada Rania bukan untuk Rania. Dimas hanya mencintai wajah itu bukan orangnya.
Sangat jarang bahkan hampir tidak pernah Dimas memanggil Rania dengan nama, itu karena baginya Rania adalah Riana.
Dimas dan Riana menjalin hubungan selama empat tahun lamanya. Riana tidak pernah mengizinkan Dimas bertamu ke rumahnya saat mereka masih pacaran, karena Riana belum mau serius dengan Dimas. Dia hanya ingin terus berpacaran tanpa ingin menikah. Sedangkan Dimas berharap Riana akan menjadi pelabuhan terakhir cintanya.
Suatu hari, Dimas iseng mampir ke rumah Riana. Dia ingin memberi kejutan pada kekasihnya itu. Dan saat itu, Rania sedang duduk santai membaca buku. Rania tidak berjilbab saat di rumah dan dia tidak pernah menyangka akan kedatangan tamu tidak diundang siang itu.
Perlahan tapi pasti Dimas mendekati Rania yang menyumpal telinganya dengan hadset. Dimas langsung memeluknya hingga Rania terkejut dan berteriak. Teriakan Rania membuat warga komplek mendekat berkerumun ke depan rumahnya.
Dimas masih memeluknya dan mencoba menenangkan Rania, karena dia kira itu adalah Riana. Dia tidak tahu, Riana memiliki saudara kembar. Kejadian itu dilihat oleh pak Rt dan juga banyak warga. Bahkan Ibu yang saat itu sedang sakit pun langsung pingsan melihat Rania dipeluk oleh Dimas.
Pak Rt dan warga membawa mereka berdua untuk di bawa ke balai dan langsung dinikahkan. Awalnya Dimas senang, karena dia pikir dia berhasil menikahi wanita yang dicintainya. Namun, ketika penghulu menyebutkan nama Rania bukan Riana, dia mulai bingung.
Saat kebingungan itu, Riana dan ibunya datang ke balai desa. Mata Dimas berkali kali menatap wajah dua gadis yang sama. Dimas ingin menolak pernikahan itu, tapi ibu mereka malah memohon agar Dimas menikahi Rania karena telah memeluk dan melihat Rania tampa jilbab.
Riana diam saja. Dia bahkan memalingkan wajahnya dari Dimas. Sedangkan Rania, dia menangis takut. Dia tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Dimas akhirnya menikahi Rania. Sehari setelah pernikahan ibu meninggal, Rania dan Riana amat terpukul. Dimas datang, menenangkan kedua saudara kembar itu.
Dan saat ada kesempatan, Dimas mengajak Riana bicara empat mata.
"Sayang, sungguh aku tidak tahu kamu punya saudara kembar. Aku hanya mencintaimu sayangku." Dimas mencoba meyakinkan Riana.
"Aku masih harus meraih impianku, Dim. Besok aku akan berangkat ke Paris untuk mengambil beasiswa sekolah permodelan di sana. Itulah cita citaku."
"Lalu, bagaimana denganku?"
"Hiduplah bersama Rania. Dia sangat baik dan perhatian. Kamu akan nyaman bersamanya, Dim."
"Aku tidak mencintainya, sayang."
"Anggap saja dia adalah aku." Riana melangkah hendak meninggalkan Dimas.
"Rahasiakan tentang kita dari Rania, jika kamu benar benar mencintaiku."
"Apa yang akan aku dapatkan dari merahasiakan semuanya dari Rania?"
"Bertahanlah untuk tetap hidup bersamanya dan jangan memiliki bayi darinya. Jika kamu bisa memastikan itu, aku akan kembali padamu, Dimasku."
Dimas menatap langkah wanitanya menjauh darinya. Dia tidak tahu apakah bisa menjalani hidup bersama Rania sedangkan hatinya hanya milik Riana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Santi Rizal
Dimas ternyata jahara
2023-03-27
0