"Wah kamu hp baru ya Bel" kata Sintya teman sebangku Bella
"Wooww, inikan Iphone 13 keluaran baru. Kamu udah kebeli aja" kata Jesica
"Iya donk, secara Mama Gue sekarangkan punya segalanya" jawab Bella memamerkan apa yang dirinya punya
Pagi itu Delisa baru datang dan segera masuk kedalam kelasnya, namun saat berada dikelasnya lagi-lagi dirinya di buat tercengang oleh Sepupunya itu baru beli hp Iphone 13 keluar terbaru.
Delisa hanya melihat sekilas lalu melangkahkan kaki kearah bangkunya, Delisa benar-benar tak habis pikir dengan Tantenya itu baru seminggu lebih memegang posisi CEO sudah banyak menghambur-hamburkan uang.
Padahal Delisa tau sebelum Kakeknya meninggal, Ayahnya kalah mendapatkan tender dan justru membuat perusahaan rugi yang lumayan besar. Namun kenyataan sekarang Tantenya sekeluarga sepertinya begitu semena-mena dengan uang perusahaan.
Delisa hanya mengelengkan kepalanya, lalu segera mengeluarkan buku pelajaran yang akan dimulai hari ini. Sudah dua minggu dirinya menunggu hari ini, hari yang menurut Delisa sangat menyenangkan yaitu belajar.
Bel masuk berbunyi, seluruh murid SMP Merdeka Mandiri masuk keruang kelas mereka masing-masing. Para guru mata pelajaran berbeda-beda juga mulai masuk ke ruang kelas untuk mengajak.
Pelajar pertama diruang kelas IX.A adalah Matematika, guru tersebut sudah masuk setelah bel masuk berbunyi 3 menit yang lalu. Guru mulai menjelaskan setiap detail tentang rumus yang ada dipapan tulis, serta tak lupa memberi soal dipapan tulis agar ada murid yang bisa menjawab soal tersebut.
"Saya bisa Pak" ucap Delisa dan Bella berbarengan sembari mengangkat tangan kanan
Guru tersenyum kepada kedua murid jenius itu, namun seperti biasa Guru akan meminta Delisa yang akan kedepan mengisi soal yang ada dipapan tulis.
Delisa berdiri sembari tersenyum smirk kearah Bella, sekarang mungkin bagi Delisa dirinya bukan Delisa yang dikenal Delisa si jenius yang kaya tapi Delisa si jenius yang miskin namun semangat untuk mendapatkan beasiswa ke SMA impiannya tak mempengaruhi hal itu semua sekarang bagi Delisa kaya miskin sama saja yang penting otak tetap cerdas.
Bella yang dapat senyuman dari Delisa hanya bisa berdecak, lagi-lagi dirinya merasa kalah cepat dengan Delisa. Kadang Bella sampai mikir otak Delisa itu terbuat dari apa sehingga semua mata pelajaran Delisa bisa, padahal kan biasanya tak semua orang bisa semua mata pelajaran yang diajarkan oleh Guru.
Delisa dengan tangan kanan yang begitu lincah mencoret-coret papan tulis yang ada dihadapan, seperti yang dulu-dulu teman-teman kelas Delisa pasti melongo melihat Delisa begitu jenius mengerjakan soal yang menurut orang yang tak mengerti sama sekali itu soal yang paling sulit dan susah.
"Selesai Pak" kata Delisa menyerahkan spidol kepada Guru tersebut.
"Terima kasih Delisa, silahkan duduk" ujar Guru yang mengajar Matematika itu
Guru tersebut seger mengoreksi jawaban Delisa yang ada dipapan tulis dan benar Guru pun tersenyum sangat lebar serta memberi pujian terus menerus kepada Delisa.
"Lihat Bella sekaya apapun kamu tetap tak bisa menyaingi Delisa" celetuk Sintya teman sebangku Bella
Tentu membuat Bella semakin kesal, Bella mencubit lengan tangan teman sebangkunya itu dengan begitu keras.
"Aaww, sakit tau" kata Sintya sebelum dia berteriak Bella sudah langsung membungkam mulut teman sebangkunya itu dengan telapak tangannya
Bunyi bel tanda istirahat, seluruh murid SMP Merdeka Mandiri berhamburan keluar dari ruang kelas mereka masing-masing. Ada yang kekantin untuk mengisi perut mereka, ada juga yang keperpustakaan untuk membaca ataupun meminjam buku.
Namun berbeda dengan Delisa, dirinya memilih untuk tetap didalam ruang kelas dan mendengar musik dieatphone yang terhubung dengan hpnya.
Semenjak Delisa tak memiliki segalanya lagi, dirinya memang lebih suka menyendiri dan didalam ruang kelas. Apalagi Delisa memang tak membawa uang saku, Ibunya memberinya hanya 50 ribu namun uang itu tak pernah dipakai Delisa untuk beli jajanan di kantin melainkan disimpannya untuk dirinya membeli kuota internet atau buku LKS.
Dulu mungkin dirinya sangat bebas mengunakan Wi-fi dirumahnya jadi tak perlu repot-repot membeli kuota internet, tapi berbeda dengan kehidupan sekarang.
Ahh, jika teringat waktu pengusiran dari Tantenya membuat dada Delisa sesak ingin dirinya menjambat rambut lurus panjang milik Tantenya itu, Delisa benar-benar geram.
.
.
Ditempat lain yaitu PT. Atmadja Sejahtera
"Wah kita benaran kaget loh Ran, kalo kamu sekarang seorang CEO diperusahaan Atmadja Sejahtera ini" kata Mely teman sosialita Rani
"Iya Ran, kita gak nyangkah ternyata kamu anak bapak Mahendra Atmadja" kata Andin menimbuhi
"Panjang ceritanya kalo mau diceritain semua" jawab Rani sembari tersenyum
"Pas kamu turun dari mobil Alphard itu, kita kira siapa. Ternyata kamu" kata Mely mengingat kejadian semalam mereka bertemu direstoran untuk makan malam bersama
Rani tentu tambah naik bahu saat teman-teman sosialitanya begitu menyanjungnya, bahkan semalam Rani dengan gaya seperti orang paling kaya dikota A ini sampai-sampai mentraktir teman-teman sosialitanya itu yang sampai memesan makan menghabiskan uang belas juta.
Ya giliran dengan teman-teman sosialita bagaikan malaikat tapi dengan adik kandung sendiri tak ada peri kemanusiaan, sampai tetap membiarkan adik kandung sendiri mencari pekerjaan diluar sana dengan kehujan dan kepanasan tanpa mau membantu sedikitpun.
Setidaknya jika memang niat membantu, biarkan adik kandung itu numpang tinggal dirumah peninggalan Ayah mereka tapi ini justru mengusir tanpa belas kasihan.
"Kalian nanti mampir ya di rumah baru aku" ujar Rani
"Wah ternyata kamu juga sudah pindah rumah" kata Mely
"Iya, ini rumah baruku" kata Rani sembari menyodorkan hp Iphone 13 keluaran terbaru itu kepada teman-teman sosialitanya
"Ini rumah baru kamu, mewah banget" jawab Andin yang memperhatikan sebuah foto yang tertampil dilayar hp
"Kayaknya ada yang baru juga ni, Iphone 13" ucap Mely sembari membalikkan hp tersebut dan menampakkan ikon apple yang digigit sedikit
Rani tersenyum, dirinya memang sengaja meminta teman-teman sosialitanya datang ke perusahaan miliknya sekarang agar dirinya bisa pamer dengan semua teman sosialitanya yang pernah ada di salah satu teman sosialitanya itu menghinanya dulu karena sering ditraktir kalo soal makan.
Tapi sekarang orang itu akan mati kutu di buat Rani, bahkan dari tadi Rani memamerkan segala yang dirinya punya. Orang yang pernah menghinanya itu hanya diam dari tadi dan terlihat dari raut wajahnya terlihat jelas sangat kesal karena di kacangin oleh Rani dan yang lain.
Tok Tok Tok
Bunyi ketukan pintu dari luar, Tantenya Delisa bisa melihat dari dalam yanmntg datang Seketarisnya namun kalo dari luar tak bisa melihat apapun yang ada didalam ruangan CEO itu.
"Masuk" ujar Rani dengan wajah tegasnya
"Maaf bu menganggu, ini laporan yang harus Ibu tanda tangani" kata Dina seketaris Rani
"Letakkan saja diatas meja, silahkan kembali keruanganmu" ujar Rani dengan tegas
Tak lama semua teman sosialita Rani pun pamit pulang karena melihat setumpuk laporan diatas meja Rani membuat mereka tak enak hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments