"Bagaimana sayang, kamu suka kamar barumu?" tanya Rani kepada Anaknya yang tak lain adalah Sepupunya Delisa
"Iya ma Bella senang banget, akhirnya kita bisa menempati rumah mewah ini" kata Bella Sepupunya Delisa
"Iya, mama juga senang sayang" kata Rani
"Bella baru tau ternyata Delisa itu Sepupunya Bella, Delisa itu ma saingan Bella di sekolah selama ini makanya Bella tidak pernah bisa menempati juara umum pertama" kata Bella Sepupunya Delisa
"Ohh jadi yang membuat anak mama gak bisa juara umum pertama ternyata Delisa" kata Rani
Bella menganggukkan kepalanya tanda benar, Rani tersenyum tak menyangkah Adik laki-lakinya itu ternyata mempunyai anak jenius seperti dirinya yang mempunyai anak jenius juga.
Wajar Bella anaknya tak bisa menjadi juara umum pertama karena saingannya Sepupu sendiri yang tak lain adalah Delisa, Rani mengakui bahwa keturunan keluarga mereka memang semuanya mempunyai IQ yang begitu tinggi.
Bahkan Rani dan Dika lulusan universitas terbaik di kota A ini, mereka berdua juga lulus dengan nilai yang sangat baik dan tentunya membuat Ayah mereka sangat bangga dulu.
Dulu saat Dika selalu mengalah dengan Kakak perempuannya, Rani sempat menerima kenyataan Ibu mereka telah tiada bukan karena Adik laki-lakinya namun saat Ayah mereka memberi kedudukan posisi CEO di perusahaan mereka Rani tidak terima hingga dirinya kembali membenci Adik laki-lakinya itu.
Ditambah Ayah mereka mengusirnya saat dirinya memutuskan menikah dengan pilihannya sendiri, cinta memang buta membuat dirinya rela meninggalkan kehidupannya yang bergelimbang harta dan meninggalkan Ayah mereka hanya demi keinginan menikah dengan laki-laki pilihannya itu.
Ayah mereka tak merestui karena laki-laki pilihannya hanya karyawan biasa di perusahaan mereka, bukan karena pekerjaan yang membuat Ayah mereka tidak menyukai laki-laki pilihan Rani tapi ada hal lain namun tidak ada yang tau alasannya sampai detik ini.
Rani keluar dari kamar Anaknya, kemudian berjalan menuju kamar utama yang ditempatinya dan Suaminya sekarang.
Kriek
Bunyi handle pintu dibuka, Rani mendekati Suaminya yang sedang sibuk dengan laptop yang ada dipangkuan Suaminya itu.
"Papa sibuk?" tanya Rani kepada Suaminya sembari duduk di samping Suaminya
"Tidak terlalu, ada apa ma?" tanya balik Bagas (Suami Tante Delisa) sembari menutup laptop yang ada dipangkuannya
"Mama mau menghubungi yayasan ART, kita butuh ART disini" jelas Rani sembari mengambil hpnya yang tergeletak di atas meja samping ranjang
"Terserah Mama, Papa setuju saja" jawab Bagas sembari memainkan rambut panjang Istrinya
"Pa, kedudukan CEO di perusahaan peninggal Ayah. Mama yang akan menempati posisi itu" kata Rani dengan hati-hati
"Lah mengapa harus Mama, harusnya kan Papa" jawab Bagas tidak terima dengan keputusan Istrinya itu
"Kalo Papa yang menjadi CEO, pengacara Ayah akan marah karena harus anak kandung Ayah yang menempati posisi CEO bisa-bisa Adik laki-laki Mama mengambil alih lagi perusahaan peninggal Ayah. Nanti Papa menjadi asisten pribadi Mama" jelas Rani agak kesal dengan Suaminya
Bagas akhirnya diam, dirinya tidak bisa memaksa Istrinya untuk menyerahkan posisi CEO diperusahaan peninggalan Mertuanya itu.
Dirinya mau tak mau harus menuruti kemauan Istrinya yang menjadikan dirinya asisten pribadi Istrinya walaupun sama saja seorang bawahan namun setidaknya tak membuat posisinya terlalu hina dikalangan teman-temannya, dan dirinya akan resign diperusahaan tempat dirinya bekerja sebelumnya.
.
.
Di tempat lain
Setelah berjalan kiloanmeter Dika akhirnya menemukan sebuah rumah yang hanya berukuran 6x6, meski sederhana setidaknya di halaman depan dan belakang masih ada sisa tanah lebih.
Selesai pembayaran secara cash kepada pemilik rumah serta tanah tersebut, akhirnya Dika mempunyai tempat tinggal baru untuk mereka sekarang.
Dika segera menghubungi Istrinya meminta Istrinya beserta Delisa untuk menyusulnya di tempat tinggal baru yang akan mereka tempati, Dika juga memberikan alamat sekarang melalui MAP agar Istrinya dan Delisa tidak salah alamat.
Selagi menunggu Istrinya dan Delisa tiba disitu, Dika membersihkan sebagian tempat tinggal mereka sekarang.
Meski dirinya sebenarnya tak pernah melakukan pekerjaan itu, walaupun tidak bersih setidaknya sudah mengurangi pekerjaan Istrinya nanti.
"Assalamualaikum" ucap Desi dan Delisa barengan saat sudah ada didepan tempat tinggal mereka yang baru
"Walaikumsalam, kok cepat bu?" kata Dikaa sembari membawa koper yang ada di lantai untuk dibawa masuk ke dalam tempat tinggal baru mereka.
"Tadi naik ojek yah, makanya cepat sampai" jawab Desi sembari menyeka keringatnya yang ada dikeningnya
Delisa dan kedua orang tuanya segera masuk ke dalam rumah baru mereka, rumah itu benar-benar sederhana menurut Dika yang biasa hidup dengan bergelimang harta. Namun tidak untuk Desi, dirinya tetap bersyukur asal mereka bertiga tetap bersama-sama.
Mereka bertiga langsung bekerja sama untuk membersihkan rumah baru mereka sekarang, agar mereka bertiga bisa segera istirahat dan membersihkan tubuh masing-masing yang bau terik matahari dan debu.
Selesai membersihkan rumah, mereka bertiga bergiliran masuk kamar mandi yang hanya berukuran 1,5x1,5 itu. Ditempat tinggal mereka dulu kamar mandi tersedia di dalam kamar tidur mereka masing-masing, namun disini mereka bertiga akan terbiasa untuk mengantri.
Ditempat tinggal baru ini juga, hanya ada dua kamar yang berukuran 3x3. Ruang tamu hanya berukuran 3x4 sedangkan sisanya dapur bersatu dengan kamar mandi, sangat kecil namun setidak masih layak ditempati dari pada seperti para pengemis yang tidur di emperan ruko-ruko.
"Ayah mau keluar sebentar bu, ingin mengurus surat menyurat rumah ini ke notaris agar rumah ini menjadi atas nama kita dan takkan dipermasalahkan dikemudian hari" kata Dika
"Iya yah, Ayah ke notaris jalan kaki lagi" kata Desi
"Tidak, Ayah kesana bersama pemilik rumah ini. Dia yang memang mengajak Ayah ke notaris, jadi mungkin naik kendaraan Beliau" jelas Dika
"Ohh begitu, hati-hati dijalan yah" ujar Desi sembari mencium punggung Suaminya
Setelah Dika sudah hilang dari belokkan jalan, Desi kembali ke dalam rumah dan tak lupa menutup kembali pintu rumah.
"Ayah mau kemana bu?" tanya Delisa habis keluar dari kamar mandi sudah dengan pakaian lengkap sembari mengucek rambutnya yang basah dengan handuk kecil
"Mau ke notaris, mengurus surat rumah dan tanah ini" jelas Desi
"Ohh......" kata Delisa dengan mulut berbentuk lingkar serta begitu panjang dalam pengucapan
Desi segera menarik handuk yang ada ditangan Delisa lalu menyumpal mulut Delisa dengan handuk kecil itu, Desi tertawa melihat ekpreksi Delisa yang terkejut dengan apa yang dilakukan Ibunya barusan dan Desi memilih berlalu dari hadapan Anaknya itu.
"Ihh Ibu" kata Delisa kesal, niat ingin menjahili Ibunya justru dirinya yang kenah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments