Ana masih belum bisa tertidur di kamar yang telah di sediakan oleh pihak hotel. Setelah minum obat, dia duduk di sofa dalam kamar sambil membaca buku novel "Terjebak cinta dua saudara" karya Erna Sikumbang.
Dia terkadang tersenyum melihat ulah Beby sang tokoh utama. Terkadang dia menangis saat membaca karakter Beby di sakiti oleh sang suami. Namun ada yang bisa dia contoh adalah kesabaran sang pemeran utama.
Saat ia larut dalam novelnya, di situlah Farhan masuk. Ia agak kaget melihat Farhan masuk kekamar.
Farhan melihat ekspresi kaget Farhan saat ia masuk kedalam kamar.
"Kenapa kaget seperti itu?" tanya Farhan berjalan ke arah sofa di mana Ana duduk.
"Kaget aja cepat begitu pulangnya."jawab Ana meletakkan novelnya.
"Nggak senang aku pulang cepat?" tanya Farhan duduk sebelah Ana.
"Bukan seperti itu, maksud aku itu..."
"Nggak usah di jelasin, aku tidak mungkin meninggalkan kamu begitu lama karena tadi kamu juga nampak aku pucat."
"Ohw makasih atas perhatiannya."
"Itu sudah kewajiban aku sebagai seorang suami, kamu sudah makan?" tanya Farhan.
"Belum."
"Ya sudah yuk kita makan keluar, kamu oke nggak?" tanya Farhan.
"Pesan aja gimana? kepalaku sangat sakit sekali." jawab Ana.
"Baiklah." Farhan memesan makanan menggunakan telepon kamar hotel.
"Besok kita periksa ke rumah sakit ya." ajak Farhan kepada Ana.
"Apalagi yang mau diperiksa?"
"Kamu nggak konsultasi lagi kan? mulai besok kita harus serius berobatnya."ucapan kepada sang istri.
"Tapi aku sibuk dengan kerja." jawab Ana.
"Untuk tiga bulan ini kamu tidak boleh bekerja, aku yang akan handle perusahaan kamu dengan Gladys dibantu oleh asisten kamu." jawab Farhan.
"Emang gladys bisa? diakan masih kuliah."
"Bisa di sela-sela kesibukannya, bagaimanapun dia juga harus belajar, dia tidak bisa harus mengandalkan kamu terus."
"Kamu kan juga sibuk."
"Aku akan membagi waktu agar bisa memajukan perusahaanmu, dan kali ini aku akan menanamkan modal di sana, semoga perusahaan kamu cepat pulih kembali."
"Aamiin."
"Kamu harus berobat dan harus tenang tanpa pikiran lagi agar kepala kamu tidak begitu sakit."
"Kamu tidak lupa dengan janji kamu kan?"
"Janji yang mana?" tanya Farhan bingung.
"Nikahi Gladys demi aku, tolong nikahi demi aku."
"Itu tidak akan terjadi karena kamu akan sehat selalu." jawab Farhan menyemangati Ana.
"Aku tidak mau berobat jika kamu tidak mau berjanji." ucap Ana kesal.
"Kamu yang harus berjanji bahwa kamu harus tetap sehat dan sembuh secepatnya."
"Farhan, aku bukan tuhan."
"Begitupun dengan aku, tapi aku akan berusaha untuk membawa kamu berobat ke dokter yang hebat, aku yakin bahwa tumor ini akan hilang, aku mengenal dokter yang hebat rekomendasi dari mezza istri Daffin Arkarna."Farhan menjelaskan kepada Ana.
"Terimakasih atas perhatiannya, tapi aku butuh janji dari kamu bersedia menikahi adikku jika aku tiada."
"Bagaimana aku berjanji jika aku tidak tahu apa yang terjadi di masa depan, bagaimana jika Gladys sudah menikah saat itu?"
"Tidak, Gladys hanya boleh menikah dengan kamu."
"Kamu tidak boleh mengatur hidup Gladys seperti itu, jodoh di tangan Allah, dia juga punya lelaki pilihan." jawab Farhan.
"Baik, tapi jika dia belum menemukan lelaki calon suami, dan dia masih sendiri maka kamu harus menikah dia." ucap Karin berharap kali ini Farhan menyetujui permintaannya.
"Baik jika kondisi seperti itu, jika Gladys masih belum punya pacar, untuk saat ini aku hanya akan fokus dengan pengobatan kamu."
"Baiklah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments