Karin di larikan kerumah sakit terdekat saat itu oleh Aldo. Sedangkan yang lainnya juga ikut menyusul setelah panik bersamaan. Farhan juga ikut menyusul kerumah sakit setelah acara selesai.
Ketika Farhan datang, dia tidak menemukan keberadaan Aldo. Namun dia melihat keluarga Aldo baru saja keluar dari ruangan Karin di rawat.
"Gimana Tante, om?" tanya Farhan agak begitu kuatir.
"Alhamdulillah Karin dan anak-anaknya selamat." jawab papa Aldo.
"Keponakan kamu cukup cantik dan gagah - gagah." jawab mama Aldo senang.
"Laki-laki dan perempuan?" tanya Aldo.
"Iya, satu perempuan dan 3 laki - laki." jawab sang mama mertua adiknya itu.
"Banyak betul ya, macam anak kucing lansung empat." jawab Farhan lansung mendapatkan pukulan dari mama Aldo di pundaknya.
"Hust, ngomong Kok kayak gitu, Alhamdulillah di berikan rezeki, mereka cukup lama menunggu kedatangan sang anak." jawab mama Aldo.
"Lama apanya, perasaan belum sampai 5 tahun." gumam Farhan pelan.
"Udah jangan bergumam yang tidak jelas, istri kamu ke mana?" tanya papa Aldo.
"Ana istirahat di hotel, dia nampak agak pucat om." jawab Farhan.
"Bagus jika kamu paham, kamu belajar mengerti kondisi dia, bagaimana pun kamu harus bisa menjaga dia, jangan pernah menyakiti perasaannya." ucap papa Aldo.
"Iya om."
"Om akan marah jika kamu menyakiti dia, kalian itu sama di mata om."
"Udah sana liat keponakan kamu, kamu juga cepat - cepat produksi anak." ucap mama Aldo.
"Tante ada - ada aja, masa saya produksi anak macam mesin aja, semua kehendak Allah Tante." jawab Farhan.
"Ya kamu produksi saja terus, untuk hasilnya biar Allah yang bekerja." jawab mama Aldo tidak mau kalah.
"Baiklah Tante, aku masuk kedalam dulu."
Farhan masuk kedalam ruangan Karin di rawat. Farhan melihat Aldo sedang senang- senangnya menggendong salah satu bayinya. Sedangkan Karin hanya berbaring lemah menatap sang suami.
"Aku hebatkan Han?" tanya Aldo ketika menyadari Farhan masuk.
"Pamer deh, pasti mulai pamer." gumam Farhan dalam hatinya.
"Bilang aja kamu iri, pakai ngedumel dalam hati." ucap Aldo lagi.
"Sial, sejak kapan dia belajar ilmu perdukunan." gumam Farhan lagi.
"Gimana han? cocok nggak aku gendong anak?" tanya Aldo.
"Iya cocok, sini aku juga mau gendong." Farhan mendekati Aldo berniat mengambil anak yang dalam gendongan Aldo.
"Kan masih banyak, kenapa harus yang ini?" tanya Aldo heran melihat temannya yang satu ini.
"Yang lain tidur." jawab Farhan sekenanya.
"Ini juga tidur, bilang aja kamu mau merusak moment bahagia aku." jawab Aldo tidak mau memberikan anak yang ada dalam gendongannya.
"Ini itu mirip aku, jadi aku sebagai paman tertua harus menggendong dia."
"Kenapa harus mirip kamu? dah jelas ini mirip aku, mata kamu picek ya?" ujar Aldo tidak terima jika anaknya di bilang mirip Farhan.
"Kamu ini yang matanya minus 10, jelas dia mirip pamannya."
Karin tersenyum mendengar ocehan abangnya yang ngotot mengatakan bahwa anaknya mirip dengan sang Abang. Padahal secara nyata anak ini memang persis ciplakan Aldo. Bahkan anak - anaknya tidak ada yang menurunkan gen dari nya yang mengandung mereka sembilan bulan.
"Karin aja ngejek kamu ketika kamu bilang mirip kamu." ujar Aldo.
"Karena Karin memuja kamu maka di matanya semua anak ini mirip kamu." jawab Farhan.
"Sini."
"Ogah."
"Udahlah mas, kasih aja Sam bang Farhan, kamu Gendong yang lain agar yang lain juga kebagian pelukan papanya." jawab Karin memberikan ide membuat Aldo senang.
Aldo memberikan anak yang di gendongnya kepada Farhan. Lalu dia berjalan mendekati anaknya yang perempuan. Aldo menggendongnya dengan senyum merekah.
"Siapa nama mereka?" tanya Farhan.
"Ini namanya A." ucap Aldo menunjuk bayi mungil yang sedang tidur.
"Yang kamu gendong itu Beby B, ini yang tidur Beby C, lalu yang aku gendong ini Beby D."
"Kok huruf abjad semua, kenapa nggak x, y ,z aja seperti pelajaran aljabar." jawab Farhan.
"Biar memudahkan kita." jawab Aldo.
"Itu benaran?" tanya Farhan ragu.
"Iya benar." jawab Aldo.
"Karin kamu kan masih waras kenapa kasih nama anak seperti itu, sekalian aja kasih A,I,U,E,O seperti huruf vokal."
"Karena cuma 4, jika kembar 5 maka saran kamu aku terima." jawab Aldo.
"Kau tidak bicara dengan kamu." jawab Aldo kesal.
"Aku mewakili Karim menjawab pertanyaan kamu." jawab Aldo lagi.
"Karin masih sadarkan diri Kenapa harus diwakilkan oleh kamu?"tanya Farhan semakin tidak senang dengan jawaban Aldo sang adik ipar sekaligus sahabatnya.
"Karena Karin mempercayakan semuanya kepada sang suami yang sangat dicintainya."jawab Aldo lagi.
"Kamu bisa diam nggak? jika nggak ke plaster mulutmu nanti."
"Waw abangmu menakutkan sayang." adu Aldo kepada Karin.
"Bising ah kalian berdua." kali ini Karin yang bersuara.
"Namanya Alam, Bumi, Cakra, dan Damara, jadi kami singkat kayak yang sedang trend saat ini agar memudahkan kamu juga."jawab Karin langsung dipahami oleh Farhan.
"Maklum abangmu agak kudet sedikit." jawab Farhan.
"Kak Ana mana bang?"tanya Karin saat ingat kakak iparnya.
"Dia tadi kurang enak badan jadi istirahat saja di hotel." jawab Farhan menjelaskan kepada adiknya.
"Kembali cepat ke hotel setelah ini, jangan singgah di mana-mana karena kakak ipar sedang kurang sehat, ingat bahagiakan dia, karena jika Abang tidak membahagiakan dia maka suatu saat nanti adik perempuan Abang juga bakalan disakiti oleh laki-laki lain, ingat adik perempuan Abang ada dua dan keponakan perempuan Abang ada satu." nasihat Karin.
"Iya, Abang janji."
"Dan jangan pernah ngomong kasar kepada Kak Ana lagi, jika aku menemukan Abang kasar sama Kak Ana lagi maka aku nggak mau menjenguk abang lagi nanti." ancam Karin.
"Iya sayang." jawab Farhan.
"Harusnya nasihat itu Abang berikan kepada suami kamu yang selalu mempesona, takutnya dia tertarik pada wanita lain." Farhan mencari kambing hitam agar bukan hanya dia yang kena ceramah pendek.
"Kok bawa - bawa aku? selama 4 tahun ini kami harmonis aja." jawab Aldo.
"Justru yang harmonis harus di curigai." jawab Farhan memanasi Karin.
"Sudah bang, dosa merusak rumah tangga adik, mas Aldo itu mana peduli sama wanita lain, dia hanya tertariknya sama adikmu aja." jawab Karin membuat Aldo senang.
"Kamu memang betul sayang, dia mana tau betapa dalamnya cinta kita." jawab Aldo.
"Huhhh, sudahlah lebih baik aku pulang." jawab Farhan akhirnya menyerah.
"Ingat jangan lupa laksanakan kewajiban malam ini." ucap Aldo.
"Kewajiban apa?" tanya Karin penasaran dengan kode Aldo kepada Farhan.
"Kewajiban sebagai seorang suami sayang." jawab Aldo.
"Sudahlah, aku pulang dulu."
"Titip salam sama Tante dan yang lain." ucap Karin.
"Mereka besok kesini, tadi nampak capek betul."
"Iya, aku paham."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments