Hari pernikahan Farhan dan Ana sudah tiba. Ana sudah memakai gaun yang di pesan oleh asisten Farhan. Walaupun ini acara dalam waktu kurang lebih satu hati namun nampak mewah.
Undangan yang di buat lewat elektronik sudah jadi dalam waktu beberapa menit dan di kirim ke seluruh klien dan saudara dalam jam itu juga.
Bagi rekan dan keluarga mereka tidak kaget lagi mengingat Ana dan Farhan memang pernah menjalin asmara. Namun bagi yang tidak tau agak kaget karena terkesan mendadak.
"Gila ya, diam - diam eh hebohnya udah kirim undangan pernikahan." begitulah kata - kata yang keluar dari beberapa orang yang belum tau hubungan mereka.
Banyak yang datang ke acara pernikahan mereka. Di sana juga kedatangan tamu Daffin Arkarna bersama dengan istrinya Mezza sang istri. Mereka nampak serasi sekali. Ana yang menjadi pengantin wanita merasa kagum melihat kecantikan seorang nyonya muda dari keluarga Arkarna.
"Kenapa bengong gitu melihat kehadiran mereka?" tanya Farhan.
"Kamu kenal mereka?" tanya Ana menatap tamu istimewa itu.
"Mezzaluna itu pernah menjadi teman aku waktu kuliah di Swiss." jawab Farhan.
"Ohw pas S2 ya?" tanya Ana karena dia tau Farhan S1 di negaranya sendiri.
"Iya, dia memang terkenal baik, jika nggak cinta mati sama kamu waktu itu, mungkin aku akan gaet dia jadi pacar."
"Jadi kamu cinta mati sama aku?" tanya Ana.
"Jika nggak, nggak mungkin aku jadi lelaki player." jawab Farhan kesal mengingat masa lalunya.
"Tapi bukankah dia dokter?"
"Emang anak kedokteran nggak boleh teman dengan kami pebisnis ini, kami satu kampus, biasalah anak dari satu negara biasa mengadakan perkumpulan di sana."
"Aku juga teman Daffin sih,tapi...."
"Jangan membual, Jika dia teman kamu maka proyek kamu akan di pertimbangkan."
"Kan aku belum selesai bicaranya, dalam mimpi, tapi setidaknya aku sudah kenal dia secara tidak lansung karena tender kemaren."
"Cie cie yang sudah panggil aku kamu." ujar Gladys mendekat ke arah Ana.
"Bising ah, duduk aja di sana." jawab Ana kesal ketika di ledek oleh adiknya.
"Namanya udah sah, masa panggil saya lagi, kamu ini resek betul." kali ini Farhan membantu Ana memberikan jawaban.
"Cie yang sudah punya Abang pembela, wah aku harus cari seseorang yang rela membela aku nih." jawab Gladys.
"Makanya cari pacar." ucap Farhan
"Udah." jawab Gladys
"Tidak boleh, kamu tidak boleh pacaran sampai lulus kuliah." jawab Ana dengan cepat.
"Ih kakak ini lucu, kakak aja dulu pacaran sejak SMA, kenapa kakak larang - larang aku pacaran sekarang." jawab Gladys.
"Jika kakak nggak boleh ya nggak boleh." jawab Ana.
"Udahlah an, biarin aja dia cari pacar."
"Kamu lupa dengan perjanjian kita? jika dia punya pacar maka akan sulit nanti menerima kamu sebagai suami." jawab Ana berbisik ke telinga Farhan.
"Tapi hidup nggak ada yang tau, bagaimana jika kamu sehat selalu sampai tua nanti." jawab Farhan dengan berbisik balik.
"Aku sudah sakit parah."
"Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak." jawab Farhan menenangkan Ana.
Ana hanya diam mendengar ucapan suaminya. Tidak lama kemudian Daffin dan Mezza naik ke pelaminan menyalami pengantin.
"Selamat ya Farhan, semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah." ucap Daffin setelah cipika-cipiki.
"Terimakasih udah datang pak." jawab Farhan.
"Selamat Han, akhirnya kamu nikah juga." ucap Mezza di sambut oleh Farhan dengan senyuman.
"Terimakasih telah menyempatkan waktu, jika nggak sibuk kita nanti bisa jumpa di Kafe atau dimana gitu." ucap Farhan mendapat pelototan dari mata Daffin.
"Boleh pak Daffin juga ikut." ucap Farhan lagi ketika mendapat pelototan dari Daffin.
"Nanti saya atur waktu saya." jawab Daffin.
Setelah Daffin dan istrinya turun, Farhan dan Ana berjalan menuju tempat Aldo dan Karin. Mereka berdua sibuk makan sedari tadi. Dengan perut Karin tampak sebentar lagi melahirkan.
"Kapan perkiraan Rin lahir?" tanya Ana.
"Sudah nunggu hasil lahiran aja." jawab Karin.
"Semoga lancar selalu, dan cepat pulih nanti." dia Ana lansung di aminkan oleh keluarga yang duduk tidak jauh.
"Semoga keluarga kakak juga selalu dalam lindungan Allah SWT, semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah."
"Aamiin." jawab Farhan dan Aldo.
"Kamu bawa aja Karin beristirahat di kamar do, takutnya dia malah lahir lebih cepat pula." ujar Farhan menyuruh Aldo dan Karin beristirahat.
'Iya, maaf ya kaki Karin sakit, Karin harus istirahat duluan." ucap Karin memohon maaf.
Karin dan Aldo sudah berjalan menuju kamar hotel yang di sewakan hari ini. Sedangkan Farhan dan Ana menyicip makanan yang di hidangkan. Para Tamu sudah mulai banyak yang pamit pulang sejak tadi.
Vina membawakan kakak dan kakak iparnya makanan. Dia juga di suruh oleh tantenya. Tantenya dan pamannya masih duduk di pelaminan. Masih banyak pengunjung yang pamit pulang ke pelaminan.
"Makan yang banyak agar cepat sembuh." ucap Farhan menyuapkan Ana.
Ana enggan untuk menolak suapan lelaki itu. Dia tidak ingin lelaki itu malu di khalayak ramai. Farhan tersenyum saat Ana menerima suapannya.
...****************...
Di dalam kamar Karin sudah mengeluh kesakitan. Harusnya menurut keterangan bahwa anaknya akan lahir dua Minggu lagi.
"Mana yang sakit?" tanya Aldo dengan lembut.
"Pinggang ini sakit banget mas, ini kaki juga udah bengkak mas."
"Sini mas urut pelan - pelan ya." ucap Aldo mengusap pinggang Karin.
Sebenarnya Aldo saat ibu sedang mengusap dengan kasih sayang. Tidak ada terasa tenaga yang di berikan namun mampu membuat Karin agak rileks.
"Gimana?" tanya Aldo.
"Lumayan mas, elus terus ya mas sampai aku tidur." ucap karin dnegan agak manja.
"Iya sayang, pejam aja matanya, mas akan tunggu kamu di sini." jawab sang suami.
Aldo mengelus pinggang sang isteri. Namun sang istri belum juga tidur. Tidak sampai 30 menit, Karin akhirnya duduk kembali dari baring. Aldo juga kaget melihat Karin bangun sambil meringis kesakitan.
"Mas sakit banget." ucap Karin.
"Ayo kita kerumah sakit saja ya sayang, nanti kamu kenapa-kenapa pula - pula." jawab Aldo lansung memapah sang istri.
Aldo menelpon asistennya agar mempersiapkan segalanya karena dia sudah tidak sempat lagi. Ketika mereka lewat, Farhan dan yang lainnya agak kaget. Namun mereka belum bisa meninggalkan pesta malam ini.
Aldo membawa mobil sendiri tanpa bantuan sopir. Dia membawa mobil menuju rumah sakit dengan kencang. Dia sudah tidak tahan melihat kesakitan yang di rasakan oleh istrinya.
"Sabar sayang, tahan sebentar ya, hampir sampai." ucap Aldo.
"Sakit mas." rengek Karin.
"Tahan ya sayang."
Mobil masuk kedalam halaman rumah sakit. Aldo memarkir mobilnya di depan UGD. Para perawat berlarian membawa brankar. Karin naik di atas Brankar. Dia tidak tahan lagi dengan semua sakit yang ia rasakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments